Mohon tunggu...
Nauris Rofaudin
Nauris Rofaudin Mohon Tunggu... Editor - Departemen Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga 2019

Undergraduate Student English Literature in Universitas Airlangga | Interest in editing and writing | Owner of @desainor

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pemahaman Konsep Kesinambungan Antar Keseluruhan Eksistensi di Alam Semesta Ini ala Gus Baha

28 November 2020   15:29 Diperbarui: 1 Desember 2020   21:09 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Baha saat pertama kali muncul di muka umum saat peringatan Maulid Nabi 2018 di PP. Bumi Shalawat Sidoarjo bersama Gus Ali [Dok. Progresif TV]

"Haduh jerawatku kok muncul lagi sih?"
"Ini nyamuk ganggu banget sih?"
"Rambut gua gatel banget, kutuan kali ya?"

Tak jarang bukan kita menemukan keluhan di masyarakat seperti itu?

Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan antar satu sama lain demi melengsungkan keberlangsungan hidup. namun tak jarang kita seakan janggal dengan suatu keberadaan sesuatu yang ada dalam kehidupan. 

bukan tak jarang orang-orang menyalahkan sesuatu yang ada di alam semesta ini hanya datang sebagai pengacau atau paling tidak hanya memberikan kontribusi negatif saja, seperti halnya contoh kejadian jerawat, nyamuk atau kutu tadi.

Terdapat suatu pernyataan filosofis yang membutuhkan jawaban dengan kebijaksanaan mendalam perihal keberadaan hal-hal yang merugikan manusia, mengapa mereka perlu ada? bukankah tuhan berkata bahwa Ia hanya menghendaki kebaikan dan tidak menghendaki keburukan?.

Seorang pemikir sekaligus ahli fiqh, tasawuf, serta tafsir Qur'an yang berkecimpung di dunia dakwah yang berafiliasi di Nahdlatul Ulama', Bahaudin Nursalim atau akrab dipanggil Gus Baha menuturkan sebuah penjelasansederhana yang mampu menjawab pertanyaan ini secara ringan namun amat berbobot untuk disubstitusikan pada ke berbagai aspek kehidupan.

Dalam suatu kajian yang beliau sampaikan, terdapat suatu penjelasan yang sangat menarik. disampaikannya seperti ini. "Kalian tidak perlu bertanya kenapa nyamuk diciptakan, karena dengan adanya nyamuk itu melibatkan jutaan karyawan. 

Rezekinya jutaan karyawan tadi berasal dari membuat obat nyamuk. peneliti tau berbagai macam penyakit, meneliti, sampai jadi profesor nyamuk, wah macam-macam" ujar beliau. 

Dari perumpamaan nyamuk yang sering kali keberadaannya kita anggap sebagai hama atau pengganggu kenyamanan kita ternyata merupakan sumber dari jutaan orang mampu meraup rezeki, mulai dari makanan sehari-hari, menyekolahkan anak mereka, hingga berbagai keperluan hidup lainnya yang berasal dari nyamuk. 

Pun tak sampai di situ dari keberadaan nyamuk pula seorang peneliti mampu mengetahui bagaimana darah bisa terinfeksi virus, lalu menemukan obatnya dan sampai akhirnya memasarkannya. 

Di sinilah letak bagaimana pekerjaan mereka berjalan, bagaimana nyamuk yang memang ditunjukkan Tuhan terlihat seakan pengganggu bagi kenyamanan manusia ternyata merupakan suatu penyalur berbagai pekerjaan jutaan manusia sehingga mereka dapat rezeki dan mampu menafkahi keluarga mereka. 

Sangat sederhana namun dalam sekali ketika Gus Baha menunjukkan bagaimana tiap apa yang ada di dunia ini memiliki kesinambungan kuat antar satu dengan yang lain.

Gus Baha juga secara sederhana menyampaikan bagaimana kutu dan seliliten atau kejadian di mana sisa makanan yang menyangkut di gigi merupakan suatu tanda kekuasaan Tuhan. "Rezekinya berbagai artis banyak yang dari kutu, milyaran uang mengalir gara-gara kutu yang mengakibatkan munculnya produk shampo, dari shampo para artis menjadi bintang shampo dan dapat uang, itu dari apa? kutu. lalu juga dari kita seliliten muncullah tusuk gigi, berbagai produk bambu bisa terpakai."

Gus Baha melalui pernyataannya mengenai nyamuk, shampo, sampai seliliten saja menyadarkan kita bahwa barokah dari suatu yang bahkan mengganggu atau sumber masalah saja merupakan sumber rezeki dari jutaan manusia di bumi ini. takkan terpikirkan bagaimana bila Tuhan tidak menciptakan hal-hal remeh yang mengganggu seperti itu mungkin banyak dari jutaan manusia tidak mampu melangsungkan hidup mereka.

Kemudian bila lebih dalam memikirkan tentang hal tersebut dan menyadari bahwa memang di dunia ini memiliki banyak keterkaitan antar satu sama lain. semisal lagi mengapa ada orang jahat, ada ketidak adilan, kerakusan, kericuhan dimana-mana. tanpa membenarkan perilaku mereka, ternyata dari kemunculan hal-hal seperti itu maka muncullah berbagai profesi seperti polisi, tentara, satpam, penegak hukum, hakim, perumus undang-undang, pengawas hakim, komisi pemberantas korupsi dan lain-lain, dan inilah sumber mereka mendapatkan rezeki, dari sinilah ilmu yang mereka pelajari dari sekolah terpakai. 

Begitupun bila kita tarik lagi bagaimana orang-orang terutama anak muda amat membenci jerawat, tidak sedikit dari remaja yang bingung mengapa ada sesuatu yang bernama jerawat itu. Padahal bila kita belajar, banyaknya produk jerawat mulai dari salep, serum, krim itu muncul karena adanya jerawat itu. 

Nah tentu produk-produk tadi tidak secara langsung muncul dengan sendirinya melainkan ada orang-orang yang meneliti cara mencegah jerawat, cara menghilangkan jerawat, sampai ada yaang menemukan cara untuk menghilangkan bekas dari jerawat. Belum lagi akhirnya jutaan karyawan mampu makan dari produksinya, pengemasannya,pemasarannya, dan banyak lagi rezeki yang mengalir dari sebuah masalah berupa jerawat saja.

Akhirnya dari pemikiran beliaulah kita belajar hidup dengan rileks dan tidak menyalah-nyalahkan keadaan, sehingga pikiran kita yang sering gelisah gara-gara sesuatu maka perlahan sadar dan wajar bahwa segala sesuatu di alam semesta ini meiliki sabab musababnya. Sembari mencari solusi dari suatu masalah, kita mampu belajar pula bahwa rezeki itu sudah ada yang mengatur pada tiap-tiap porsinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun