“Cinta Kasih Orang Tua Sepanjang Masa…”
Ungkapan tersebut tentu benar adanya. Kalau kita mencari tahu apa itu cinta sejati, seringkali akan kita temukan dalam bentuk cinta orang tua kepada anaknya. Ya, cinta yang tak bersyarat dan cinta yang tak berbatas itulah cinta yang sejati.
Bentuk cinta seperti itulah yang sekiranya ingin diungkapkan oleh seorang ayah, KGPAA Mangkunegaran VII kepada kedua putri tercintanya: GRAy Partini Husein Djayadiningrat dan GRAy Partinah Sukanta. Beliau pun membangun taman sebagai tanda cinta untuk keduanya, yaitu Partini Tuin dan Partinah Bosch.
[caption caption="Tanda Cinta Orang Tua"][/caption]
Taman yang dibangun pada 26 Oktober 1921 itu terbagi dalam dua area. Area pertama yaitu Partini Tuin, yang berarti Taman air Partini. Partini adalah putri tertua dari KGPAA Mangkunegaran VII. Kemudian area yang kedua adalah Partinah Bosch yang berarti hutan kota Partinah. Memadukan konsep Eropa dan Jawa, taman yang kini dikenal dengan nama Taman Balekambang ini menghadirkan suasana sejuk dan asri.
[caption caption="Hutan Kota Partinah"]
[caption caption="Hutan Kota"]
Awalnya, taman ini memang tidak dibuka untuk umum, melainkan hanya digunakan untuk kalangan keluarga kerajaan saja. Baru kemudian pada era KGPAA Mangkunegaran VIII, taman balekambang mulai dibuka untuk umum sebagai tempat diselenggarakannya pertunjukan kesenian, seperti ketoprak serta musik tradisional.
Setelah sempat mangkrak dan disalahgunakan oleh beberapa kalangan, taman Balekambang direvitalisasi pada tahun 2008. Dan jadilah Taman Balekambang yang bisa dinikmati masyarakat luas sebagai ruang publik seperti yang bisa kita nikmati sekarang ini.
[caption caption="Teduh dan Asri"]
Melihat suasana Taman Balekambang yang seperti sekarang, tentu tak salah jika kita menyebutnya sebagai “Implementasi Ruang Publik yang Sangat Baik dari Kota Solo”.
Terletak di wilayah strategis kota Solo, tak jauh dari Stadion Manahan, Terminal Tirtonadi maupun Stasiun Balapan, Taman Balekambang ini selalu menarik untuk dikunjungi.
[caption caption="Rusa"]
[caption caption="Kalkun"]
[caption caption="Angsa"]
Memasuki kawasan Taman Balekambang, kita akan menikmati suasana alam yang sungguh asri. Banyak pohon-pohon besar yang rindang dan begitu teduh, hamparan rumput bahkan beberapa binatang yang tampaknya sudah jinak, seperti rusa, angsa, burung merpati dan kalkun dibiarkan hidup bebas di kawasan ini.
[caption caption="Taman Balekambang"]
Dari arah Manahan, segera setelah memasuki gerbang, kita akan melihat tulisan huruf besar TAMAN BALEKAMBANG berwarna merah menyala, dengan latar belakang pepohonan yang memberikan kesan teduh dan asri. Di belakang tulisan Taman Balekambang tersebut, terdapat tempat pertunjukan yang berbentuk panggung luar ruangan lengkap dengan tempat duduk berbentuk undakan untuk para penonton.
[caption caption="Tempat Pertunjukan"]
[caption caption="Gedung Kesenian"]
[caption caption="Lukisan di Gedung Kesenian"]
Kemudian, ketika kita berjalan memasuki kawasan Taman Balekambang lebih lanjut, akan kita temui sebuah kolam air mancur dengan patung kodok yang mengelilingi kolam tersebut. Di bagian tengahnya terdapat sebuah patung perempuan yang sedang duduk dengan sangat anggun. Itulah patung GRAy Partinah Sukanta. Di sekitar area ini banyak terdapat pohon rindang yang membuat suasana semakin sejuk. Bahkan, beberapa pohon yang terdapat di kawasan ini merupakan pohon langka, seperti pohon beringin putih, pohon mojo, pohon kenari dan sebagainya.
