Mohon tunggu...
Naura artanti shafwan
Naura artanti shafwan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Bisnis digital Universitas Negeri Jakarta

Saya mahasiswa aktif di Universitas Negeri Jakarta dengan jurusan Bisnis digital, hobi saya olahraga dan juga mencoba hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kosep, Jenis, Resiko, dan Perkembangan Financial Technology di Indonesia

26 Oktober 2024   20:28 Diperbarui: 26 Oktober 2024   20:28 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konsep dasar literasi keuangan digital, inklusi keuangan digital dan teknologi keuangan Teknologi Finansial

Literasi keuangan merupakan pengetahuan tentang fakta, konsep prinsip dan alat teknologi yang mendasari untuk cerdas dalam menggunakan uang (Garman dan Forgue, 2010).  sedangkan menurut Menurut Kharchenko (2011), literasi keuangan adalah kemampuan numerik  dan pemahaman  konsep dasar ekonomi yang diperlukan untuk mengambil keputusan menyimpan dan kredit (meminjam). Menurut Otoritas Jasa Keuangan, literasi keuangan didefinisikan sebagai serangkaian proses atau kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan  konsumen dan masyarakat luas agar mereka dapat mengelola keuangannya dengan lebih baik (Otoritas Jasa Keuangan, 2014). Dari definisi di atas, literasi  keuangan digital adalah pengetahuan dan kemampuan individu dalam mengelola keuangannya untuk  meningkatkan kesejahteraan hidupnya, dan keputusannya dapat berdampak pada masyarakat dan perekonomian global.

Inklusi keuangan digital berarti memiliki akses terhadap berbagai lembaga, produk, dan layanan  keuangan berbasis digital, sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakat, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Inklusi keuangan digital adalah penggunaan sarana digital berbiaya rendah untuk menjangkau kelompok masyarakat yang  terpinggirkan  dan kurang terlayani secara ekonomi untuk memenuhi kebutuhan mereka, menjadikannya terjangkau bagi pelanggan dan terjangkau bagi penyedia layanan, yaitu dengan menyediakan serangkaian layanan keuangan formal  yang diberikan secara bertanggung jawab dan dengan biaya yang  berkelanjutan. Komponen penting dalam inklusi keuangan digital diantaranya yaitu: 

- Platform perdagangan digital memungkinkan pelanggan mengirim dan menerima data transaksi dan melakukan pembayaran, transfer, dan menyimpan nilai secara elektronik menggunakan perangkat apa pun yang terhubung dengan bank atau non-bank yang diizinkan untuk menyimpan nilai elektronik.

 - Perangkat yang digunakan  pelanggan adalah perangkat digital  yang mengirimkan informasi (seperti ponsel) atau peralatan (seperti kartu pembayaran) yang terhubung ke perangkat digital seperti terminal point of sale (POS).

 - Pengecer yang menghubungkan perangkat digital  ke infrastruktur komunikasi untuk mengirim dan menerima rincian transaksi memungkinkan pelanggan untuk secara elektronik mengubah uang tunai menjadi nilai yang disimpan ("cash-in") dan mengubah nilai yang disimpan kembali menjadi uang tunai ("cash-out"). 

Inklusi keuangan digital juga menimbulkan risiko bagi kelompok rentan, terpinggirkan secara ekonomi, dan kurang terlayani yang mendapatkan manfaat dari  peluang tersebut diantaranya 

Risiko Baru: 

  • Risiko baru mengacu pada tantangan dan ketidakpastian yang timbul dari pengenalan produk atau layanan keuangan digital  baru. Karena teknologi baru ini belum terbukti efektif dalam jangka panjang, pengguna dan penyedia layanan mungkin tidak dapat sepenuhnya memahami atau memperkirakan potensi kerugian atau konsekuensi dari penggunaan layanan ini.

  • Dalam inklusi keuangan digital, produk baru dapat menimbulkan risiko seperti kerentanan keamanan yang tidak diketahui, kelemahan teknis, atau pengalaman pengguna yang buruk. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya penerimaan masyarakat atau bahkan  kerugian finansial yang besar

Risiko yang terkait dengan agen:

  • Dalam layanan keuangan digital, agen adalah perantara yang bertanggung jawab menyediakan akses terhadap layanan keuangan di wilayah yang tidak terjangkau oleh bank atau lembaga keuangan formal.

  • Risiko utama adalah kurangnya kontrol dan pengawasan terhadap agen, yang dapat menyebabkan masalah seperti penyalahgunaan wewenang, penipuan, dan layanan yang tidak memadai. Selain itu, agen mungkin tidak memiliki pelatihan atau pengetahuan yang memadai tentang produk keuangan digital dan berisiko memberikan informasi yang salah atau tidak memadai kepada pengguna.

Risiko terkait teknologi digital:

  • Teknologi digital yang digunakan untuk inklusi keuangan mencakup aplikasi seluler, perangkat lunak  transaksi keuangan, sistem pembayaran elektronik, dan jaringan komunikasi. Risiko yang terkait dengan teknologi ini mencakup keamanan siber, seperti ancaman peretasan dan malware yang dapat menyebabkan pelanggaran data dan pencurian dana.

  • Selain itu, ketergantungan pada jaringan Internet dan infrastruktur teknis menimbulkan risiko kegagalan sistem. Kegagalan atau serangan apapun terhadap infrastruktur ini dapat mengganggu layanan keuangan digital, sehingga pengguna tidak dapat mengakses layanan atau mengalami kesalahan transaksi.

  • Ada juga risiko terkait fungsionalitas pengguna, karena layanan digital mungkin sulit digunakan secara aman bagi mereka yang belum paham teknologi, sehingga meningkatkan risiko  penipuan dan penyalahgunaan.

Perkembangan Fintech di Indonesia dan Bentuk dasar Fintech

Layanan Fintech di Indonesia berkembang pesat sejak diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 1986, saat masyarakat Indonesia pertama kali menggunakan ATM. Selain itu, penggunaan fintech di masa lalu juga ditandai dengan penggunaan kabel transatlantik dan telegraf untuk mendukung transaksi keuangan dan kebutuhan informasi masyarakat Indonesia. Perkembangan tren FinTech di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat dibedakan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah kategori faktor yang berperan di tingkat perusahaan dan memungkinkan perusahaan mengendalikan tindakan faktor-faktor tersebut. Sedangkan faktor eksternal mengacu pada negara asal (Indonesia) dan termasuk dalam kategori faktor yang berada di luar kendali perusahaan. 

  • Internal

Karena perkembangan Fintech bertepatan dengan perkembangan teknologi yang maju dari waktu ke waktu, maka kemajuan teknologi juga mempengaruhi perkembangan tren Fintech. Dalam penerapannya pada perkembangan tren  fintech, teknologi tergolong dalam faktor internal. Sebab, cara penggunaan teknologi dan fungsinya dalam mendukung proses bisnis perusahaan merupakan elemen yang dapat dikendalikan oleh perusahaan.

  • Eksternal 

Hukum : Seperti halnya di bidang lain, penerapan fintech akan terus dibarengi dengan peraturan hukum untuk menjaga keamanan dan ketertiban para pelakunya, sehingga peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai fintech akan terus berkembang seiring dengan perkembangan tren fintech. Undang-undang FinTech merupakan peraturan yang ditetapkan oleh lembaga pemerintah OJK dan Kementerian Komunikasi dan Informatika, sehingga undang-undang tersebut merupakan faktor eksternal dalam ikut serta perkembangan tren FinTech, dan penyelenggaraan undang-undang tersebut sepenuhnya berada  di luar kendali perusahaan.

  • Layanan perbankan 

Perbankan kini mulai melirik perusahaan fintech sebagai  mitra dan pendukung dibandingkan pesaing, dan kini banyak bank yang mengadopsi konsep fintech ke dalam layanan perbankan yang mereka tawarkan kepada masyarakat. Dalam hal ini,  perkembangan layanan perbankan dapat dikatakan turut mempengaruhi perkembangan tren fintech. Berikutnya, layanan perbankan tergolong faktor eksternal sebagai faktor yang berperan dalam berkembangnya tren fintech.

Transformasi digital; ancaman disrupsi dan peluang inovasi pada teknologi finansial serta regulasi dan perlindungan konsumen untuk teknologi finansial

Pengertian transformasi digital: Transformasi digital adalah proses yang dilakukan perusahaan untuk mengintegrasikan teknologi digital ke seluruh bidang bisnisnya. Proses ini secara mendasar mengubah cara perusahaan memberikan nilai kepada pelanggannya. Perusahaan menggunakan teknologi digital inovatif untuk melakukan perubahan budaya dan operasional agar lebih beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan pelanggan. berikut peluang dan tantangan layanan fintech

Peluang

  1. Peluang keamanan yang terjamin bagi pelaku bisnis dan konsumen

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sesuai dengan kewenangan yang diberikan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, mengatur dan mengawasi perkembangan badan usaha di bidang jasa keuangan yang memanfaatkan atau dianggap memanfaatkan teknologi. kemajuan. Teknologi keuangan (fintech). berisi kebijakan yang dirancang untuk melindungi informasi pribadi sehingga pengguna layanan merasa aman dan nyaman saat bertransaksi. Bagi pebisnis Fintech, kepercayaan pelanggan sangat penting untuk mengembangkan bisnisnya dan menjangkau lebih banyak pelanggan.

  1. Mendukung inklusi keuangan digital

Inklusi keuangan digital menyasar kelompok ekonomi bawah dan daerah tertinggal  yang tidak memiliki akses terhadap layanan ekonomi yang baik. Sehingga ini akan menjadi peluang bagi layanan fintech bagi masyarakat. 

Teknologi finansial untuk pembayaran

Fintech adalah istilah baru yang mengacu pada teknologi mutakhir yang menggunakan Internet. Financial Technology juga dapat mendukung layanan pengelolaan keuangan dengan memanfaatkan teknologi digital berupa big data, blockchain, dan  investasi di sektor keuangan. Fintech memiliki kekurangan dalam hal keamanan dan privasi. Studi tersebut menyimpulkan bahwa dalam aplikasi teknologi keuangan, selain layanan algoritma yang menggunakan kecerdasan buatan (AI), big data, dan blockchain, juga terdapat teknologi yang dapat  membantu  masalah  keamanan, privasi, dan ancaman di fintech.

Macam-macam teknologi  fintech untuk pembayaran 

1. DANA

Dompet digital (e-wallet) yang dapat digunakan untuk berbagai transaksi fitur utama nya yaitu transfer uang, pembayaran tagihan, top-up pulsa. keunggulan dalam apk ini dapat digunakan tanpa rekening bank, interface yang mudah bentuk sistem keamanan nya menggunakan PIN dan verifikasi biometrik, Bisa digunakan untuk pembayaran di merchant offline dan online.

2. GoPay

Dompet digital milik aplikasi Gojek, gopay terintegrasi dengan ekosistem Gojek (transportasi, makanan, dll) untuk fitur yang tersedia yaitu pembayaran layanan Gojek, transfer uang, pembayaran merchant. Disamping itu ada beberapa keunggulan yang diberikan yaitu cashback dan promo yang menarik, gopay juga dapat digunakan untuk split bill dan pembayaran grup.

3. Mobile Banking (M-Banking)

M-banking merupakan layanan perbankan melalui aplikasi smartphone aplikasi ini terhubung langsung dengan rekening bank. Ada beberapa fitur lengkap dari m-banking seperti transfer, pembayaran, cek saldo, dan juga mutasi rekening. tingkat keamanan yang diberikan cukup tinggi yaitu dengan enkripsi data terdapat beberapa Contoh m-banking di berbagai bank yaitu : BCA Mobile, Mandiri Online, BNI Mobile

4. ShopeePay

Shopeepay merupakan dompet digital yang terintegrasi dengan platform e-commerce Shopee. fitur yang diberikan diantaranya yaitu pembayaran di Shopee, transfer uang, dan juga pembayaran tagihan keunggulan dari shopeepay ini diantaranya kita bisa mendapatkan cashback khusus untuk transaksi di Shopee. Selain itu shopeepay juga dapat digunakan untuk pembayaran di merchant offline dan sistem poin rewards yang bisa ditukar dengan voucher.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun