Mohon tunggu...
Nauval Hanif Al Imroni
Nauval Hanif Al Imroni Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (21107030036)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Candi Prambanan: Upaya Pemulihan Sektor Pariwisata Pasca Pandemi Covid-19

7 Juni 2022   21:56 Diperbarui: 8 Juni 2022   17:58 1475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal (17/05/2022) Presiden Joko Widodo telah mengumumkan bahwa masyarakat sudah boleh melepas masker ketika beraktivitas di luar ruangan menjadi kabar baik bagi kita semua, Terutama sektor pariwisata di Indonesia. Semenjak pandemi covid-19 tahun 2020 silam, banyak objek wisata yang ditutup sebagai upaya memutus rantai penyebaran covid-19 di Indonesia. Tak terkecuali objek wisata Candi Prambanan yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Candi Prambanan merupakan salah satu objek wisata yang terdampak akibat pandemi covid-19. Per tanggal (20/03/2020) objek wisata Candi Prambanan ditutup sementara. Dan kemudian dibuka kembali namun dengan kapasitas pengunjung yang terbatas. Hal ini mengakibatkan berkurangnya pemasukan dana dari pemanfaatan objek wisata Candi Prambanan sebagai salah satu stimulus perekonomian di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jamaludin Mawardi selaku General Manager Taman Wisata Candi Prambanan menuturkan bahwa covid-19 sangat berpengaruh terhadap industri pariwisata. Semenjak awal masuknya covid-19 pada tahun 2020 cagar budaya ditutup total. Awalnya wisatawan tidak boleh masuk di kawasan cagar budaya sama sekali dan bahkan pemerintah juga melarang masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata. Karena dua hal tersebut industri pariwisata benar-benar lumpuh total.

Namun seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit para wisatawan mulai diizinkan kembali untuk mengunjungi cagar budaya berupa Candi Prambanan tersebut. Hal tersebut sangat memberi dampak positif. Dari sisi recovery, saat ini jumlah pengunjung Candi Prambanan belum begitu banyak dibandingkan dengan jumlah pengunjung saat sebelum pandemi, namun Jamaludin yakin nantinya jumlah pengunjung akan kembali ramai pada saatnya.

Jamaluddin menambahkan, disisi lain pandemi covid-19 juga memiliki dampak positif yaitu pengelola Candi Prambanan yang memiliki otoritas bisa lebih memaksimalkan upaya konservasi Candi Prambanan, sehingga nanti ketika kondisi sudah memungkinkan paling tidak bisa membantu memulihkan kondisi fisik dari cagar budaya Candi Prambanan ini.

(kiri) Jamaluddin Mawardi selaku General Manajer Taman Wisata Candi Prambanan. (sumber: dokumen pribadi)
(kiri) Jamaluddin Mawardi selaku General Manajer Taman Wisata Candi Prambanan. (sumber: dokumen pribadi)

Jumlah pengunjung yang datang ke cagar budaya Candi Prambanan sangat berpengaruh terhadap bergeraknya roda perekonomian para pelaku UMKM yang berada di sekitar kawasan Candi Prambanan. Jika pengunjung cagar budaya Candi Prambanan sepi, maka pelaku UMKM lah yang merasakan dampaknya secara langsung. Karena mereka menggantungkan hidupnya pada hasil penjualan produk UMKM yang mereka jual. Dan upaya pemulihan sektor pariwisata pasca pandemi covid-19 ini menjadi kabar baik bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Saat artikel ini ditulis, kawasan cagar budaya Candi Prambanan terlihat ramai pengunjung. Dengan uang Rp 50.000 para pengunjung sudah bisa masuk dan menikmati kawasan Candi Prambanan. Di dalam kawasan candi juga menyewakan fasilitas mobil golf untuk mengantar para pengunjung berkeliling kawasan candi.

Candi Prambanan atau sering juga disebut sebagai candi roro jonggrang  merupakan candi hindu terbesar di Indonesia yang dibangun sekitar abad ke-9 masehi. Denah asli Candi Prambanan berbentuk persegi empat, terdiri dari pelataran luar dan tiga pelataran dalam: Jaba (pelataran luar), Tengahan (pelataran tengah) dan Njeron (pelataran dalam). Pelataran luar adalah ruang terbuka yang mengelilingi bangunan luar. Halaman luarnya berbentuk bujur sangkar dengan luas 390 m2. Pekarangan yang dulunya dikelilingi  pagar batu ini kini menjadi reruntuhan. Halaman luar sekarang hanya menjadi halaman kosong. Tidak diketahui apakah awalnya ada bangunan atau dekorasi lain di halaman ini.

Di tengah halaman luar terdapat halaman kedua, halaman tengah  berbentuk persegi panjang, dengan luas 222 m2. Halamannya juga dikelilingi pagar batu yang kini sudah roboh. Halaman ini terdiri dari empat teras, yang terdalam adalah yang tertinggi. Di teras pertama yang merupakan yang terendah, terdapat 68 candi kecil yang berjejer di sekelilingnya, dibagi menjadi empat baris dengan jalan setapak yang terhubung dengan gerbang halaman. Di teras kedua terdapat 60 candi, di teras ketiga ada 52 candi, dan di teras keempat, atau teras, ada 44 candi. Semua candi di pelataran tengah memiliki bentuk dan ukuran yang sama,  luas alasnya 6 m2 dan tingginya 14 m. Hampir semua candi di pelataran tengah  saat ini dalam keadaan dibongkar. Hanya puing-puing yang tersisa.

Halaman dalam adalah halaman tertinggi dan  dianggap sebagai tempat  paling suci. Halaman ini memiliki lantai berbentuk persegi empat, luas 110 m2,  tinggi sekitar 1,5 m dari  teras halaman tengah. Halaman ini juga dikelilingi oleh turap dan pagar batu. Pada keempat sisinya terdapat gapura berupa gapura paduraksa. Saat ini, hanya gerbang selatan yang tersisa. Di depan setiap gerbang pelataran atas terdapat sepasang candi kecil, tanah persegi, luas 1,5 m2, tinggi 4 m.

potret salah satu candi di area pelataran dalam. (sumber: dokumen pribadi)
potret salah satu candi di area pelataran dalam. (sumber: dokumen pribadi)

Di pelataran dalam, ada dua baris candi yang membentang dari utara ke selatan. Di jajaran barat, ada 3 candi yang menghadap ke timur. Candi yang  paling utara adalah candi Wisnu, di tengah adalah candi Siwa dan di selatan adalah candi Brahma. Di barisan timur juga terdapat 3 candi yang menghadap ke barat. Ketiga candi ini disebut candi berkuda (wahana = kendaraan), karena masing-masing candi menyandang nama  binatang yang merupakan tunggangan dewa yang candinya terletak di depannya.

Candi di seberang candi Wisnu adalah candi Garuda, di seberang candi Siwa adalah candi Nandi (lembu), dan di seberang candi Brahma adalah candi Angsa. Dengan demikian, keenam candi ini saling berhadapan membentuk koridor. Candi Wisnu, Brahma, Angsa, Garuda dan Nandi memiliki bentuk dan ukuran yang sama, berbentuk bujur sangkar, luasnya 15 m2 dengan tinggi 25 m. Di ujung utara dan selatan setiap lorong, ada sebuah kuil kecil yang  berhadapan, yang disebut Candi Apit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun