Semua terpatri dengan sempurna diotakku.
Tapi kali ini tanpa kamu yang menungguku dengan motor matic hitammu.
Hei kamu, kapan kita bisa mengulang saat itu lagi?
Duduk berdua menonton Final Destination 3. Aku yang selalu memejamkan mata dan kamu yang siap menutup mataku diadegan yang paling tidak kusuka.
Menatap langit di hari Minggu siang dengan pandangan menerawang.
Kali ini aku mencoba menghibur diri jika kita masih dibawah langit yang sama.
Aku harap aku berhasil. Doakan aku. Tidak, aku tidak galau. Aku sudah berjanji padamu untuk tidak bermelankolis kan? Ini hanya ungkapan hati, pembuktian jika apapun yang aku lakukan selalu berunsur kamu. Berlebihan? Tidak, tidak semua. Hanya sebagian besar saja.
Mungkin cara penyampaianku saja yang terlalu melow hingga setiap tulisan atau apapun itu selalu kamu anggap sebagai ungkapan bersedih.
Sepertinya kamu sudah hapal dengan gaya SMSku. Tapi sepertinya kamu belum mengerti tentang tulisanku.
Mungkin teman-temanku bosan karena setiap kalimat yang terucap dari mulutku selalu tentang kamu. Jika aku bisa menghentikannya, sudah pasti kuhentikan sejak dulu. Mengerti maksud dan kodeku? Aku suka kode, tidak peduli kamu mengerti kodeku atau tidak.
Jika suatu saat kamu kembali kesini, ditanah yang sama, bisakah kita mengulang saat itu?
Dari seseorang yang selalu setia menunggumu.
Dibawah langit siang Jogja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H