Mohon tunggu...
Naufal Udin
Naufal Udin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Manajemen Universitas Hayam Wuruk Perbanas Surabaya

Kepribadian saya yaitu kadang pede dan kadang juka tidak pede sesuai mood :)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Problematika Etika dalam Lalu Lintas

16 Mei 2024   09:13 Diperbarui: 16 Mei 2024   09:20 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kaskus.co.id/

Abstrak

Etika dalam lalu lintas memainkan peran penting dalam menjaga keselamatan dan kelancaran di jalan raya. Artikel ini mengulas berbagai masalah etika dalam lalu lintas, mulai dari perilaku pengemudi yang tidak patuh hingga dampaknya terhadap kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan berbagai penelitian jurnal, artikel ini mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku etis pengemudi dan menyarankan solusi untuk meningkatkan kesadaran etis di jalan raya.

Pembuka

Lalu lintas adalah cerminan dari budaya dan etika masyarakat. Setiap hari, kita menyaksikan berbagai perilaku di jalan yang menunjukkan tingkat kepatuhan dan kepedulian pengguna jalan terhadap peraturan lalu lintas dan keselamatan bersama. Namun, tidak jarang kita menemukan perilaku yang tidak etis, seperti menerobos lampu merah, mengemudi dengan kecepatan berlebihan, dan tidak memberikan prioritas kepada pejalan kaki. Problematika etika dalam lalu lintas ini memiliki implikasi serius, tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Isi

Perilaku pengemudi yang tidak patuh terhadap aturan lalu lintas adalah salah satu problematika utama etika di jalan raya. Ketidakpatuhan ini dapat menyebabkan kecelakaan yang merugikan banyak pihak. ketidakpatuhan terhadap aturan lalu lintas merupakan faktor signifikan dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas. Perilaku seperti menerobos lampu merah atau tidak menggunakan sabuk pengaman tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pengguna jalan lainnya. (Anbari, 2006)

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku etis pengemudi. Persepsi risiko, tekanan waktu, dan norma sosial adalah beberapa faktor utama yang mempengaruhi keputusan pengemudi di jalan .Selain itu, pendidikan dan kesadaran mengenai pentingnya etika dalam berkendara juga memainkan peran penting. Pengetahuan yang cukup tentang risiko dan konsekuensi dari perilaku tidak etis di jalan dapat meningkatkan kepatuhan terhadap aturan lalu lintas. Pengemudi yang memahami bahaya dari kecepatan tinggi dan ketidakpatuhan lainnya lebih cenderung menghindari perilaku tersebut. (Haglund, 2000)

Untuk mengatasi problematika etika dalam lalu lintas, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan edukasi, penegakan hukum, dan rekayasa lalu lintas. Program pendidikan yang komprehensif dapat meningkatkan kesadaran etis pengemudi dan mengurangi pelanggaran lalu. Selain itu, penegakan hukum yang konsisten dan tegas serta rekayasa jalan yang memperhatikan keselamatan juga penting untuk mengurangi perilaku tidak etis di jalan. Misalnya, pemasangan kamera pengawas di persimpangan jalan dan penerapan denda yang tinggi bagi pelanggar dapat menjadi deterrent yang efektif. (Ozkan, 2005)

Penutup

Masalah etika dalam lalu lintas merupakan isu kompleks yang membutuhkan perhatian serius dari semua pihak. Melalui kombinasi antara edukasi, penegakan hukum, dan rekayasa lalu lintas, kita dapat menciptakan lingkungan berkendara yang lebih aman dan etis. Kesadaran dan tanggung jawab setiap individu pengguna jalan sangat penting untuk mencapai tujuan ini. Pengemudi harus menyadari bahwa kepatuhan terhadap aturan lalu lintas adalah bagian dari kontribusi mereka dalam menjaga keselamatan publik.

Opini

Sebagai masyarakat, kita harus mengakui bahwa perilaku kita di jalan mencerminkan etika dan nilai-nilai kita. Mematuhi peraturan lalu lintas bukan hanya soal hukum, tetapi juga soal menghargai nyawa dan keselamatan orang lain. Oleh karena itu, peningkatan etika dalam lalu lintas harus menjadi prioritas bersama, dimulai dari diri sendiri, dan didukung oleh sistem yang mendidik dan menegakkan hukum dengan adil. Hanya dengan demikian kita dapat mengurangi angka kecelakaan dan meningkatkan kualitas hidup di jalan raya.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anbari, N. (2006). traffic fatalities and public sector corruption. kylykos, 327-334.

Haglund, M. (2000). speed choice in relation to speed limit and influences from other divers . transportations research part F : traffic psychology and behavior, 39-51.

Ozkan, T. (2005). A new addition to driver's skill inventory: A road rage. tranportation research part F : traffic psychology and behavior, 361-375.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun