Mengenal Teori Konflik Fungsional Dari Lewis Coser (1913 -- 2003)
Kehidupan manusia tidak akan terlepas dari adanya jeratan konflik. Kata konflik itu sendiri terdiri dari 2 kosa kata yang diambil dari bahasa latin, yaitu con dan fligere. Dimana kata con memiliki makna yang sama dengan kata together, sedangkan kata fligere sama seperti makna kata to strike. Sehingga kata conflict disini berarti as an encounter with arms, a fight, a battle, a prolonged strunggle (konsekuensi dari respon seseorang pada apa yang ia persepsikan mengenai situasi atau perilaku dari orang lain). Sedangkan arti konflik secara etimologis ialah perkelahian, pertentangan, berselisih dengan, perbedaan,dll.
Saya merupakan anggota dari Laboratorium Sosiologi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Didalam laboratorium sosiologi tersebut terdapat Program kerja rutin dari salah satu departemen ini yaitu diberi nama "Reaksi" (Rembug Anak Sosiologi), yang dilaksanakan setiap 2 minggu sekali. Reaksi ini menjadi ruang diskusi terbuka bagi anak-anak program studi sosiologi yang akan membahas mengenai tema atau isu-isu tertentu yang berbeda-beda disetiap pertemuannya. Disini saya akan mencoba merelevansikan antara teori konflik fungsional yang dikemukakan oleh lewis coser dengan kegiatan reaksi tersebut diatas. Di hari senin, 25 September 2023 (tepatnya pertemuan ke-2) yang mendiskusikan mengenai Masyarakat jogja dan isu sampah. Dimana didalam proses diskusi pada waktu itu terjadi konflik pendapat antar individu. Fenomena konflik disini sebenarnya bisa kita lihat baik menggunakan kacamata teori konflik atau malah menggunakan kacamata teori konflik structural.
Sebelum saya mencoba merelevansikan konflik tersebut dengan teori dari coser, saya akan memaparkan perbedaan mendasar antara teori konflik denganTeori Konflik :
 Di dalam teori  ini melihat suatu konflik yang terjadi merupakan suatu hal yang biasanya negatif dan dapat merusak masyarakat
Menurut teori konflik ini juga, sebuah keteraturan yang ada di Masyarakat sebenarnya tercipta atas dasar adanya paksaan (koersi). Sehingga dalam teori ini sangat berhubungan dengan dominasi, power, dan koersi.
Pada teori konflik fungsional ini lebih menekankan ke arah impact positif dari adanya suatu konflik yang terjadi. dimana pada teori ini beranggapan bahwa stabilitas sosial dan juga integrasi sosial dapat terjaga karena peran dari konflik.
Menurut teori konflik fungsional ini suatu konflik yang terjadi merupakan alat yang dapat mengurangi ketegangan dalam Masyarakat.
Jika contoh fenomena konflik yang terjadi pada kegiatan reaksi tadi dilihat dari kacamata teori lewis coser (teori konflik fungsional), maka saya melihat konflik pendapat tersebut bukan menjadi suatu yang akan memecahkan ruang diskusi, malah sebaliknya dengan adanya konflik pendapat malah akan memperkuat kembali identitas kelompok tersebut.