Kebebasan berpendapat akhir-akhir ini dimarakkan kembali oleh para pemuda dalam cuitan Twitter.
Seperangkat isu muncul dan menjadi viral hingga menyadarkan masyarakat akan pentingnya hal tersebut.
Tak jarang pula isu yang sudah lama dan tidak terusut dengan tuntas, viral dan diusut kembali. Hal ini menunjukkan betapa dahsyatnya dampak yang diberikan oleh sosial media dengan logo burung biru tersebut.
Salah satu alasan beraninya speak up para pemuda ialah keamanan privasi yang berlindung dibalik sebuah akun anonim, yaitu menulis cuitan dengan profil samaran. Tentu akun anonim tidak selamanya baik, seperti halnya ujaran kebencian, sehingga orang-orang serasa bebas menghujat suatu hal.
Akun anonim pula dapat dikatakan baik jika tujuannya memang speak up suatu kasus sensitif dengan melindungi identitas asli mereka, walupun dalam beberapa kasus ternyata ada beberapa oknum yang kurang menyukai isu yang diangkat akan melakukan segala cara untuk mendapatkan identitas aslinya.
Sebagai contoh, pada sebuah isu belakangan ini yang viral mengenai cuitan salah seorang pengguna twitter.
Polisi se-Indonesia bisa diganti satpam BCA aja gaksih— Fachrial Kautsar (@fchkautsar) October 13, 2021
Cuitan tersebut berbuntut dengan berbagai macam teror yang diterima oleh pemilik akun tersebut, dari DM Twitter, Instagram, bahkan menghubungi nomor telefon pribadinya.
"Kebebasan Berpendapat" diharuskan untuk dikaji ulang dengan adanya kasus serupa, bahkan terjadi dalam isu yang lain.
Tentu dari sini kita bisa belajar, Â bahwa sosial media adalah dunia yang sangat luas, termasuk twitter. Alangkah baiknya untuk dipikirkan kembali momen dak diksi yang digunakan untuk mengungkap sebuah isu apapun, karena tidak semua orang mampu menerima itu.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!