"Saat ini tinggal di mess yang disediakan pool, tempat tidur setelah pulang narik (taksi). Seminggu sekali, bapak pulang ke rumah di Cileungsi. Dari rumah ke pool sekitar 15 menit perjalanan kalau lancar, di daerah Cikeas." Ucap Pak Pur
Saat hari lebaran, pihak perusahaan transportasi tersebut menyediakan 'bonus' tambahan bernama BHR atau Bonus Hari Raya yang hanya dapat didapatkan di hari libur lebaran. Persyaratannya pun terbilang cukup mudah, yaitu berdasarkan jumlah berapa hari supir menjalankan taksi. Adanya tanggung jawab dalam menafkahi keluarga, perhitungan BHR, dan ramainya konsumen saat hari raya membuat Pak Pur merasa sayang untuk melewatkan hari 'narik' di libur lebaran.Â
Walaupun terasa sedih harus melewatkan hari kemenangan bersama keluarga, Pak Pur masih menyempatkan untuk sholat Idul Fitri bersama di rumah. Beliau juga harus giat dan rajin mengemudikan taksi, pendapatan bersih yang didapat dibagi menjadi 60%-40%, 60 setoran untuk perusahaan taksi tersebut, dan 40 untuk pengemudi taksi. Dengan perhitungan tersebut jika tidak giat, Pak Pur tidak akan mampu menutup biaya kuliah sang anak.Â
Selain itu Pak Pur yang tidak memiliki kampung (keluarga dan orang tuanya masih tinggal di sekitar Jabodetabek) tidak mempunyai beban untuk mudik keluar kota. Bertemu dengan sanak keluarga pun dapat dilakukan pada hari kedua atau ketiga mudik lebaran karena terbilang cukup dekat (dapat diakses dengan kereta komuter). Â
Beda Zaman Beda Alasan
Jika Edy dan Pak Pur rela bekerja di hari libur lebaran karena tanggung jawab sebagai pekerja dan demi keluarga, berbeda dengan Jasmine. Seorang Sales Associate di Liquor Shop yang berusia 20 tahun asal Depok ini memiliki alasan yang berbeda dari Edy dan Pak Pur. Karena adanya kesalahpahaman dan pertengkaran oleh salah satu anggota keluarganya membuat Jasmine tidak nyaman saat berkumpul bersama keluarga besar.Â
Selesai melaksanakan sholat Idul Fitri, siangnya ia langsung bekerja lembur untuk menjaga toko. Selain mendapat uang lembur tambahan yang lumayan, ia bisa sekaligus menghindari cekcok dengan anggota keluarga lain. Dengan keadaan yang tidak mengharuskannya untuk mudik (karena seluruh keluarganya memutuskan untuk datang ke Depok, tempat tinggalnya.Â
Perbedaan zaman dan tanggung jawab yang diemban membuat ketiga narasumber memiliki alasan yang berbeda satu sama lain. Edy dan Pak Pur merupakan tulang punggung keluarga yang bekerja demi keluarga mereka, sedangkan Jasmine sebagai gen Z dan bukan tulang punggung keluarga memanfaatkan keadaan untuk mendapat uang tambahan. Walaupun merasakan kesedihan karena bekerja di hari libur lebaran, mereka masih berusaha untuk meluangkan waktunya kepada keluarga untuk setidaknya merayakan 'kemenangan' bersama-sama.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H