[caption caption="Partinah Bosch"]
Fungsi dari Partinah Bosch atau hutan kota Partinah ini adalah sebagai paru-paru kota, dengan beragam pohon besar dan rindang dalam jumlah banyak yang diharapkan bisa menyaring udara perkotaan dan menjadikan udara di lingkungan sekitarnya lebih sejuk, bersih dan segar. Hal ini terbukti dengan tetap bersih dan sejuknya udara di Taman Balekambang, padahal lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan perkotaan dengan tingkat polusi sangat tinggi dari asap kendaraan bermotor dan sebagainya.
[caption caption="Hutan Kota"]
Dan jika kita melangkah lebih jauh lagi ke dalam, akan kita temukan sebuah danau dengan patung seorang perempuan yang berdiri anggun tepat di tengah-tengahnya. Inilah Partini Tuin atau taman air Partini. Taman air ini berfungsi sebagai penampungan air serta kolam resapan yang berfungsi untuk menyaring air.
[caption caption="Partini Tuin"]
Di taman air ini pengunjung bisa memanfaatkan sepeda air ataupun perahu naga untuk mengelilinginya. Bahkan, beberapa pengunjung ada yang memanfaatkannya sebagai tempat memancing dan terkadang diadakan pula lomba memancing, namun ikan yang berhasil ditangkap tidak boleh dibawa pulang untuk menjaga kelestariannya.
Dan di bagian paling belakang terdapat dua balai yakni Balai Apung dan Balai Tirtayasa yang dulunya sering dipakai oleh anggota keluarga kerajaan untuk beristirahat. Balai inilah yang menjadi cikal bakal nama Balekambang. Berasal dari kata Bale (Balai) dan Kambang (Apung), karena dari seberang danau, kedua balai ini seolah mengapung di atas air, maka disebutlah Taman Balekambang seperti sekarang ini.
Selain kedua balai tersebut, di bagian belakang Taman Balekambang juga terdapat sebuah Taman Reptil yang menyimpan berbagai koleksi reptil, seperti ular, iguana dan sebagainya.
[caption caption="Public Space for All"]
Setiap hari terutama hari libur, Taman Balekambang ini semakin ramai dikunjungi masyarakat. Sebagai tempat berkumpul bersama keluarga, rekreasi, kopdar komunitas, melakukan yoga, melihat pertunjukan seni , menghabiskan waktu bersama teman sampai melakukan sesi pemotretan pre-wedding dan sebagainya. Bahkan, Taman Balekambang pun juga seringkali menjadi tempat diadakannya even-even besar seperti Festival Payung Indonesia serta Solo Jazz yang baru saja diadakan beberapa waktu yang lalu.
[caption caption="Festival Payung Indonesia"]
Dan memperingati Hari Habitat Dunia, yang diperingati setiap hari Senin, di minggu pertama Bulan Oktober tiap tahunnya, mari kita turut mewujudkan serta melestarikan “Public Space for All” yang sekaligus menjadi tema Hari Habitat Dunia 2015 ini dengan cara:
- Mentaati tata tertib yang berlaku di ruang publik
- Turut menjaga dan melestarikan fasilitas dalam ruang publik
- Membuang sampah pada tempatnya demi menjaga kebersihan ruang publik
- Tidak mencorat coret sembarangan
- Turut melestarikan habitat binatang yang terdapat dalam ruang publik dengan tidak mengganggu kelangsungan hidup mereka
- Mendukung pelestarian kesenian tradisional
[caption caption="Tata Tertib Pengunjung"]
Semoga dengan adanya Hari Habitat Dunia yang tahun ini akan diperingati pada tanggal 5 Oktober 2015, semakin meningkatkan kepedulian kita semua agar senantiasa menghadirkan ruang publik yang juga nyaman bagi semua.
Semua tentu akan terwujud dengan adanya cinta kasih serta kepedulian bagi sesama. Seperti Taman Balekambang ini, sebagai sebuah Tanda Cinta Orang Tua yang Kini Bisa Dinikmati Masyarakat Luas dan telah menjadi “Public Space For All” yang ideal dari kota Solo.
Nawa Sri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H