Barcelona Jatuh, Leganes Tertawa di Camp Nou

Ada hal-hal yang tak bisa direncanakan dalam sepakbola: gol spektakuler, blunder tak terduga, dan yang paling menyakitkan kekalahan memalukan. Semalam, Camp Nou menjadi saksi Barcelona dipermalukan oleh Leganes, tim yang hanya duduk di peringkat ke-15 klasemen. Dengan kemenangan 1-0 melalui sundulan Sergio Gonzlez di menit keempat, Leganes mencetak sejarah: kemenangan pertama mereka atas Barcelona di kandang lawan.

Fans Barcelona, yang sudah mengorbankan malam dingin untuk menyaksikan laga ini, pulang dengan wajah kusut. Apakah ini karma karena mereka memutuskan tidak memakai jersey keberuntungan? Atau karena Lewandowski lupa bagaimana cara mencetak gol? Yang jelas, laga ini seperti mimpi buruk yang diputar ulang.

Awal Malapetaka

Empat menit setelah peluit pertama berbunyi, petaka datang. Sebuah sepak pojok pendek dari Leganes mengarah ke Sergio Gonzlez, yang dengan mudah menyundul bola tanpa gangguan berarti. Jules Kound? Sibuk merenung. Eric Garca? Sepertinya sedang memikirkan liburan Natal. Bola meluncur deras melewati Iaki Pea yang hanya bisa menatap dengan pasrah.

Setelah gol itu, Leganes langsung mengubah strategi. Mereka mundur ke belakang, membentuk benteng lima pemain yang tampak seperti Great Wall of China versi sepakbola. Sementara itu, Barcelona hanya bisa mondar-mandir di depan kotak penalti seperti orang bingung mencari jalan keluar di labirin.

Dominasi yang Sia-sia

Statistik pertandingan memperlihatkan Barcelona mendominasi dengan 80% penguasaan bola. Tapi apa artinya jika dari 20 tembakan, hanya empat yang tepat sasaran? Bahkan, dua peluang emas dari Lewandowski lebih terlihat seperti latihan untuk kiper Leganes, Marko Dmitrovic.

Dmitrovic tampil bak Superman malam itu. Refleksnya menggagalkan tembakan keras Raphinha, bahkan sempat menepis bola ke mistar gawang di menit ke-33. Dalam duel satu lawan satu dengan Lewandowski, Dmitrovic menang telak. Lewandowski, striker yang dulu digadang-gadang akan jadi mesin gol Barcelona, kini seperti kehilangan taringnya.

Kekacauan di Babak Kedua

Setelah jeda, Barcelona mencoba bangkit. Raphinha menjadi satu-satunya pemain yang terlihat punya semangat untuk membongkar pertahanan Leganes. Tapi, upayanya seperti memukul tembok dengan bantal.

Lamine Yamal, wonderkid Barcelona, sempat memberikan harapan. Namun, sebuah insiden di mana ia terjatuh karena benturan dengan Ciss membuat fans Barcelona menahan napas. Untungnya, ia bisa melanjutkan permainan. Sayangnya, aksinya tidak cukup untuk mengubah nasib timnya.

Sementara itu, Leganes memainkan waktu dengan sempurna. Setiap kali bola keluar atau ada kontak fisik, pemain mereka langsung bergelimpangan di lapangan, mengulur waktu sebanyak mungkin. Taktik klasik ini berhasil membuat Barcelona semakin frustasi.

Ketika Anda memiliki striker sekaliber Lewandowski, harapan akan gol seharusnya tinggi. Tapi malam itu, ia seperti kehilangan sentuhan emasnya. Dua peluang emas dari jarak dekat malah mengarah tepat ke Dmitrovic. Dani Olmo, yang biasanya menjadi penggerak serangan, juga tidak memberikan kontribusi berarti.

Pemain pengganti seperti Ferran Torres dan Fermn Lpez yang diharapkan bisa memberikan perubahan juga gagal. Satu-satunya aksi yang menarik perhatian adalah protes fans Barcelona terhadap keputusan wasit yang tidak memberikan penalti. Tapi, mari jujur: penalti itu hanya ada di imajinasi mereka.

Kesalahan yang Tak Termaafkan

Dua kekalahan kandang berturut-turut adalah sesuatu yang tidak bisa diterima di Barcelona. Sebelumnya, Las Palmas berhasil mencuri kemenangan dengan permainan apik. Kali ini, Leganes hanya perlu bertahan mati-matian dan mengandalkan keajaiban Dmitrovic.

Apa yang salah dengan Barcelona? Apakah ini masalah fisik? Mental? Atau mereka hanya terlalu percaya diri setelah tampil apik di Liga Champions? Yang jelas, LaLiga adalah kompetisi yang tidak memaafkan tim yang kehilangan fokus.

Di sisi lain, kemenangan ini adalah sejarah bagi Leganes. Dari tim yang biasa menjadi pelengkap di papan bawah, mereka kini bisa berkata, "Kami mengalahkan Barcelona di Camp Nou!" Marko Dmitrovic layak mendapatkan penghargaan Man of the Match, jika tidak Man of the Season.

Pelatih Leganes, yang wajahnya biasanya lebih tegang dari tali gitar, tampak tersenyum lebar dalam konferensi pers. "Kami tahu kami harus bertahan dengan disiplin dan menunggu peluang. Malam ini, semuanya berjalan sesuai rencana," katanya.

Waktunya untuk Berbenah

Barcelona harus segera berbenah jika ingin tetap berada di puncak klasemen. Dengan Atletico Madrid dan Real Madrid yang mengintai dari dekat, satu kesalahan lagi bisa membuat mereka tergelincir dari perburuan gelar.

Bagi fans Barcelona, ini adalah malam yang ingin segera dilupakan. Tapi untuk Leganes, ini adalah malam yang akan mereka kenang selamanya. Sepakbola memang penuh kejutan, dan malam itu di Camp Nou, kejutan itu datang dalam bentuk kekalahan memalukan bagi sang raksasa.

Catatan Berhaga untuk Lewy dkk: Jangan pernah remehkan tim kecil. Kadang, mereka datang untuk mengajarkan pelajaran yang tak terlupakan.