Hari telah petang ketika kami sampai di suatu rumah sakit milik pemerintah. Tempat parkir terlihat penuh dan di pintu masuk tampak ramai lalu lalang pengunjung. Ya, kala itu memang memasuki jam besuk, pantas saja kalau semakin banyak pengunjung yang datang. Setelah melewati pintu masuk yang dijaga ketat oleh beberapa penjaga keamanan, segera kami memasuki lorong rumah sakit menuju ke ruang yang kami tuju.
Karena seseorang yang hendak kami temui sedang tidak berada di tempat dan daripada kedatangan kami sia-sia, maka kami memutuskan untuk tinggal sejenak sambil melihat-lihat suasana di sana. Kami memasuki suatu bangsal yang saat itu sedang ada kunjungan dokter untuk memeriksa keadaan pasien satu per satu. Tampak seorang dokter diikuti beberapa orang perawat sedang berdialog dengan seorang pasien, kemudian memeriksa dan mengecek infus.
Pandangan kami menyebar mengelilingi seluruh ruangan. Ada sekitar delapan buah tempat tidur yang hanya dipisahkan oleh tirai berwarna hijau sebagai penyekat di antara ruang satu pasien dengan pasien yang lain. Beberapa pasien ada yang membiarkan tirainya terbuka, ada pula yang menutup rapat tirainya agar dapat beristirahat dengan lebih tenang.
Kemudian pandangan kami berhenti pada sosok ibu di bagian ujung ruangan yang sedari tadi tampaknya mengamati kedatangan kami. Sambil melempar senyum, kami dekati sang ibu yang menyambut kami dengan begitu ramah. Di samping sang ibu tampak dua anak yang duduk di atas tempat tidur, sedang sibuk dengan game di gadget-nya.
Kami pun menyapa sang ibu dan dengan sedikit berbasa-basi menanyakan, siapa yang sakit? Dan sang ibu menjawab, putri keduanya yang hampir berusia tujuh tahun. Mereka baru masuk siang tadi dan hingga kini sedang menunggu hasil diagnosa dokter selepas pemeriksaan laboratorium. Ya, putri kecilnya memang beberapa kali mengalami anemia (kekurangan darah) dan dicurigai menderita thalassemia (penyakit kelainan darah). Untuk itu diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya.
Dengan harap-harap cemas, sang ibu terus bercerita bahwa sedari siang mereka menunggu sambil beristirahat di bangsal itu. Karena belum ada hasil pemeriksaan yang pasti maka belum dilakukan tindakan apapun terhadap sang putri, seperti diberi infus, obat atau apapun layaknya pasien lainnya yang akan mondok di rumah sakit. Sedangkan putrinya pun tampak tetap ceria dan tanpa beban, gaya khas anak kecil yang polos dan tetap saja bermain di atas tempat tidurnya.
Obrolan ringan kami pun terus mengalir mulai dari sharing pengetahuan kami tentang penyakit thalassemia karena kebetulan memang kami sedikit banyak mengetahui tentang apa itu penyakit thalassemia. Dari anggota keluarga yang juga seorang penderita thalassemia hingga orang tua yang aktif dalam suatu yayasan thalassemia. Kemudian kami juga membicarakan bagaimana langkah selanjutnya kalau pun memang ternyata sang putri positif menderita thalassemia, obrolan tentang kesehatan secara umum hingga kami pun memberikan dukungan serta motivasi.
Sang ibu yang awalnya gelisah pun sudah tampak lebih tenang. Ya, memang terkadang dalam hidup ini sesuatu tak selalu sesuai harapan. Seringkali pula kita mengalami kejadian yang di luar dugaan. Namun apapun yang terjadi kini, bagaimanapun yang akan terjadi nanti, kita harus tetap bersikap postitif dan terus optimis. Kita harus tetap kuat karena kita tak akan pernah tahu pada siapa kita akan menjadi inspirasi. Dan sang ibu pun harus terus kuat demi mendukung putrinya dalam menghadapi apa pun yang akan terjadi nanti ke depannya.
Karena hari sudah semakin malam, maka kami pun menutup obrolan kami dan pamit untuk pulang sambil mendoakan yang terbaik untuk sang ibu beserta putrinya. Kemudian sang ibu dengan menjabat erat tangan kami mengucapkan banyak terima kasih atas kunjungan kami malam itu. Ada rasa hangat yang kami rasakan dalam hati kami. Kami tak menyangka kunjungan tanpa rencana dan obrolan ringan kami bisa menjadi begitu berarti bagi orang lain.
Dan kami pun melangkah meninggalkan rumah sakit dengan perasaan penuh syukur. Yang pertama, rasa syukur karena kami menyadari bahwa ternyata kami jauh lebih beruntung dari orang lain. Setidaknya kami diberikan kesehatan dan kelapangan hingga saat ini. Dan yang kedua, rasa syukur karena hal-hal sederhana yang kami lakukan ternyata bisa juga bermanfaat bagi orang lain.
Kami yakin, apapun yang terjadi dan siapa pun yang kami temui dalam hidup ini, pastilah selalu ada hikmah dibaliknya. Ya, kami pun semakin paham bahwa menjadi bahagia itu (ternyata) memang sederhana…
Nawa Sri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H