Pengertian Pendekatan Emosional dalam pembelajaran
Pendekatan emosional adalah kunci bagi guru untuk memahami siswa mereka. Melalui komunikasi yang erat, guru dapat membangun hubungan yang memungkinkan mereka untuk memberikan bimbingan dan dukungan kepada siswa, baik dalam maupun di luar kelas.
Memahami karakter siswa secara mendalam adalah tujuan utama pendekatan emosional. Dengan mengenal siswa mereka, guru dapat menyesuaikan metode pengajaran mereka agar materi pelajaran tersampaikan dengan efektif. Hubungan yang kuat antara guru dan siswa, seperti yang ditekankan oleh Parrot (2021), sangat penting untuk membangun minat dan motivasi belajar. Hubungan yang positif dapat berdampak positif pada perkembangan siswa dan hasil belajar mereka, sedangkan hubungan yang negatif dapat memiliki efek sebaliknya.
Salam dkk. (2021) menekankan bahwa pendekatan emosional adalah hubungan yang intens antara guru dan siswa, mirip dengan bimbingan konseling, yang melibatkan komunikasi terbuka dan personal untuk memahami masalah yang dihadapi siswa baik di sekolah maupun di masyarakat. Namun, pandemi Covid-19 telah menjadi penghalang besar dalam penerapan pendekatan emosional di dunia pendidikan. Pandemi telah membatasi interaksi antara guru dan siswa, yang merupakan inti dari pendekatan emosional. Keterbatasan ini membuat sulit bagi guru untuk membangun hubungan yang erat dan suportif dengan siswa, yang penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan memotivasi.
Kurangnya interaksi langsung juga berdampak pada hubungan antar siswa. Siswa hanya dapat berinteraksi secara online, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam membangun persahabatan dan kemampuan bersosialisasi. Hal ini dapat menyebabkan rasa bosan dan kesedihan karena kurangnya interaksi sosial langsung dengan teman sebaya.
Pentingnya Perkembangan Emosional Anak Usia Dini
Membantu Anak Mengenal Lingkungan
Salah satu pentingnya aspek sosial-emosional untuk anak karena bisa membantunya dalam bersosialisasi. Hal ini sangat penting mengingat makhluk hidup tidak bisa hidup sendirian. Di usia dini, anak sudah boleh diajari untuk membangun hubungan sosial. Melalui perkenalan, anak mulai bisa berinteraksi dan saling berbagi. Bahkan, seiring usia, perkembangan emosional anak akan berubah menjadi perkembangan sosial. Pada tahap ini, pengembangan aspek sosial-emosional berubah menjadi pertemanan. Bahkan, anak-anak juga bisa menangani konflik bersama-sama. Selain itu, perkembangan sosial anak bisa membawa dampak baik saat dewasa nanti.
Membuat Anak Lebih Mandiri
Salah satu alasan kenapa aspek sosial dan emosional penting dikembangkan karena membawa dampak baik pada anak. Anak-anak bisa menjadi lebih mandiri. Biasanya di umur 1-2 tahun, anak akan merasa tidak nyaman saat berpisah dengan seseorang. Nah, jika dibiarkan, maka pribadi anak yang tidak mandiri akan mulai terbentuk. Oleh karena itu, kamu bisa melatihnya dengan cara berpisah dari anak sebentar. Cukup 10-15 menit saja saat anak sudah mulai terbiasa. Namun, orang tua harus berpamitan kepada anak agar anak mengerti kondisinya. Dengan begitu, perkembangan sosial dan emosionalnya akan lebih baik sejak dini.
Membantu Mengenali Perasaan pada Anak
Tahap perkembangan sosial emosional anak usia dini mulai terlihat pada usia 2-3 tahun. Biasanya, di usia tersebut emosional anak cenderung meledak. Saat hal tersebut terjadi, kamu bisa meminta anak untuk bercerita. Jangan biarkan anak memendamnya sendiri karena akan membuatnya menjadi kebiasaan buruk.
Kamu bisa memberitahu anak mengenai emosi yang dia rasakan. Hal ini sangat membantu si kecil untuk mengenali dan memahami perasannya. Seperti yang diketahui, emosi terbagi menjadi dua bagian, emosi positif dan emosi negatif. Kamu bisa mengajarkan semua emosi tersebut untuk membantu perkembangan emosionalnya.
Saat anak tidak bisa mengontrol emosinya, kamu bisa mengubah pandangan anak. Terkadang, saat anak marah, orang tuanya merasa kesal. Hal inilah yang membuat perkembangan emosi pada anak menjadi tidak baik. Sebagai gantinya, kamu bisa membuatnya mengerti akan hal terjadi.
Jika perlahan dia mulai mengerti permasalahannya, maka emosinya pun mulai mereda. Dengan begitu, kamu bisa membantu si kecil untuk mengambil langkah yang positif. Hal ini juga pastinya membuat anak merasa aman dan nyaman.
Strategi Pendekatan Emosional Anak Usia Dini
Pendekatan emosional dalam pendidikan anak usia dini dapat dilakukan melalui berbagai strategi yang membantu anak mengenali, memahami, dan mengelola emosinya secara sehat. Salah satu strategi penting adalah menciptakan lingkungan belajar yang aman dan positif, seperti menyediakan ruang yang ramah anak, menggunakan bahasa yang lembut, dan menghindari hukuman keras yang dapat merusak kepercayaan diri anak. Selain itu, anak juga perlu diajarkan kesadaran emosional melalui kegiatan seperti mengenali emosi dengan media cerita, lagu, atau permainan yang memperkenalkan berbagai ekspresi perasaan. Regulasi emosi juga menjadi fokus penting, di mana guru dapat mengajarkan teknik sederhana seperti pernapasan mendalam atau menggunakan calm corner untuk membantu anak menenangkan diri saat menghadapi situasi yang menantang.
Lebih lanjut, membangun hubungan hangat antara guru dan anak menjadi pondasi dalam pendekatan emosional, misalnya dengan menunjukkan empati terhadap perasaan anak dan memberikan perhatian penuh saat mereka berbicara. Selain itu, kegiatan yang melibatkan interaksi sosial, seperti permainan kelompok, dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berbagi, bekerja sama, dan menyelesaikan konflik secara sehat. Penguatan positif, seperti memberikan pujian atau penghargaan, juga berperan besar dalam mendorong anak untuk merasa dihargai atas perilaku baik mereka. Strategi ini dapat diperkuat dengan menggunakan media kreatif seperti menggambar, bermain peran, atau membaca buku cerita untuk membantu anak mengekspresikan emosi mereka.
Pendekatan ini juga dapat disisipkan dalam rutinitas harian, seperti mengajak anak berbicara tentang perasaan mereka saat waktu makan bersama atau refleksi di akhir hari. Guru dan orang tua perlu menjadi teladan dalam mengelola emosi dengan menunjukkan cara yang tenang dan penuh kendali dalam situasi sulit.
Dengan mengintegrasikan strategi ini secara konsisten, anak usia dini tidak hanya mampu memahami emosi mereka sendiri, tetapi juga membangun kepercayaan diri, hubungan sosial yang baik, serta keterampilan regulasi emosi yang bermanfaat untuk kehidupan mereka di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H