Pendidikan di Indonesia butuh perhatian dan tindakan yang lebih serius. Dengan menjadi negara yang memiliki penduduk terbanyak keempat di dunia, sayangnya kualitas pendidikan Indonesia masih tertinggal jauh dari negara lain. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam selain itu peringkat Indonesia menurut Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index) terus menurun diantara 174 negara di dunia Indonesia berada di urutan ke-109 berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa keadaan pendidikan indonesia terancam.Â
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di indonesia berada pada golongan rendah diantaranya yaitu kurangnya fasilitas pembelajaran yang memadai, rendahnya kualitas guru, prestasi siswa, tidak meratanya pendidikan, dan masih banyak lagi. Salah satu Permasalahan pendidikan terbesar di Indonesia namun masih dianggap sepele yaitu kegiatan pembelajaran sekolah yang tidak efektif dan efisien karena terkadang tenaga pendidik di Indonesia hanya memikirkan bagaimana caranya untuk mencapai standar pendidikan yang ada tanpa memikirkan bagaimana caranya pendidikan tersebut dapat berjalan efektif dan efisien sehingga pembelajaran yang dihasilkan dapat bermanfaat dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini sangat memprihatinkan untuk pendidikan di Indonesia, karena berarti pendidikan di Indonesia sudah kehilangan maknanya untuk mencerdaskan anak bangsa yang nantinya akan membangun Indonesia lebih maju, karena banyak siswa yang hanya terlalu menuntun standar kompetensi nilai akhir tanpa berusaha untuk memahami pendidikannya itu sendiri. Hal itu jelas menjadi salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di IndonesiaÂ
Pendidikan yang efektif adalah pendidikan yang dapat membantu siswa belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan sehingga perlunya kerja sama dari pendidik, pemerintah, dan masyarakat untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Contoh dari gagalnya efektifitas pendidikan di Indonesia ialah kebijakan masuk sekolah pukul 07.00 pagi hingga pukul 16.00 sore pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Banyak yang mengatakan, bahwa tujuan dari kebijakan tersebut adalah untuk membangun kedisiplinan, maka akan lebih baik kedisiplinan dibangun dengan menggunakan metode lain yang lebih efektif sekaligus humanisme.Â
Pembelajaran yang efektif mencakup keseluruhan tujuan pembelajaran baik berdasarkan segi mental, fisik, maupun sosial. Pembelajaran yang efektif akan memudahkan siswa untuk belajar sesuatu yang bermanfaat bagi kedepannya. Dilansir melalui hellosehat, berikut dampak yang ditimbulkan apabila siswa tidak memiliki efektivitas pembelajaran yang baik:
1. Sulit untuk berkonsentrasi
Saat siswa mempunyai waktu tidur yang kurang, maka tubuh akan lebih mudah merasa lelah. Hal ini bisa membuat siswa sulit untuk berkonsentrasi saat belajar. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus, siswa akan beresiko kesulitan dalam melakukan kewajiban di sekolah. Akibatnya, siswa mungkin akan mengalami penurunan prestasi di sekolah.Â
2. Mengalami gangguan mentalÂ
Dilansir melalui Sleep Foundation, diketahui bahwa waktu tidur yang kurang pada anak bisa meningkatkan risiko gejala depresi serta gangguan kecemasan. Berdasarkan penelitian dalam jurnal yang dilakukan oleh Eur Child Adolesc Psychiatry, ditemukan juga bahwa anak laki-laki berusia 1618 tahun lebih rentan mengalami insomnia dan depresi dibandingkan anak perempuan.Â
3. Kurang aktifÂ
Kekurangan waktu tidur akibat jam masuk sekolah yang terlalu pagi bisa membuat tubuh kehilangan tenaga untuk melakukan aktivitas di sekolah. Hal ini bisa membuat siswa kehilangan motivasi serta semangat belajar serta untuk dapat bergerak secara aktif. Adapun siswa akan terlihat lemas saat berkegiatan di sekolah.Â
Beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien serta dapat meningkatkan kedisiplinan siswa seperti dengan mengaplikasikan teori behavioristik, dan pengkondisionan klasik pada pembelajaran siswa di sekolah.Â
Teori behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang dapat membantu efektivitas dalam belajar. Teori ini merupakan salah satu aliran psikologi yang berpengaruh terhadap pengembangan teori dan praktek pembelajaran. Belajar merupakan akibat dari adanya suatu interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seorang individu dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.Menurut teori behavioristik ini, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Â Bentuk paling dasar dari belajar adalah "trial and error learning atau selecting and connecting learning" dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu, teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini menyebutkan terdapat tiga hukum belajar yang utama (Gredler, 1991) dimana ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon, yaitu:
 1. Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. contoh pengaplikasiannnya yaitu dengan Mengajarkan siswa untuk belajar sebelum kelas berlangsung serta memberikan tugas yang berkaitan dengan pelajaran yang akan dipelajari keesokan harinyaÂ
2. Hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. seperti  misalkan  setelah kelas berakhir mengadakan kuis untuk mengetes pemahaman siswa, selain itu saat memberikkan materi sering mengulangi poin-poin penting yang harus diingat pada pelajaran tersebut
3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan apresiasi pada siswa setelah mereka menyelesaikan tugas ataupun tantangan yang telah diberika dan apresiasi setelah mereka berani untuk bertanya atau menjawab jika mereka tidak dapat memenuhi tanggung jawab mereka mengerjakan tugas dapat diberikan sanksi yang normal namun memiliki efek jera
Pengaplikasian teori behavioristik dapat dilakukan dengan cara menciptakan lingkungan yang nyaman dan positif untuk siswa seperti memberikan apresiasi pada siswa setelah berhasil menyelesaikan sesuatu dan menjelaskan akibatnya serta memberikan sanksi jika ia tidak melakukan hal tersebut sehingga stimulus yang diberikan yaitu lingkungan akan sesuai dengan respon atau hasil yang didapatkan selain itu dapat juga dilakukan dengan menerapkan tiga hukum teori behavior yang dikemukakan Thorndike.
Teori kedua yang dapat digunakan yaitu pengaplikasian teori pengkondisian klasik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran yaitu dengan cara menciptakan kebiasaan-kebiasaan positif pada siswa seperti jika terlambat masuk sekolah maka tidak dapat masuk kedalam gerbang dan akan mendapatkan tugas atau hukuman yang harus dikumpulkan keesokan harinya, berdoa sebelum kelas dimulai, menyapa guru seluruh staff dan siswa lainnya jika bertemu jika kegiatan ini rutin dilakukan maka akan menciptakan siswa yang disiplin, berakhlak mulia, dan memiliki tata krama yang baik jika para siswa telah memiliki nilai-nilai tersebut maka rasa tanggung jawab siswa untuk belajar dengan giat akan meningkat.
Classical conditioning atau biasa disebut pengkondisian klasik merupakan tipe pembelajaran di mana siswa belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus. Secara sederhana pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan dimana satu stimulus/ rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lainnya dalam mengembangkan suatu respon. Teori ini lebih menekankan pada pelatihan yang bersifat terus menerus/continue. Dalam pembelajaran, teori ini berperan melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai oleh siswa. Artinya, suatu pembelajaran hendaknya dapat menciptakan stimulus dan respons yang dapat diamati dan dapat membantu siswa dalam menguasai suatu pelajaran.Â
Selain menggunakan kedua teori belajar psikologi yaitu behavioristik dan pengkondisian klasik untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran serta meningkatkan prestasi siswa Pemerintah dapat melakukan upaya lain untuk mengatasi hal tersebut seperti mencari tahu lebih mendalam mengapa permasalahan tersebut dapat terjadi jika hal itu dikarenakan kualitas pendidikan, pemerintah dapat memberikan pelatihan tambahan untuk para guru dan memberikan pelajaran tambahan seperti les untuk siswa terutama untuk siswa kelas 3 SMA yang akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi namun jika dikarenakan sulitnya akses untuk mendapatkan pendidikan maka pemerintah dapat memberikan beasiswa, serta meningkatkan fasilitas sekolah sehingga dapat menunjang pendidikan dengan lebih baikÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H