IQ berfokus pada kemampuan kognitif dan intelektual, sementara EQ berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi. Keduanya diperlukan untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan dan karir. SQ berhubungan dengan kesadaran spiritual dan nilai-nilai hidup. Individu dengan SQ tinggi cenderung memiliki tujuan hidup yang jelas dan mampu mengatasi tantangan dengan cara yang lebih bermakna. SQ dapat meningkatkan EQ, karena kesadaran spiritual sering kali membantu individu dalam mengelola emosi dan berempati terhadap orang lain.
4. Berfikir
Berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. Berpikir merupakan fungsi jiwa yang mengandung pengertian yang luas, karena mengandung maksud dan tujuan untuk memecahkan masalah sehingga menemukan hubungan dan menentukan sangkut paut antara masalah yang satu dengan yang lainnya. Berpikir merupakan proses dialektis, yang artinya, selama kita berpikir, dalam pikiran itu terjadi tanya jawab untuk bisa meletakkan hubungan-hubungan pengetahuan kita dengan tepat.
Macam-macam proses berfikir, antara lain:
a. Berfikir deduktif: proses penalaran yang dimulai dari suatu premis umum dan kemudian diuraikan menjadi kesimpulan spesifik. dalam psikologi pendidikan, berpikir deduktif sangat penting karena memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan analitis.
b. Berfikir induktif: berfikir induktif dalam psikologi pendidikan adalah kemampuan siswa untuk mengamati kasus-kasus spesifik atau data yang ada, lalu menemukan pola atau kesimpulan umum. Misalnya, saat siswa mengamati berbagai contoh soal matematika, mereka bisa menyimpulkan suatu rumus atau pola. Berpikir induktif mendorong siswa untuk belajar secara aktif dan menemukan sendiri pemahaman, yang membantu mereka dalam berpikir kritis serta membangun pengetahuan dari pengalaman.
c. Berfikir evaluatif: berfikir evaluatif dalam psikologi pendidikan melibatkan kemampuan siswa untuk menilai, membandingkan, dan mengevaluasi informasi atau ide. Dalam hal ini, siswa tidak hanya menerima informasi apa adanya, tetapi juga mempertimbangkan berbagai bukti dan sumber sebelum membuat keputusan atau menyimpulkan apakah informasi tersebut relevan, valid, atau bermanfaat. Contohnya, dalam tugas menulis esai, siswa menggunakan berpikir evaluatif untuk menilai sumber-sumber yang digunakan dan mengembangkan argumen yang kuat.
5. Spiritualitas
Dalam psikologi pendidikan, spiritualitas mengacu pada aspek non-material dari kehidupan siswa yang meliputi pencarian makna, tujuan, nilai, serta pemahaman diri dan keterhubungan dengan orang lain atau sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri (misalnya, Tuhan, alam, atau konsep universal lainnya).Â
Dalam konteks ini, spiritualitas sering dikaitkan dengan pengembangan karakter, integritas, empati dan nilai-nilai, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi motivasi, kesejahteraan emosional dan hubungan sosial siswa. Berbeda dengan agama yang sering dikaitkan dengan keyakinan atau ritual tertentu, spiritualitas lebih bersifat personal dan subjektif, menekankan pertumbuhan pribadi dan kesadaran diri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi spiritualitas: