Mohon tunggu...
Anisah Alfikrah
Anisah Alfikrah Mohon Tunggu... Lainnya - Owner Alfikrah Shop

Anisah Alfikrah adalah nama pena dari Siti Nur Anisah. Gadis berdarah Jawa ini lahir di Purworejo, 28 tahun silam. Penulis memulai pendidikannya di TK Mardisiwi Purworejo kemudian melanjutkan pendidikan di SD Netral D Yogyakarta, MTs Siti Mariam Banjarmasin, MA Al Falah Banjarbaru, kemudian melanjutkan studi pada Prodi PAI di IAIN Kudus hingga tahun 2019 silam. Berawal dari hobi membaca sejak masih SD, membuatnya tertarik pada dunia kepenulisan. Disela-sela waktu senggangnya Anisah sering menorehkan karyanya berupa puisi, cerpen serta novel di buku diary maupun di buku tulis dan telah dibaca oleh teman-temannya. Salah satu penulis favorit Anisah adalah H. Habiburrahman el Shirazy, Lc.Pg.D. Sejak membaca buku yang berjudul "Bumi Cinta" ditambah pengalamannya saat menjadi anggota Sukarelawan Palang Merah Indonesia di Kabupaten Demak, Anisah terinspirasi untuk membagikan hal-hal menarik yang ia alami sebagai pembelajaran bagi masyarakat luas. Salah satu impiannya adalah menerbitkan sebuah solo karya. Bagi gadis pecinta pedas ini, menulis merupakan salah satu cara menyalurkan ide dan isi hati serta jembatan untuk menginspirasi orang lain. Mottonya yakni, "Tidak ada usaha yang sia-sia karenaAllah tidak pernah tidur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Beringin Keramat di Pantura

7 September 2022   17:49 Diperbarui: 7 September 2022   18:00 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest/Homesthetics.net

'Braaak!'

'Duum!'

Dina berjalan terhuyung-huyung. Kakinya terasa sangat berat, badannya gemetar. Seketika napasnya seperti terhenti. Dilihatnya dalam-dalam pemandangan di depan mata. Batinnya teriris pilu, air matanya mulai membanjiri pipi.

"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un." Ucapnya lirih.

Jemarinya perlahan meraba blouse yang dikenakannya. Sebagian terasa basah dan licin. Dipandanginya jemarinya yang telah menyentuh bagian itu. Darah segar menempel hampir di seluruh blouse dan celana jeans yang dikenakan Dina.

"Aaaaaaaa!"

"Tolooooong!"

Teriakan demi teriakan terdengar bersahut-sahutan. Rintihan dan tangisan ikut serta mewarnai suasana duka kala itu. Beberapa orang terlihat berusaha menyelamatkan diri. Sebagian berhasil, namun sebagian lainnya kesulitan dikarenakan tubuhnya terjepit puing-puing bus dan beberapa kendaraan berat lainnya. Tiga truk, satu tronton, lima mobil pribadi, serta beberapa sepeda motor telah mengalami tabrakan beruntun di salah satu ruas jalan Pantura.

'Wiu... Wiu... Wiu...'

Beberapa mobil ambulance telah tiba di lokasi kecelakaan itu. Dengan sigap para petugas medis bergegas memberikan pertolongan kepada korban. Kemacetan pun tak terhindarkan. Sementara itu, di sisi lain ruas jalan para polisi tengah mengatur lalu lintas guna mengurai kemacetan.

"Mbak! Apakah anda baik-baik saja?" Tanya seorang petugas medis pada Dini. Seketika membuyarkan lamunannya.

"Saya baik-baik saja, mbak. Hanya sedikit syok saja." Jawabnya singkat.

Dini segera di ajak menyingkir dari lokasi kejadian. Petugas medis itupun segera memeriksa keadaan Dini. Syukurlah ia hanya mengalami luka ringan karena terjatuh saat berusaha menghindari menabrak kendaraan di depannya. Sedangkan seorang wanita yang berkendara di samping k
anannya tak sempat menghindar, akibatnya wanita itu menabrak sebuah mobil sedan di depannya kemudian disusul tertabrak sebuah truk dari arah belakang. Hingga akhirnya tubuh wanita itu seketika hancur dan darahnya mengenai Dina.

Setelah memastikan bahwa dirinya baik-baik saja, Dina segera menelepon ayah dan ibunya agar dijemput. Sembari menunggu mereka datang, Dina duduk di sebuah pos ojek yang berada tak jauh dari lokasi kecelakaan.

"Yaa Allah! Baru kemarin malam ada orang kecelakaan sampai mobilnya masuk sungai, sekarang malah nambah lagi. Lebih banyak pula!" Gumam seorang warga yang tengah menyaksikan para petugas mengevakuasi korban.

"Lokasinya juga selalu di dekat pohon beringin tua itu ya, Pak!" Sahut seorang wanita paruh baya yang berdiri di sebelahnya.

"Satu minggu ini berarti sudah ada tiga kecelakaan, Bu! Dan pasti ada korban yang meninggal. Padahal ya jalannya mulus."

"Mungkin benar ya, Pak. Kata orang-orang desa sini sih, itu pohon beringin memang keramat."

"Hush! Jangan ngawur, Bu! Itu cuma mitos!"

"Mitos apa sih, Pak! Nyatanya dulu ada orang yang mau nebang pohon itu tidak bisa, malah orangnya sakit terus meninggal!"

"Mungkin hanya kebetulan, Bu!"

"Ya tidak, Pak! Sudah tiga orang lho yang berusaha menebang pohon itu. Rumor yang beredar, dua orang meninggal setelah beberapa waktu mencoba menebang pohon beringin itu, sedangkan satu orang masih hidup. Tetapi kabarnya orang itu menjadi tidak waras."

Dina hanya terdiam mendengar obrolan mereka yang cukup serius.

Memang selama ini orang tua Dina selalu mewanti-wanti agar berhati-hati jika bepergian. Khususnya jika melewati pohon beringin tua itu. Rumor tentang pohon beringin keramat itu memang telah menyebar luas pada masyarakat sekitar, serta menjadi cerita turun-temurun sejak puluhan tahun yang lalu. Konon katanya, pohon beringin itu telah tumbuh sejak zaman penjajahan. Dahulu kala, korban-korban kekejaman penjajah telah banyak yang dikubur di sekitar pohon beringin itu. Beberapa diantaranya bahkan dikubur hidup-hidup. Saat pembuatan jalan Pantura, pohon beringin itu berusaha untuk di tebang. Akan tetapi para pekerja kesulitan saat menebang pohon itu. Akhirnya pohon itu dibiarkan tetap tumbuh hingga sekarang.

Picture by: Pinterest

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun