Mohon tunggu...
nauval afnan
nauval afnan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Netijen Julid

Bujangan alay bergelar Sarjana Sastra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Implicit Bias: Habib Umar Assegaf Vs Aparat dalam Kasus Pelanggaran PSBB

23 Mei 2020   21:31 Diperbarui: 23 Mei 2020   21:29 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar cnnindonesia.com

Di suatu pagi yang cerah, Sabtu 23 Mei 2020. Tepat hari terakhir ramadhan saya terkejut ketika melihat Trending Topic Twitter tadi pagi. Ya, “PolisiTakutJubahPutih” telah meramaikan Trending Topic Twitter yang telah dikicaukan oleh netizen sampai 6119 kali hingga artikel ini terbit. Topik tersebut merupakan pembahasan julid netizen tentang Habib Umar Abdullah Assegaf yang protes karena tolak aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga menimbulkan baku hantam dengan salah satu aparat yang bertugas.

Saya penasaran apa yang terjadi pada hastag yang popular di twitter tersebut. Lalu saya mencari tahu dan berikut adalah kronologi kasus Umar Assegaf Vs Aparat dalam kasus pelanggaran PSBB.

  • Bermula dari sebuah video viral, Umar Assegaf menjadi sorotan netizen karena berperilaku tidak terpuji yaitu melanggar PSBB tapi justru marah hingga baku pukul terhadap petugas yang mengingatkan beliau. Menurut AKBP Teddy dari Kasat Lantas Polrestabes Surabaya Kejadian tersebut terjadi di check point exit tol Satelit Rabu (20/5) sore. Petugas menghentikan mobil sedan dengan nomor polisi N 1 B tersebut karena mengangkut lima penumpang yang jelas menyalahi aturan PSBB.
  • Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menyayangkan sikap salah satu petugas yang terlibat insiden baku pukul dengan Umar Assegaf. Sekertaris Umum MUI Jatim, Ainul Yaqin, mengatakan bahwa semestinya petugas tersebut bisa bersikap lebih persuasif. Sebab, menurutnya, Umar Assegaf merupakan tokoh masyarakat yang dihormati.
  • Sementara itu petugas gabungan yang berjaga saat insiden terjadi melaporkan Umar Assegaf ke Polda Jawa Timur Kamis (21/5). Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko, membenarkan laporan yang dilakukan oleh petugas gabungan, yakni, dari Satlantas Polrestabes, Dinas Perhubungan, Satpol PP, dan BPB Linmas Surabaya. Polda Jatim juga akan memeriksa video yang beredar tersebut secara digital forensik untuk memastikan keabsahan rekaman tersebut sebagai alat bukti.
  • Jumat (22/5) Kombes Pol Trunoyudo Wisnu mengatakan, telah dilakukan mediasi antara Umar Assegaf dan petugas PSBB. Kedua belah pihak sepakat berdamai kata dia. Polda Jawa Timur berharap kasus tersebut tidak diperpanjang dan dinyatakan selesai tanpa syarat.

“Tujuannya untuk menyelamatkan masyarakat juga, dan keluarganya. Petugas kami akan lakukan evaluasi bagaimana hubungan dengan masyarakat lain,” ucapnya.

Setelah mengamati perkembangan kasus ini yang sebenarnya sudah selesai, namun dalam benak saya terdapat hal menarik ketika mengamati reaksi netizen mengecam oknum-oknum yang dianggap menzolimi Habib Umar Assegaf. Dalam kicauan twitter hastag "PolisiTakutJubahPutih" tersebut banyak sekali pendukung Habib Umar Assegaf seolah-olah Umar Assegaf merupakan Ulama yang tidak pernah mempunyai salah dan khilaf sama sekali. 

Jika saya amati kalimat-kalimat yang digunakan untuk membela Umar Assegaf sangat irasional dan mengedepankan pandangan objek berupa Ulama yang 'harus disegani'. 

Sikap netizen tersebut mengingatkan saya terhadap salah satu kultur di Indonesia yang terdapat di pulau Madura. Selain ibu kandungnya, orang Madura sangat segan dan menghormati Kyai beserta keturunannya. Cara pandang mereka terhadap Kyai sangatlah superior. Lalu mengapa hal itu bisa terjadi dan apa yang melatar-belakangi hal tersebut?

Menurut kajian dari Ohio State University, perasaan seperti ini merupakan Implicit Bias atau dorongan dalam alam bawah sadar dimana kita mengasosiasikan karakter fisik tertentu seperti warna kulit, jenis rambut atau jenis kelamin yang dihubungkan dengan sifat-sifat positif atau negatif meskipun orang tersebut tidak memiliki sifat yang dimaksud.

Implicit Bias mengacu pada sikap atau steriotip yang mempengaruhi pemahaman, tindakan, dan keputusan secara tidak sadar. Impicit Bias yang ditanam di alam bawah sadar dapat menyebabkan memiliki perasaan dan sikap tentang orang lain berdasarkan karakteristik seperti ras, etis, usia, dan penampilan. Implicit Bias berkembang sepanjang hidup dimulai pada usia dini melalui paparan pesan langsung ataupun tidak langsung.

Dalam hal ini netizen mengasosiasikan Kyai merupakan seorang Ulama warisan Rassulullah yang harus dihormati karena sosoknya pembawa nilai-nilai kebenaran yang mutlak. Jadi sangat tidak mungkin kalau seorang ulama berbuat kesalahan hingga berurusan dengan hukum dan kepolisian.

Faktanya seorang Kyai juga merupakan manusia yang tak luput dari salah dan khilaf. Jika semua Kyai dianggap kebal hukum maka bagaimana jika misalnya Wakil Presiden Indonesia Prof. Dr. KH Ma’ruf Amin terjerumus dalam kasus korupsi?

Sumber :

cnnindonesia.com

tirto.id

kirwaninstitute.osu.edu/research/understanding-implicit-bias/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun