Tim Penyusun :
     1. Zaky Khairul Ahyar (Nim : 2290200039)
     2. Nawang Sari (Nim : 2290200018)
     3. Windi Agustin (Nim : 2290200007)
     4. Deandra Khoiro Madini (Nim : 2290200029)
     5. Fadilah Novianti.S (Nim : 2290200048)
     6. Salma Alfina Yasmin (Nim : 2290200061)
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi pendidikan
Dosen Pengampu: Subhan Widiansyah, M.Pd.
Pandemi Covid-19 merupakan salah Satu masalah utama khusunya dalam dunia Pendidikan. Dalam sekejap pemerintah membuat berbagai kebijakan untuk mengurangi potensi penularan Virus korona yaitu mulai dari menjaga jarak, wajib memakai masker hingga mengurangi kegiatan di luar rumah. Semua kegiatan wajib dilakukan dirumah tanpa terkecuali hingga dampaknya dirasakan para pelajar maupun mahasiswa. Mereka harus mengikuti kegiatan belajar mengajar dirumah dan tidak boleh pergi ke sekolah atau kampus. Dampaknya kemampuan  sebagian siswa maupun mahasiswa tidak maksimal dalam menyerap pelajaran. Lokasi rumah yang tidak terjangkau jaringan internet Juga menjadi kendala pembelajaran sehingga peserta didik sulit untuk menyerap materi pembelajaran dengan baik terlebih jika mereka memiliki kuota yg tidak memadai.
Dampak nya ialah Siswa yang harusnya sekolah disaat jam KBM (kegiatan belajar mengajar) memilih tidak sekolah karena masalah tersebut. Banyak yang tidak peduli dan merasa pasrah karena keadaan mereka. Solusi bagi mereka yang lokasinya tidak dapat menjangkau jaringan internet adalah dengan mencari tempat yang dapat menjangkau internet seperti pergi ke daerah kota terdekat. sedangkan bagi mereka yang memiliki kuota terbatas dapat diatasi dengan memasang Wifi Di rumah maupun ikut bergabung Bersama teman-teman yang memiliki wifi untuk belajar Bersama.
Media pembelajaran yang digunakan di era pandemi ini juga menjadi Penunjang utama dalam keberhasilan proses pembelajaran. Namun faktanya, Dalam pembelajaran daring ini terdapat banyak kendala yang dihadapi guru sebagai pendidik dan pengajar. Pembelajaran yang semula tatap muka (luring), akibat pandemi tersebut berubah dengan dilakukannya pembelajaran secara online (daring). Dan juga dalam pembelajaran daring ini harus menggunakan media pembelajaran yang variatif agar siswa tidak jenuh. Media pembelajaran daring juga banyak macamnya misalnya zoom meeting, google meet, webinar dan lain-lain namun pembelajaran juga bisa dilakukan diluar aplikasi tersebut misalnya dengan belajar lewat Youtube dan juga bisa belajar mandiri di rumah melalui bimbingan orangtua dan lain sebagainya.
Pada awal pandemi, media yang digunakan untuk pembelajaran daring biasanya menggunakan WhatsApp. Aplikasi ini mempunyai kelebihan yaitu dalam pemakaian kuota internet sangatlah minim dan hampir semua orangtua,guru,dosen maupun Peserta didik bisa menggunakannya dengan baik. Namun terdapat Kekurangan di dalam aplikasi ini yaitu video grup WhatsApp hanya bisa diikuti oleh delapan orang, sehingga Whatsapp ini tidak bisa digunakan untuk pembelajaran dengan maksimal. Selain itu, aplikasi ini juga tidak efektif untuk tempat pengumpulan tugas peserta didik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Whatsapp ini tidak tepat untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Â
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga telah menayangkan sebuah program Belajar dari Rumah (BDR) yang disiarkan TVRI pada pertengahan bulan April 2020. Program ini diisi dengan berbagai tayangan edukatif dan menyenangkan sebagai alternatif pembelajaran bagi peserta didik, orangtua, dan guru. Kelebihannya peserta didik hanya bisa menonton dari TVRI didampingi orangtuanya untuk meringkas materi yang disampaikan. Kekurangannya adalah tidak semua peserta didik di rumahnya memiliki televisi dan ada juga yang mempunyai televisi tetapi tidak dapat menangkap siaran TVRI sehingga masih perlu dicari alternatif media pembelajaran yang lain. Media (aplikasi) Pembelajaran Daring yang bisa digunakan antara lain Zoom (platform video conference), Jitsi Meet (platform video conference), Google meet (platform video conference), Cisco Webex (platform video conference), Google Classroom, Google Form, Qiuzizz, E-learning Madrasah, dan WhatsApp.
Dalam sosiologi pendidikan, guru mempunyai tugas dan kewajiban untuk tidak hanya membimbing,mendidik dan mengajar siswa saja tetapi juga guru menjadi pedoman dalam kegiatan pembelajaran sehingga guru ini harus mampu menciptakan suasana belajar yang aktif,inovatif , kreatif, efektif dan menyenangkan. Di sini Guru berperan untuk menjadi contoh sekaligus motivator dan inspirator bagi peserta didik. Oleh karena itu guru,orangtua,tokoh-tokoh masyarakat harus berperilaku sesuai norma-norma di dalam masyarakat,bangsa dan negara. Karena nilai-nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, untuk itu pendidik harus berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
 Menurut Cony Semiawan,guru merupakan salah satu tokoh yang memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai pelaksana kurikulum yang berada pada jajaran depan dalam Lembaga pendidikan. Di dalam Proses belajar mengajar juga melibatkan perilaku individu/perilaku peserta didik dan perilaku pendidik yang nantinya membentuk interaksi dalam pembelajaran. Keberhasilan proses belajar bergantung pada keaktifan perilaku individu di dalam proses pembelajaran.Â
Guru dituntut untuk mampu mewujudkan perilaku yang baik agar peserta didik Mampu berpikir kritis dan kreatif. Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan saja akan tetapi harus memiliki cara kreatif harus dalam mewujudkan kinerja nya sebagai perancang,pembelajaran, pengelolaan pembelajaran sebagai pengarah belajar peneliti dan fasilitator belajar sebagai perencanaan pembelajaran. Guru juga diharapkan mampu untuk merancang kegiatan pembelajaran secara efektif dengan suasana yang kondusif.Â
Seorang guru juga perlu melibatkan peserta didik dalam mengidentifikasi karakteristik dan kebutuhan belajarnya sendiri, Guru Juga harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan pembelajaran seperti merumuskan tujuan,memilih metode pembelajaran,memilih media pembelajaran dan  melakukan evaluasi pembelajaran dan secara kreatif mampu mewujudkan di dalam proses . Seorang guru juga berperan untuk senantiasa membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran tidak hanya melalui pendekatan instruksional dengan menerapkan berbagai metode atau model-model pembelajaran saja akan tetapi harus disertai dengan pendekatan pribadi melalui pendekatan pribadi ini diharapkan guru mampu mengenal dan memahami kondisi karakteristik peserta didik.
Karakter ataupun perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran juga menjadi sulit untuk dipantau dan perilaku peserta didik juga menjadi penunjang utama dalam Interaksi pembelajaran. Pendidikan karakter adalah upaya mewujudkan generasi bangsa yang cerdas dan baik (smart and good citizenship) atau memiliki ahlak mulia dan berkepribadian Indonesia.nKeberhasilan pendidikan karakter mengisyaratkan pembelajaran tidak serta merta dilihat dari pesepektif ranah kognitif saja melainkan bagaimana keseimbangan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang muaranya adalah mewujudkan manusia seutuhnya. Kondisi pandemi Covid-19 saat ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan formal dalam upaya pendidikan karakter bangsa. Pembelajaran dominan tidak dilakukan dengan tatap muka, sehingga menjadi tantangan guru dalam proses pendidikan karakter tersebut. Tujuan pendidikan adalah bagaimana membentuk generasi yang seutuhnya artinya memiliki kecerdasan intelektual,sikap yang baik dan dengan keterampilan yang diperlukan dalam menjalani hidup di masyarakat.Â
Namun dengan adanya pembelajaran secara daring membuat seorang guru tidak bisa secara langsung melihat dan menilai karakter yang dimiliki oleh setiap muridnya hanya melalui layar kaca saja tidak melihat secara keseluruhan, sehingga pada masa ini banyak karakter seorang murid yang menunjukkan sikap kurang baik.
Karakter yang kurang baik ini disebabkan karena kurangnya anak untuk bersosialisasi kepada lingkungan sekitar sehingga ia bersikap acuh dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar nya bersikap tidak sopan ketika bertemu dengan yang lebih tua serta ada yang tidak mengenal tetangga nya, bahkan dengan adanya pembelajaran daring ini membuat anak menjadi lebih mudah marah, stress dan juga ada yang ingin melakukan bunuh diri. Â
Solusi yang bisa dilakukan untuk memperbaiki karakter anak yaitu dengan menggunakan media daring yang bisa live misalnya zoom meeting, google meet, webinar dan lain-lain agar karakter atau perilaku para murid relatif terpantau tidak hanya mengirimkan tugas melalui whatsapp grup tetapi anak murid nya berkeliaran tidak jelas dan melakukan pergaulan yang bebas. Untuk menerapkan karakter yang baik pada anak bisa dilakukan dengan cara menanamkan akhlak dan nilai keagamaan sehingga bisa menerapkan kepribadian yang baik.Â
Baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Serta diperlukan bimbingan konseling sehingga anak bisa berkonsultasi dan mudah menyampaikan keluhan nya terhadap permasalahan yang ada di dalam pembelajaran daring. Dilihat dari sosiologi pendidikan pembelajaran secara daring ini, solusi yang dapat dilakukan yaitu peran guru dan peran orang tua harus bekerjasama dalam mentransmisi kebudayaan pembelajaran daring yang diterapkan pada masa pandemi ini karena dalam pembelajaran daring ini perlu pengawasan dan bimbingan lebih ketat dibandingkan pembelajaran secara luring.
Kemudian terdapat Masalah dalam pembelajaran daring ini seperti tugas - tugas yang diberikan pada siswa ini menumpuk. Sehingga Siswa terbebani dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Pada masa awal proses pembelajaran dari rumah semua berjalan dengan baik. Namun, belakangan para guru juga mulai jenuh mengajar melalui media online. Banyak alasan yang mereka kemukakan. Di antaranya jaringan internet yang tidak memadai, fasilitas alat peraga untuk mengajar yang tidak lengkap dan lain sebagainya.Â
Hingga kebanyakan para guru akhirnya hanya memberikan tugas yang menumpuk kepada para siswa. hal ini menjadi keluhan siswa/siswi dan juga orangtua disebabkan tugas/PR yang diberikan guru terlalu banyak sehingga membebani anak anak. Pemberian PR terhadap siswa selama libur juga tidak menjamin bahwa siswa/siswi akan belajar di rumah. Selain itu, ada ketidakseimbangan dalam pemberian tugas, di mana waktu belajar minim, namun tugas menumpuk. Hasil survey yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada pertengahan April 2020 lalu, yang menyatakan sebanyak 76,7% anak tidak menyukai proses pembelajaran dari rumah. Penyebabnya, minimnya interaksi dengan teman sebaya, dan tugas menumpuk.
Dalam konteks Sosiologi pendidikan yang dilatar belakangi oleh Perubahan sosial telah mengaitkan  dengan kondisi sekarang ini yaitu yang awalnya sistem pembelajaran tatap muka digantikan dengan sistem pembelajaran online (daring) ,karna Pandemi covid-19.Â
Sosiologi pendidikan berperan dalam permasalahan tersebut, karna salah satunya bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh Pendidikan terutama pendidikan akibat pandemi covid-19 ini. Yaitu salah satunya mengadakan integrasi kurikulum pendidikan dengan masyarakat sekitarnya. contohnya seperti kebijakan menteri Nadiem memberi tiga opsi kurikulum selama pandemi: sekolah tetap mengacu kurikulum nasional; sekolah memakai kurikulum darurat; dan sekolah menyederhanakan kurikulum secara mandiri.Â
Dengan kata lain, selama proses belajar daring, sekolah bisa menerapkan kurikulum adaptif. Namun demikian, dalam praktiknya, masih ada guru atau sekolah tetap mengejar ketuntasan kurikulum nasional, sehingga dalam kelas daring selalu memberikan tugas terus-menerus kepada siswa sehingga kegiatan pembelajaran tidak efektif. Kemudian Sosiologi pendidikan menyinggung dalam bahasan tersebut tentang permasalahan peran profesi guru, yaitu dalam kompetensi profesional Guru dituntut memiliki kemampuan menggunakan media dan sumber pengajaran.Â
Dengan sistem pembelajaran daring yang tidak efektif ini juga membuat peserta didik sulit untuk menyerap materi yang telah disampaikan oleh seorang pengajar. Karena pada faktanya saat pembelajaran daring ini banyak guru yang hanya memberikan materi hanya melalui modul tanpa menjelaskannya sedikitpun, selain itu juga biasanya dalam pembelajaran Daring ini biasanya banyak pengajar yang menggunakan aplikasi zoom meeting dan google meet dalam melakukan kegiatan belajar mengajar tetapi saat kegiatan belajar berlangsung,banyak peserta didik yang mematikan kameranya dan juga banyak peserta didik yang melakukan kegiatan lain bahkan tidur dan akhirnya mereka tidak memerhatikan penjelasan dari guru tersebut.Â
Hal ini menjadi sorotan utama dalam pembelajaran daring solusinya yaitu seorang pengajar harus menggunakan sistem/metode pembelajaran yang berbeda untuk menarik semanagat motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran seperti dengan metode berdiskusi,bermain game,debat,presentasi. Menonton film dokumenter dan lainnya supaya peserta didik cepat dalam memahami materi yang disampaikan.
Dalam kondisi pandemi saat ini tentunya banyak sekali hambatan terutama dalam pendidikan, dimana saat pandemi ini banyak sekali perubahan yang mengakibatkan masyarakat susah untuk beradaptasi. Sebagai contoh,dalam pendidikan yang biasanya kita pergi kesekolah sekarang kita harus belajar dengan secara daring, itu banyak mengakibatkan para murid tidak terbiasa dengan kondisi seperti ini yang akhirnya akan menimbulkan banyak masalah yang timbul seperti pembelajaran dominan belum interaktif, akibat pembelajaran daring ini murid menjadi kurang dalam interaktif mereka menjadi lebih kurang dalam keterkaitan dalam pembelajaran ini, salah satu solusinya yaitu diupayakan menggunakan media daring variatif yaitu pengajar dapat menggunakan metode 3 M agar menciptakan daring lebih variatif.
Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar Juga diperlukan konsep 3M yaitu (Media, Metode, dan Materi). Media adalah terkait dengan platform apa saja yang bisa digunakan pengajar untuk memastikan pembelajaran daring bisa berjalan. Baik yang sederhana, maupun platform yang lebih canggih. Misalnya, what'sapp, blog, zoom, webex, google meet, messengger, instagram live, youtube live, g suite, moodle, edmudo, dan banyak lagi yang lain. Metode ini terkait bagaimana pengajar men-deliver konten secara efektif. Bagaimana pengajar bisa menyusun strategi pembelajaran (instructional strategies) daring yang notabene berbeda dengan pembelajaran luring ini secara efektif. Materi atau resources (materi ajar) artinya pengajar juga harus bergerak dan mengakselerasi kemampuannya untuk mencari atau bahkan membuat materi ajar digital.
 Dengan adanya pandemi ini bukan menjadi alasan utama terhentinya kegiatan Pendidikan di Indonesia. Pemerintah maupun elemen masyarakat harus mampu membuat inovasi dan terobosan terbaru dalam menyesuaikan Proses belajar mengajar dengan era pandemic saat ini karena Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling utama dalam memajukan bangsa,dalam membangun negara serta dengan adanya Pendidikan ini juga dapat mendongkrak dan mensejahterakan sistem perekonomian di suatu Negara. Sosiologi Pendidikan sendiri berperan dalam merumuskan masalah Pendidikan yang terjadi di era pandemi ini dan berperan juga dalam memecahkan masalah ataupun mencari solusi atas segala permasalahan Pendidikan yang terjadi selama pandemi Covid-19 ini.
Daftar Pustaka :
Ahmadi, Abu. 2018. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Moh.Suardi. Cetakan ke-1 Tahun 2017. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Parama ilmu
Dr.Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. 2016. Sosiologi Pendidikan .Yogyakarta: Kalimedia
http://iismasitohku.blogspot.com/2015/10/book-report-sosiologi-pendidikan-abu.html?m=1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H