Mohon tunggu...
Naufal Tri Hutama
Naufal Tri Hutama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student in the History of Islamic Civilization program

Naufal Tri Hutama is a dedicated student in the History of Islamic Civilization program, currently in his seventh semester. He is passionate about exploring Islamic history and understanding the cultural and social structures that shaped it. His interests also include media and journalism (medpers), providing a unique perspective on historical events. Naufal is particularly focused on Sundanese culture for his portfolio in the Faculty of Adab and Humanities.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 di Jawa Tengah

17 Agustus 2024   09:42 Diperbarui: 17 Agustus 2024   09:44 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dukungan dari Para Pemimpin Yogyakarta

Penyebaran berita proklamasi kemerdekaan di Yogyakarta dimulai dengan informasi yang diterima oleh Kantor Berita Domei pada pukul 12.00 WIB. Meskipun pemerintahan Jepang, yang telah menyerah kepada Sekutu, melarang penyiaran berita tersebut, upaya penyebarluasan tetap dilakukan.

Berita disampaikan melalui khutbah Jumat di Masjid Besar Alun-alun Utara dan Masjid Pakualaman. Selain itu, pawai sepeda yang dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara dan guru Taman Siswa, seperti Soeratmi Iman Soegijat, juga menjadi sarana efektif untuk menyebarkan informasi secara langsung kepada masyarakat dengan meneriakkan kemerdekaan dan membagikan selebaran.

Selain khutbah dan pawai sepeda, berita proklamasi juga disebarluaskan melalui surat kabar Sinar Matahari, yang sebelumnya bernama Sedya Tama. Surat kabar ini memuat berita proklamasi pada 19 Agustus 1945, termasuk teks UUD yang disahkan PPKI pada 18 Agustus 1945. Peran aparat desa juga penting dalam menyebarkan berita kepada masyarakat yang sebagian besar bertani, memastikan informasi proklamasi sampai kepada mereka.

Para penguasa di Yogyakarta, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII, menyambut positif proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada 19 Agustus 1945, mereka mengirim telegram kepada Soekarno dan Hatta, mengucapkan selamat atas berdirinya Republik Indonesia dan terpilihnya mereka sebagai presiden dan wakil presiden. Telegram juga dikirimkan kepada dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat.

Pada pukul 10.00 WIB, Sri Sultan Hamengkubuwono dan Paku Alam VIII mengadakan pertemuan dengan berbagai kelompok di Bangsal Kepatihan, di mana mereka mengungkapkan kegembiraan rakyat Yogyakarta dan mengingatkan masyarakat untuk tidak berlebihan dalam merayakan kemerdekaan.

Surakarta

Di Surakarta, berita proklamasi kemerdekaan diterima pada 17 Agustus 1945 melalui siaran radio. Berita ini cepat menyebar ke seluruh kota dan diterima oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk R. Soembardjo, mantan anggota tentara pelajar Surakarta, yang mendengarnya dari seorang guru.

Seorang guru lain, Rahinten Koesoenarno, juga mendengar berita tersebut dan pada 18 Agustus 1945, bersama anggota Fujinkai, memberikan pengarahan kepada masyarakat desa tentang arti kemerdekaan dan mendorong mereka untuk menyanyikan lagu "Indonesia Raya" di sekolah dan kelurahan. Menurut Surahman Partoharjono, Fujinkai mengunjungi Kelurahan Dayu, Jumantana, dan Jumapala pada 18 Agustus 1945, setelah mengumpulkan para pemuda desa dan menjelaskan bahwa Indonesia telah merdeka.

Kota Solo di Jawa Tengah menerima berita proklamasi kemerdekaan dalam suasana yang damai dan penuh persaudaraan. Di Klaten, berita tersebut juga tersebar dengan baik, diiringi pengambilalihan kekuasaan dari Jepang yang berlangsung damai karena orang-orang Jepang telah dipindahkan ke Baros Tampir, Boyolali.

Pekalongan

Di Pekalongan, berita proklamasi diterima melalui siaran radio pada 18 Agustus 1945. Salah seorang anggota Barisan Pelopor, Sarli, menurunkan bendera Jepang dan menggantinya dengan bendera merah putih, meskipun tindakan ini sempat menimbulkan kegaduhan yang mengharuskan bendera merah putih diturunkan kembali. Penyebaran berita di Pekalongan juga didukung oleh jaringan komunikasi telepon dan kereta api, terutama jalur kereta api Jakarta-Semarang yang melintasi wilayah ini.

Semarang

Semarang, kota penting lainnya di Jawa Tengah, menerima berita proklamasi pertama kali melalui Sugiarin, seorang markonis di Kantor Berita Domei Semarang. Sugiarin menyampaikan berita tersebut kepada Syarief Soelaiman dan M.S. Mintoardjo, yang kemudian meneruskannya ke Gedung Djawa Hokokai, tempat rapat persiapan kemerdekaan berlangsung. Di gedung itu, Mr. Wongsonegoro membacakan berita proklamasi yang disambut gembira oleh para hadirin.

Ali Anwar, "Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia", Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, 2015.

Abdurakhman, "Atlas Sejarah Indonesia; Berita Proklamasi Kemerdekaan", Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun