Setiap orang selalu mempunyai alasan tersendiri untuk menulis. Entah itu karena kewajiban di sekolah ataupun pekerjaan, karena minat atau hobi, sekadar ingin menuangkan gagasan, eksistensi diri hingga ingin memenangkan suatu kompetisi.
Bagi saya sendiri, saya mulai menulis sebagai sarana terapi, refleksi hingga introspeksi diri. Ketika sudah merasa “kelebihan beban” pikiran atau perasaan, serta penat akan rutinitas yang seolah tiada habisnya, saya lebih suka meluapkannya dalam bentuk tulisan di buku catatan harian atau laptop tanpa harus selalu membagikannya ke media sosial.
Ya, menulis bisa dikatakan sebagai suatu proses bagi saya. Awal saya menulis memang bertujuan untuk mengurangi beban dalam hati dan pikiran dengan menuangkannya dalam bentuk tulisan diary. Kemudian pernah berkesempatan menulis catatan motivasi secara berkala pada sebuah kolom media cetak, iseng-iseng membuat blog hingga memberanikan diri mengikuti suatu kompetisi menulis.
Dari sekian kali mengikuti kompetisi menulis, beberapa memang sempat menang, namun banyak pula yang sama sekali tidak menang. Hal ini tentu menimbulkan rasa penasaran, mengapa tulisan kita belum bisa menang? Rasa penasaran itulah yang sekiranya saya dan peserta lain rasakan hingga berkumpullah kami dalam acara Blogtalk KOMPOSONO yang bertajuk “Menulis untuk Menang”.
Ya, menjelang akhir tahun ini, tepatnya Jumat, 23 Desember 2016, komunitas Kompasianer Soloraya atau biasa disebut KOMPOSONO kembali menyatukan anggotanya dengan mengadakan suatu acara semacam sarasehan untuk bisa berbagi ilmu serta berdiskusi tentang pengalaman menulis. Acara yang digelar jumat petang kemarin menghadirkan Pak Johan Wahyudi (penulis buku) dan Mas Dimas Suyatno (blogger) sebagai narasumbernya serta Mbak Niken Satyawati (blogger dan pegiat media) sebagai moderatornya.
Dibuka secara apik oleh Mbak Niken Satyawati selaku moderator, kemudian disusul dengan pemaparan materi dari Pak Johan Wahyudi dan Mas Dimas Suyatno selaku narasumber. Selama mengikuti acara tersebut, kami pun sedikit banyak mendapatkan deretan inspirasi baik dari para narasumber, moderator maupun dari peserta yang hadir.
Kemudian dari Mas Dimas Suyatno, kami mendapatkan inspirasi bahwa menang itu bukanlah melulu tentang memenangkan suatu kompetisi. Berhasil menyampaikan ide maupun gagasan pun kita sudah bisa dikatakan menang dalam menghasilkan suatu karya. Apalagi ketika tulisan kita bisa mengubah keyakinan pembaca, memberikan informasi kepada pembaca, merangsang proses berpikir pembaca, menghibur bahkan memotivasi pembaca.
Namun apabila kita ingin mengikuti kompetisi, yang pertama harus kita perhatikan adalah tema dan ketentuan dalam kompetisi tersebut. Kemudian kita bisa mencari tahu tentang jurinya, seperti apa penilaian dan karakter bahasanya. Selain itu, kita juga bisa mencari ide dari sudut pandang yang berbeda. Dan yang tak kalah penting adalah melakukan riset serta menyiapkan elemen pendukung.
Ada juga sharing dari salah satu peserta yang ternyata sempat juga memenangkan suatu kompetisi yang biasanya hanya didominasi para wartawan atau pelaku media lainnya, karena syarat mengikuti kompetisi tersebut adalah tulisan yang pernah dimuat di media. Namun ternyata setelah mengirimkan tulisan ke media dan dimuat, beliau pun akhirnya berhasil memenangkan kompetisi tersebut dengan hadiah yang cukup besar.
Kemudian dilanjutkan sharing dari para anggota KOMPOSONO lainnya, yang sudah lama menekuni dunia kepenulisan. Bahkan ada yang sempat mendapatkan predikat Kompasianer of The Year tahun 2012, yaitu Om Stefanus Toni atau yang lebih dikenal luas dengan nama pena sebagai Tante Paku. Ada juga Mbak Suci Handayani yang merupakan salah satu nominator Best Opinion di Kompasianival tahun ini.
Menurutnya, siapapun bisa menulis. Dengan sudut pandang dan karakter tulisannya masing masing. Dari cerita yang sama, antara satu orang dengan orang yang lain bisa menuliskannya secara berbeda dengan segala keunikan dan ciri khasnya sendiri. Bahkan katanya, jangan takut untuk menulis, karena setiap penulis pasti memiliki pembaca dan penggemarnya masing-masing.