Mohon tunggu...
Naufara Yassin
Naufara Yassin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menapaki Jejak Leluhur: Tradisi dan Keunikan Kampung Adat Cireundeu

7 Maret 2024   21:45 Diperbarui: 7 Maret 2024   22:13 1657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

         

Di tengah gempuran modernisasi yang semakin gencar, desa Cireundeu diibaratkan wadah yang bisa menyejukkan jiwa. Desa yang terletak di Cimahi, Jawa Barat ini banyak dihuni oleh masyarakat adat yang teguh menjaga tradisi dan nilai-nilai leluhurnya. Keberadaannya tersebut menjadi bukti bahwa kearifan lokal masih mampu bertahan dan berkembang di era modern. Desa Cireundeu ada pada abad ke 17 yang didirikan oleh masyarakat adat. Cireundeu ini berasal dari 2 kata yakni "ci" yang artinya air dan "reundeu" adalah tumbuhan reundeu. Dulunya kampung ini adalah habitat dari tumbuhan reundeu maka jadilah namanya kampung "cireundeu".

        Kehidupan masyarakat desa Cireundeu ini dikenal dengan makanan pokoknya tidak beras, melainkan rasi singkong (pengolahan singkong yang dimasak layaknya beras). Kampung adat Cireundeu mempunyai lahan singkong sendiri. Bahkan singkong yang dihasilkan berbeda dengan singkong pada umumnya. Singkong yang mereka hasilkan adalah produk lokal yang disebut karikil dan garnawis. Peralihan beras ke rasi singkong di desa Cireundeu dilatarbelakangi oleh masa  perlawanan terhadap penjajah dan kekeringan yang pernah melanda pada tahun 1918. Pada masa itu, warga desa Cireundeu hanya bisa menanam singkong dan sangat kesulitan untuk menanam padi. Selain itu, singkong juga merupakan sumber karbohidrat (makanan pokok) yang dianggap paling mudah untuk diperoleh sesepuh adat mereka pada waktu itu, kemudian menganjurkan masyarakat Cireundeu untuk beralih dari makan nasi ke makan singkong. Bahkan masyarakat adat tersebut sudah bersumpah dan berikrar untuk tidak memakan beras. Meskipun demikian, masyarakat adat desa Cireundeu juga menghargai padi (beras).

Gambar Pembuatan Rasi Singkong/DOK. PRI
Gambar Pembuatan Rasi Singkong/DOK. PRI

        Desa adat Cireundeu memiliki 2 komunitas yang berbeda, yaitu Muslim dan Sunda Wiwitan. Sunda Wiwitan merupakan kepercayaan leluhur masyarakat Sunda yang berpusat pada penghormatan terhadap alam dan leluhur, akan tetapi masyarakat Sunda Wiwitan desa Cireundeu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Kersa) dan menghormati alam semesta sebagai ciptaannya. Leluhur juga dihormati sebagai perantara antara manusia dengan Tuhan. Nilai-nilai luhur seperti kesederhanaan, kerja sama, saling menghargai dan menjaga keseimbangan alam tetap dipertahankan. Adapun tradisi yang masih dilestarikan antara lain Upacara Adat Seren Taun, Ngemban Taun, dan Hajat Lembur. Kearifan lokal seperti melestarikan alam dan menggunakan bahan-bahan alami dalam pengobatan juga diterapkan. Keunikan kampung Cireundeu tidak hanya menarik perhatian warga sekitar, tapi juga wisatawan dari berbagai daerah. Desa ini merupakan destinasi wisata budaya edukasi, pengunjung dapat belajar lebih banyak tentang budaya Sunda wiwitan, merasakan keindahan alam dan menikmati berbagai tradisi yang masih dilestarikan. 

       Di tengah modernisasi yang semakin pesat, desa Cireundeu juga dihadapkan pada tantangan. Urbanisasi dan modernisasi memberikan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat, khususnya pada generasi muda. Globalisasi dan penetrasi yang masuk melalui media sosial dan internet juga dapat mengikis budaya lokal. Upaya pelestarian budaya dan tradisi harus terus dilakukan di Kampung Cireundeu. Generasi muda dididik dan dilibatkan dalam upaya pelestarian budaya. Kebudayaan dan tradisi harus didokumentasikan agar tidak terlupakan dan dapat dilestarikan oleh generasi mendatang. Desa Cireundeu merupakan contoh nyata bahwa budaya dan tradisi leluhur masih mempunyai tempat di era modern. Keunikan tersebut mengingatkan kita bahwa nilai-nilai luhur dan kearifan lokal dapat menjadi kekuatan membangun karakter. Melestarikan desa Cireundeu berarti melestarikan warisan dan jati diri bangsa. Mari kita dukung bersama upaya pelestarian desa Cireundeu agar budaya ini bisa terus lestari dan menjadi sumber inspirasi turun temurun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun