Mohon tunggu...
Naura Ryani
Naura Ryani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Absurdist

Penggemar seni, musik, film, buku, dan media lainnya. Currently finding the meaning of existence.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sindrom FoMO yang Menjamur di Kalangan Siswa

31 Maret 2023   10:21 Diperbarui: 31 Maret 2023   10:39 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

FoMO atau Fear of Missing Out adalah suatu masalah kecemasan dimana seseorang merasa "tertinggal" dengan orang lain. Sindrom FoMO ini seringkali dialami oleh remaja dan seseorang yang mengalami kecanduan sosial media. Namun, sindrom ini juga dapat dialami oleh siswa, terlebih lagi yang berada di lingkungan sekolah.

Dilansir dari laman National Institute of Health, FoMO dikarakteristikkan dengan adanya keinginan untuk terhubung dengan apa yang dilakukan oleh orang lain. Siswa kerap kali merasa "tertinggal" dengan temannya. Siswa juga kerap melakukan sesuatu hal karena temannya melakukan hal tersebut. Seperti contohnya, siswa mengikuti sebuah geng karena temannya ikut. Siswa juga kerap berpersepsi bahwa hidup temannya lebih baik dari yang dimiliki dan beberapa siswa merasa cemas apabila ia tidak melakukan hal yang dilakukan temannya juga. Fenomena ini diperparah dengan banyaknya penggunaan sosial media oleh siswa seperti TikTok, Instagram, Twitter, dan Facebook. Tren-tren yang menargetkan remaja juga menjadi salah satu sumber masalah.

Sering dianggap sepele, nyatanya FoMO memiliki dampak negatif pada kehidupan siswa. Berikut ini adalah beberapa dampak negatif dari perilaku FoMO di kalangan siswa.

1.Mengganggu interaksi sosial

Sikap FoMO mampu mengganggu interaksi sosial yang jika dibiarkan maka akan menimbulkan masalah sosial. Pengidap FoMO berinteraksi "sesuai" dengan orang lain. Sikap ini menyebabkan menghilangnya keorisinilan kepribadian seseorang dalam berinteraksi.

2.Perasaan kesepian

Pengidap FoMO seringkali merasa bahwa mereka tidak seperti orang lain yang menyebabkan timbulnya perasaan kesepian maupun left out.

3.Menyebabkan kecemasan berkelanjutan

Kecemasan pada pengidap FoMO timbul apabila pengidap tidak berlaku seperti orang lain. Kecemasan yang disebabkan oleh sikap FoMO hampir mirip dengan kecemasan yang disebabkan oleh pengasingan sosial, bedanya FoMO timbul dari dalam diri.

4.Menimbulkan rasa insecure

Pengidap FoMO berpersepsi bahwa hidup orang lain lebjh bahagia ketimbang yang dimilikinya. Persepsi tersebut menimbulkan rasa insecure.

5.Hilangnya jati diri

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, FoMO menyebabkan hilangnya keorisinilan. Pengidap FoMO terbiasa meniru aktivitas orang lain sehingga jati diri mereka sendiri hilang. Padahal, masa-masa remaja adalah masa pencarian jati diri.

FoMO yang awalnya hanyalah slang dalam sosial media kini menjadi masalah serius. Beberapa mungkin bertanya, apakah FoMO dapat diatasi? Jawabannya tentu saja dapat diatasi. Beberapa penelitian mengenai FoMO sudah dilakukan dan sudah pula ditemukannya solusi dari masalah kecemasan ini. Berikut adalah solusi dari sindrom FoMO yang ada di kalangan siswa.

1.Mencari minat dan bakat

Mencari minat dan bakat adalah suatu hal yang penting bagi siswa. Dengan adanya minat dan bakat yang dimiliki membuat setiap siswa dan siswa lainnya berbeda. Perbedaan yang dimiliki tiap siswa menciptakan adanya keunikan dalam sekolah.

2.Cintai diri sendiri

Penting bagi remaja apalagi siswa untuk belajar mencintai diri sendiri, untuk menyadari tidak apa-apa menjadi berbeda, dan untuk menyadari betapa pentingnya keunikan dalam diri.

3.Kurangi sosial media

Sosial media juga menjadi salah satu faktor dibalik sindrom FoMO. Beberapa tren yang ada pada sosial media seringkali dibawa ke dunia nyata oleh para remaja. Penting bagi siswa untuk menyadari betapa bahayanya kecanduan sosial media meskipun sosial media memiliki peran penting dalam era digital saat ini.

Sindrom FoMO yang seringkali diabaikan dan dianggap sepele ternyata memiliki dampak yang serius. Maka dari itu, penting bagi siswa untuk mengedukasi diri. Di masa-masa pertumbuhan, siswa masih memiliki ketidakstabilan mental dan kebingungan, siswa harusnya menyadari betapa pentingnya menjadi diri sendiri. Penting juga bagi orang tua dan guru untuk mendampingi dan membimbing siswa dalam mencari jati diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun