sama seperti lagu Band Noah yang berjudul di atas normal.
Sulit untuk dipikirkan
Namun jika dipikirkan akan terjadi
kaki dikepala kepala di kaki.
Semenjak ditemukannya listrik oleh Thales, seorang cendekiawan asal Yunani sekitar tahun 600 sebelum masehi. Ia menemukan listrik secara tidak sengaja. Awalnya ia mengamati batu amber yang digosokan ke kain wol akan menarik benda ringan yang berada didekatnya. Pada saat itu Thales belum mengetahui mengapa hal ini bisa terjadi. Berdasarkan teori fenomena ini dinamakan listrik statis. Inilah menjadi tonggak awal pemikiran penemuan listrik. Hingga pada tahun 1700-san, penelitian terhadap batu amber dilanjutkan oleh Willian Gilbert peneliti asal inggris, yang pada akhirnya menemukan listrik yang disebut dengan electric yang diambil dari bahasa Yunani yakni elektron atau amber. Tahun ketahun para peneliti dari berbagai negara melakukan pengembangan listrik. Pada abad ke-18, Alessandro Volta ilmuan asal Italia menemukan sel listrik. Dari pengembangannya ini, Volta membuat baterai yang menjadi sumber listrik.
Sebelum listrik mampu menghasilkan tenaga yang lebih besar seperti saat ini. Pada tahun 1831, Michael Faraday seorang ilmuan asal Ingrris menemukan hal lain dari listrik. Ia menemukan bahwa listrik bisa dibuat dengan mengalirkan magnet dekat kawat tembaga. Dari penemuan Michael Faraday, pengembangan listrik terus dilakukan sampai bermunculan mesin-mesin untuk menghasilkan listrik seperti generator dan lain sebagainya. Penemuan ini mengubah segala hal, listrik telah berubah menjadi kebutuhan dasar hidup manusia yang setara dengan air, sandang dan papan.
Krisis listrik akhir-akhir ini di Banggai Kepulauan telah menjadi sorotan dikalangan masyarakat. Pasalnya sudah hampir lima bulan lamanya pasokan listrik tidak mampu memenuhi kebutuhan hingga ke desa-desa. Hanya selang lima bulan pasca peresmian dua puluh empat jam akses lampu PLN menyalah di seluruh Banggai Kepulauan, masalah listrik mulai menunjukkan ketidakstabilan. Hal ini dibuktikan dengan sesekali pemadaman bergilir baik di Ibu Kota ataupun di Desa. Puncaknya terjadi di bulan Juli tahun 2024. Awalnya pemadaman tidak dilakukan secara terus menerus. Seminggu sekali atau dua kali. Setelah memasuki bulan september dikeluarkanlah jadwal pemadaman bergilir dengan sistem tiga hari tanpa pemadaman dan sehari kemudian dipadamkan beberapa jam.
Masyarakat sebagai pelanggan kemudian bertanya-tanya, apa gerangan yang terjadi dengan pemadaman listrik yang berkepanjangan. Banyak kemudian protes keras dari warga berseliweran di media sosial. Seperti salah satu postingan warganet di media sosial “Lampu-lampu oohh lampu. Kasiaaan tiap malam giliran truus smpe jam-jam 2 malam baru menyala. Ini lagi dari pagi jam 8 mati so jam begini bulum menyala heraaan. Ini memang giliran turuus begini selama kurang 3 bulan atau bagimana. Tolong kasiaan om PLN perjelaas kamari.”
Bahkan sampai dilakukan aksi demonstrasi dari masyarakat. Masyarakat hanya meminta jawaban serta solusi dari unsur Pimpinan PLN Kabupaten Banggai Kepulauan. Alih-alih mendapat tanggapan, intensitas pemadaman bergilir semakin meningkat. Unsur PLN tidak pernah membuat press release resmi tentang apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana upaya saat ini dan langkah apa yang sekarang dilakukan oleh pihak PLN. Malahan semua informasi terkait masalah ini justru dijelaskan melalui media sosial PB dan RPD yang bukan urusan mereka. Terkesan pihak PLN seperti kata pepatah lempar batu sembunyi tangan.
Berharap segera berakhir masalah ini dipenghujung tahun 2024, ternyata pemadaman bergilir ini semakin meresahkan masyarakat Banggai Kepulauan khususnya masyarakat di Desa. Masalahnya pemadaman dilakukan sehari bisa sampai tiga kali dengan waktu yang relatif sangat lama. Bahkan ada yang sampai dua belas jam lamanya. Belum lagi jadwal yang terkesan hoax, jadwal hari sekian, jam sekian, eh malahan padamnya sekarang.
“Sampe kapan ini perkara lampu??? Sebenarnya malaz ba status tapi macam te adil skali, kemarin di bawa masi tarhima di Massjid so manyala nah torang di atas selalu lat terus baru manyala. Cuma minta keadilan saja kalo jam mati yo kasi mati, kalo depe jam manyala yo kasi mayala supaya tdk ada mo ba status status bagini” tulis salah satu pengguna media sosial berinisial MOV.
“Bukan maen ini PLN jalur kautu-palm so ba dobol depe giliran mati. Kemarin mati, ini lagi mati” terang RL yang merasa kesal dengan tidak menentunya jadwal pemadaman.
“Kira-kira kalu bagini masih ada yang babela ini PLN seperti dulu dulu kalo ada yang ba status jahat” dengan emotikon tertawa.
Bahkan ada status dari pengguna media sosial facebook yang memerintahkan pihak PLN untuk menggulung kabel dan mencabut tiang apabila listrik di Banggai Kepulauan tidak bisa normal kembali. Hanya akan merusak pemandangan dijalanan.
Hujatan demi hujatan semakin meningkat terhadap pihak PLN. Namun tidak sedikit pula yang melakukan pembelaan. Dengan memposting bahwa pihak PLN sudah berusaha untuk memperbaiki kerusakan. Bahkan sudah satu hari bergelantungan ditiang listrik agar secepatnya menyala. Jadi kita sebagai masyarakat mohon bersabar.
Mereka yang kasihan bahkan membandingkan, bagaimana rasanya jika yang selalu menghujat menjadi pegawai PLN, berpanas-panasan, tak kenal lelah untuk memperbaiki kerusakan baik mesin ataupun jaringan di jalanan. Ini merupakan alasan dan ungkapan yang tidak beralasan atau tidak masuk akal. Bukannya pegawai PLN pekerjaannya untuk memastikan bahwasanya masyarakat mendapatkan pelayanan listrik yang baik. Jika ada kerusakan, apapun yang terjadi pegawai mentenancenya segera memperbaikinya. Masalah pemadaman listrik berkepanjangan tidak bisa dimaklumi atau diselesaikan dengan dalil mereka telah berupaya, mereka telah seharian bergelantungan dibawah panasnya matahari, mereka telah bekerja seharian, mereka, mereka dan mereka. Masyarakat butuh penjelasan dan keterbukaan dari pihak PLN. Masyarakat menunggu hal ini, agar tidak terjadi bias informasi. Pihak Radio Pemerintah Banggai Kepulauan harus mengundang pimpinan PLN dalam upaya untuk menjelaskan bagaimana dan kapan masalah ini bisa berakhir. Agar tidak ada ungkapan ini bukan pemadaman bergilir, tetapi menyala bergilir.
Harapannya, dengan momentum Pilkada Serentak, Banggai Kepulauan dengan pimpinan terbaru memiliki konsep dan upaya dalam menyelesaikan krisis listrik di Banggai Kepulauan. Namun sayangnya problem hari ini tidak tergambar jelas dalam visi misi setiap kandidat. Apakah penulis yang keliru menganalisis, ataukah hal ini luput dari pandangan keempat calon yang bertarung sebagai Bupati dan Wakil Bupati Banggai Kepulauan. Khawatirnya ke depan masalah ini akan terulang dan kalipokano nanggu lipu atau dalam bahasa Banggai gelap gulita daerahku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H