Mohon tunggu...
Naufal Shalhan Adani
Naufal Shalhan Adani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1-Teknik Fisika

Mahasiswa S1-Teknik Fisika \\\ Insitut Teknologi Sepuluh Nopember(ITS) \\\ Email: naufalshalhan4@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Apakah Bioplastik Baik untuk Lingkungan?

30 April 2024   23:12 Diperbarui: 30 April 2024   23:21 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. (a) struktur molekul linier, bercabang, ikatan silang, dan jaringan (b) polimer dengan struktur acak (c) dan polimer dalam microscop/researchgate.net

Plastik dan bioplastik memiliki dampak yang berbeda pada lingkungan. Plastik konvensional, yang terbuat dari bahan sintetis seperti minyak bumi, sulit terurai dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. 

  • Plastik

Plastik adalah benda asing bagi mikroorganisme. Untuk mengurai sampah dibutuhkan enzim dari bakteri atau mikroba sebagai mikroorganisme di dalam tanah atau perairan. Enzim berfungsi mempercepat reaksi penguraian dari sampah menjadi senyawa atau unsur dasar yang bisa diserap dan tidak mengganggu fungsi dari tanah atau perairan. Sementara itu plastik adalah jenis bahan polimer sintetik yang senyawa dan strukturnya tidak dikenali oleh mikroorganisme baik yang ada di tanah maupun perairan. Jadi mikroorganisme kesulitan mengurai plastik karena tidak memiliki enzim yang cocok untuk menguraikannya. 

Selain itu, rantai panjang plastik memerlukan energi besar untuk memutus rantai atau terurai oleh bakteri, ini karena terdapat ikatan kovalen(ikatan kuat). Bakteri hanya bisa mengurai molekul di ujung rantai saja, ini karena ujuang rantai adalah ikatan terminasi(ikatan lemah). Hal ini menyebabkan plastik terurai puluhan, ratusan, hingga ribuan tahun, tergantung pada seberapa kuat rantai molekul. Mengingat dalam 1 molekul polimer memiliki panjang  ratusan hingga puluhan ribu monomer. Itu artinya dalam satu gram bahan plastik ada milyaran bahkan trilyunan monomer.

  • Bioplastik

Di sisi lain, bioplastik, yang terbuat dari bahan-bahan alami atau terurai, seperti tanaman jagung atau pati. Sehingga memiliki potensi untuk menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Ingat bahwa bahan mempengaruhi struktur, dan struktur akan mempengaruhi sifat yang dibawa. Dimana sifat yang diinginkan adalah mudah terurai.

Bahan yang dibawa  mengandung sifat aditif yang mudah pecah jika terkena cahaya dan oksigen (kelembaban dan panas juga penentu). Hal ini menyebabkan struktur rantai molekul bioplastik terpecah menjadi rantai kecil sehingga mudah dicerna oleh bakteri. Ini adalah alasan mengapa waktu proses penguraian bioplastik lebih cepat dari plastik konvensional.

3. Apakah Bioplastik Baik untuk lingkungan?

Secara sekilas, bioplastik menjanjikan solusi yang lebih ramah lingkungan karena kemampuannya untuk terurai lebih cepat dari plastik konvensional. Namun, kenyataannya masalah ini jauh lebih kompleks, dan terdapat banyak kontroversi. Berikut merupakan diantaranya:

  • Daya Hancur secara biologis

Berbeda dengan sifat plastik yang lebih kuat dan stabil. Bioplastik berbasis pati dan selulosa mempunyai sifat yang lebih buruk seperti kerapuhan, kerentanan terhadap degradasi, stabilitas jangka panjang dan sifat mekanik karena sifat hidrofiliknya. Sehingga bioplastik hanya bisa digunakan pada kondisis tertentu saja.

Biodegradasi adalah proses dimana bahan dapat diuraikan oleh bakteri menjadi bentuk yang lebih sederhana. Namun, tidak semua bahan yang bisa terurai akan mengalami proses biodegradasi dengan baik di semua kondisi, seperti pada daerah yang lebih dingin, bahkan bahan organik seperti alga dapat meninggalkan jejak fosil karena biodegradasi yang buruk. Sehingga, beberapa standar telah diterapkan untuk biodegradasi plastik (ISO 17556) dan juga untuk film mulsa (EN 17033). 

Laju degradasi sebagian besar bioplastik bergantung pada luas permukaan polimer. Aktivitas enzim yang mempengaruhi proses degradasi terbatas oleh luas permukaan bahan. Proses ini juga bergantung pada keseimbangan antara pemotongan rantai polimer secara hidrolitik dan penyerapan air ke dalam bahan. Waktu yang diperlukan untuk degradasi bioplastik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti porositas, morfologi(bentuk), kristalinitas, ketebalan bahan, sifat fisik polimer, keberadaan mikroba, variasi lingkungan(suhu dan pH), serta seberapa sering variabel tersebut berfluktuasi. Degradasi permukaan biasanya lebih cepat, terutama di dalam tanah, dan semakin lama, ini bisa membuat luas permukaan bertambah, yang nantinya akan memberikan lebih banyak tempat bagi mikroba untuk menempel dan mempercepat degradasi polimer.

  • Pengomposan

Bahan yang dapat dibuat kompos dapat dipecah menjadi biomassa yang kaya nutrisi dalam waktu tiga bulan atau kurang dalam kondisi pengomposan. Terdapat kesalahpahaman seperti pada pemilihan bahan bio based dan biogradible. Meskipun semua bahan biodegradable tidak compostable, namun semua bahan composable adalah biodegradable.. Sehingga, agar dianggap dapat dibuat kompos, bioplastik harus memenuhi standar diantaranya ASTM D6400 dan standar Eropa (EN 13432).

Bahan yang dapat dikomposkan tidak boleh mempunyai sisa fisik(visual) dan tidak meninggalkan residu beracun. Pengomposan dibagi menjadi pengomposan rumah/kebun dan pengomposan industri, yang merupakan proses yang jauh lebih kompleks dan terkendali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun