Mohon tunggu...
Naurah Salma
Naurah Salma Mohon Tunggu... Lainnya - IPB University

.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menghadapi Tantangan Konflik Agraria, Tim Pancatara Hadir untuk Menguatkan Self Regulation pada Anak di Kampung Bayam Jakarta Utara

23 Mei 2024   17:33 Diperbarui: 23 Mei 2024   17:38 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sorotan gemilang prestasi mahasiswa di panggung bergengsi bagi perguruan tinggi manapun, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), khususnya dalam bidang Pengabdian Masyarakat (PM) hadir sebagai sarana eksplorasi inovasi dan pengabdian. 

Mengusung judul "Penguatan Self-Regulation pada Anak terdampak Konflik Agraria menggunakan Metode Goldtainment dalam Meningkatkan Motivasi Belajar", tim Pancatara IPB yang terdiri dari lima orang berhasil lolos pendanaan PKM PM 2024. Tim ini terdiri dari berbagai jurusan yang diketuai oleh Daffa Rizq Sulthan, didampingi anggota lainnya yaitu Naurah Salma, Marissa Adelia, Risnatia Destiyanti Nurul Fadila, dan Hidayat Nur Alim. Pancatara juga mendapat dukungan dari dosen pendamping mereka, Teduh Wulandari Mas'oed, M. Si, dari jurusan Matematika IPB, yang memiliki pengalaman sebelumnya dalam PKM bidang Pengabdian Masyarakat.

Judul yang diusung oleh tim Pancatara hadir sebagai respon terhadap tantangan yang  dihadapi mitranya mereka, yaitu Kampung Bayam, di Jakarta Utara. Tantangan utama yang dihadapi mereka adalah konflik agraria yang secara tidak langsung berdampak pada anak-anak dari warga Kampung Bayam.

"Permasalahan di Kampung Bayam sebenarnya bersifat multidimensional, permasalahan yang paling saya dan tim soroti adalah permasalahan pendidikan anak. Anak-anak yang terdampak konflik agraria tidak memiliki kepastian terhadap akses pendidikan akademik dan karakter. Orangtua mereka yang bekerja sebagai petani hilang pendapatannya, sehingga menimbulkan pertanyaan 'bagaimana kondisi anak mereka?' Berlandaskan permasalahan tersebut, dan atas dasar pentingnya memiliki kesadaran dan keinginan untuk terus menempuh pendidikan, maka kami mengusungkan program Pancatara. Secara umum, program Pancatara ini berfokus kepada penguatan regulasi diri anak-anak terdampak konflik agraria, sehingga mereka dapat tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan motivasi belajar dalam keadaan keluarga maupun sosial yang berkonflik di masa kini dan di masa depan. Anak-anak nantinya akan melaksanakan 5 program utama Pancatara (Greatness, Gratitude, Obedience, Love, dan Discipline) dengan indikator keberhasilan berupa adanya peningkatan aspek metakognisi, motivasi, dan perilaku," ungkap Daffa.

"Saat pertama kali mengetahui kehadiran Pancatara kepada kami, saya sangat berterima kasih karena sudah berkenan mengajari anak-anak Kampung Susun Bayam (KSB). Harapan saya semoga anak-anak senang dan dapat memanfaatkan ilmu yang sudah diajarkan," ungkap Bu Neneng selaku perwakilan dari Kampung Bayam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun