Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dukung Sekolah Kejuruan Berkonsep Komunitas

6 April 2018   05:29 Diperbarui: 15 April 2018   06:29 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada sebuah tanya tentang pilihan apa yang anda lakukan saat sudah lulus dari sekolah setingkat SMP ? bagi kebanyakan para remaja akan dihadapkan pada beberapa pilihan sekolah lanjutan seperti SMA, MA, hingga pilihan SMK. sebagai seorang alumni sekolah kejuruan tentunya para pembaca tahu kemana saya akan mengarahkan para remaja tersebut, tentunya saya akan mengarahkan pra lulusan baru SMP untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya yakni sekolah kejuruan atau SMK.

Tapi ada sebuah hal yang perlu kita perhatikan tentang apa itu sekolah kejuruan dan bagaimana kondisi saat ini, termasuk tantangan SMK kedepan agar terus eksis terlebih untuk berkontribusi terhadap penyiapan para generasi yang akan mengelola jalannya roda pembangunan nasional. 

Diketahui bersama, pendidikan sangat erat kaitannya dengan transformasi sosial. Sebab pendidikan juga bagian dari sistem sosial. Relevansi antara dunia pendidikan dengan dunia riil menjadi kebutuhan mendesak untuk direalisasikan.

 Fenomena yang terjadi, antara dunia pendidikan dan perkembangan masyarakat sering tidak match dan terjadi kesenjangan cukup signifikan. Kebutuhan masyarakat belum bisa diwujudkan sepenuhnya oleh lembaga pendidikan. 

Di antara indikator masalah ini adalah, lulusan lembaga pendidikan belum siap pakai karena hanya menguasai teori, miskin keterampilan. Dunia industri pun akhirnya meninggalkan sekolah karena tidak ada linkage. Selain itu juga disebabkan materi pembelajaran tidak sesuai potensi daerah dimana siswa bertempat tinggal. 

Materi pelajaran dan konteks kehidupan siswa tidak padu. Sehingga tidak terjadi transfer belajar dalam kehidupan siswa tidak terjadi. Mengacu pada indikasi tersebut, maka peluang kerja bagi lulusan SMK pada dasarnya belum begitu menggembirakan.

Berdasarkan berbagai hasil penelitian  menyebutkan bahwa Kondisi  Pendidikan  Sekolah  Menengah  Kejuruan saat  ini mendapat  perhatian  khusus dari  pemerintah  terutama  terkait beberapa  masalah yang dapat menghambat upaya pemerintah dalam memperbanyak lulusan SMK  berkompetensi tinggi  dan berkarakter  untuk menyiapkan ketenagakerjaan  yang siap bersaing di  era  Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khususnya  dan  era global umumnya. Adapun  permasalahan  dan  tantangan  yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan saat ini adalah :

Pertama, Kurikulum  SMK    yang  digunakan  tidak  selaras  dengan kompetensi  sesuai  pengguna  lulusan  (link  and  match) sehingga  belum mampu memenuhi tuntutan dunia kerja, dunia industri dan dunia usaha.

kedua, Kuantitas  lulusan  SMK  yang  tidak  terserap  di  dunia usaha  dan  dunia  industri  cukup  tinggi  disebabkan rendahnya  kompetensi  lulusan ,ketidaksesuaian kompetensi  yang  dilatih  di  SMK  dengan  kebutuhan perusahaan/  dunia  industri/  dunia  usaha  dan  kurangnya kesiapan mental bekerja lulusan SMK.

Ketiga, Pendirian  SMK  kurang  memperhatikan  dan  tidak mementingkan  potensi,  kebutuhan  keterampilan  dan kearifan  lokal  di  daerah  masing-masing. Pendirian kompetensi  keahlian  SMK  cenderung  berdasarkan "trendy" saat ini  dan  yakni Zaman Digital sehingga SMK Bidang  Keahlian  Teknologi Informasi   dan  Komunikasi menjamur pendiriannya  karena diminati oleh masyarakat dari  daerah  perkotaan  sampai  daerah  pedesaan yangmenimbulkan ketidakrelevanan kompetensi lulusan SMK dengan  kompetensi  yang  dibutuhkan  oleh  dunia  usaha dan  dunia  industri  di daerah.  Sehingga  banyak  diantara lulusan  yang  tidak  dibutuhkan,  sedangkan  lulusan  yang dibutuhkan  daerah  berkurang.  Pada  akhirnya, lulusan banyak  yang  menganggur  atau  berpindah  tempat mencari  pekerjaan  di  kota  lain  dan  hal  ini  akan berkolaborasi pada tingkat urbanisasi yang tinggi.

keempat, Kurangnya  jumlah  guru  produktif  SMK  dan  kurangnya kualitas  guru  produktif  SMK  serta  tidak  semua  program studi  yang ada di SMK  ada calon gurunya di Lembaga Pendidikan  Tenaga  Keguruan  (LPTK) dan Kurangnya  fasilitas  sarana  dan  prasarana  pendidikan, kurangnya fasilitas uji kompetensi dan fasilitas sertifikasi SMK

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun