Tentu saja rencana pembangunan tersebut menuai pro dan kontra terutama dari pihak Konsulat Autralia. Alasan paling mendasar adalah soal kemanusiaan. Bahkan Perdana Menteri Australia Scoot Morisson mengecam terbitnya IMB di lahan ex Sari Club oleh Pemkab Badung.Â
Dalam postingan di media sosialnya (25/4/2019) Morisson menyatakan Pemerintah Australia sebenarnya telah memberikan dana bagi pembangunan Taman Perdamainan di lokasi ex Sari Club ini. Bahkan Konsul Jendral Australia di Bali telah bekerja keras untuk menyelesaikan masalah ini.
Lina Tania sebagai pemilik lahan ex Sari Club dalam jumpa persnya 29 April 2019 di J4 Hotels Legian, menuding bahwa pihak Bali Peace Park Association (BPPA) telah mengintervensi kewenangan untuk membangun gedung restoran di atas tanah miliknya. Bahkan BPPA mem-publish tanah ex Sari Club tanpa sepengetahuan pihaknya dan ia menganggap tidak dapat menuai keuntungan finansial dari tanah yang dibiarkan kosong setelah belasan tahun tragedi Bom Bali 1.Â
Keputusan menjual situs bersejarah itu kabarnya telah disepakati sebesar 49 milyar rupiah antara pihak BPPA dan pemilik tanah. BPPA telah menawarkan kopensasi sebesar $ 500.000 Â tetapi pemilik meminta $ 9 juta. Hingga saat ini belum ada keputusan final dari kedua belah pihak.
Saya pribadi hanya bisa berdoa agar para elit dapat menyelesaikan polemik ini secara bijak. Waktu telah menunjukkan pukul 17:50 Wita dan sebentar lagi waktu berbuka akan tiba. Saatnya saya meninggalkan tempat ini.
SUMBER:
https://www.liputan6.com/news/read/3665634/5-fakta-usai-meledaknya-bom-bali-i
https://regional.kompas.com/read/2012/10/12/10243665/air.mata.tumpah.di.monumen.bom.bali
http://penjajailmu.blogspot.com/2013/05/teori-empati-1_22.html
https://kumparan.com/@kumparannews/sebenarnya-holocaust-memorial-di-berlin-itu-tempat-apa-sih