Mohon tunggu...
Nawal Kamil
Nawal Kamil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu komunikasi yang mempunyai minat terhadap digital dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesultanan Banten: Asal-usul, Puncak Kejayaan, Masa Keruntuhan, Raja-raja

6 Mei 2024   14:52 Diperbarui: 6 Mei 2024   15:10 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

4. Serangan dari Luar

Selain VOC, Kerajaan Banten juga menghadapi serangan dari kekuatan luar lainnya, termasuk kesultanan tetangga dan bangsa asing lainnya. Serangan-serangan ini melemahkan pertahanan dan kekuatan militer Banten, serta menyebabkan penurunan pengaruh politik dan ekonomi kerajaan.

5. Pembagian Wilayah

Keruntuhan Kerajaan Banten akhirnya terjadi pada awal abad ke-18 Masehi ketika wilayahnya mulai dibagi-bagi oleh kekuatan luar. VOC, bersama dengan kesultanan tetangga dan bangsa asing lainnya, mengambil alih wilayah-wilayah penting yang dulunya menjadi bagian dari kekuasaan Kerajaan Banten. Proses ini mengakhiri dominasi politik dan kebudayaan Banten di wilayah barat Pulau Jawa.

Masa keruntuhan Kerajaan Banten menandai akhir dari sebuah era kekuasaan yang gemilang dan berpengaruh di Nusantara. Meskipun berakhirnya Kerajaan Banten sebagai entitas politik, warisan budaya dan sejarahnya tetap hidup dalam ingatan dan warisan masyarakat Banten dan Indonesia secara keseluruhan. Keruntuhan Kerajaan Banten juga menjadi pelajaran berharga tentang kompleksitas dinamika politik dan ekonomi pada masa kolonial di Indonesia.

Raja-raja kesultanan Banten

  • Syarif Hidayahtullah (Sunan Gunung Jati) tidak mentasbihkan diri sebagai Sultan.
  • Maulana Hasanuddin Panembahan Surosowan (1552-1570)
  • Maulana Yusuf Panembahan Pakalangan Gede (1570-1580)
  • Maulana Muhammad Pangeran Ratu Ing Banten (1525-1552)
  • Sultan Abul Mafachir Mahmud Abdul Kadir Kenari (1580-1596)
  • Sultan Abul Ma'ali Ahmad (1596-1651)
  • Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672)
  • Sultan Abun Nasr Abdul Kahhar-Sultan Haji (1672-1687)
  • Sultan Abdulfadhl (1687-1690)
  • Sultan Abul Mahasin Zainul Abidin (1690-1733)
  • Sultan Muhammad Syifa Zainul Arifin (1733-1750)
  • Sultan Syarifuddin Ratu Wakil (1750-1752)
  • Sultan Muhammad Wasi Zainul Alimin (1752-1753)
  • Sultan Muhammad Arif Zainul Asyikin (1753-1773)
  • Sultan Abul Mafakih Muhammad Aliyuddin (1773-1799)
  • Sultan Muhyiddin Zainussholihin (1799-1801)
  • Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqi (1801-1802)
  • Sultan Wakil Pangeran Natawijaya (1802-1803)
  • Sultan Agilludin (1803-1808)
  • Sultan Wakil Pangeran Suramanggala (1808-1809)
  • Sultan Muhammad Syafiuddin (1809-1813)
  • Sultan Muhammad Rafi'uddin (1813- 1820)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun