Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dengan kurikulum yang telah ditentukan. Guru profesional memberikan pembelajaran secara sistematis dan terstruktur, mencakup berbagai mata pelajaran dan keterampilan.
Â
 Contoh dalam Keseharian:
- Kegiatan Belajar Mengajar: Â Anak-anak mengikuti pelajaran di kelas, seperti Matematika, Bahasa, Sains, dan Seni.
- Ekstrakurikuler: Â Anak-anak berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, musik, atau klub sains untuk mengembangkan bakat dan minat mereka.
- Projek Kolaboratif: Â Siswa bekerja sama dalam projek kelompok yang melibatkan penelitian, diskusi, dan presentasi, yang membantu mengembangkan keterampilan sosial dan kerja sama tim.
Â
 3. Alam Masyarakat (Pendidikan Informal di Masyarakat)
Pendidikan di masyarakat terjadi secara informal di lingkungan sosial tempat seseorang tinggal. Masyarakat menjadi sumber pembelajaran melalui interaksi sosial, kegiatan kemasyarakatan, dan berbagai pengalaman hidup yang beragam.
Â
 Contoh dalam Keseharian:
- Kegiatan Sosial: Â Anak-anak terlibat dalam kegiatan gotong royong, membersihkan lingkungan, atau kegiatan keagamaan seperti pengajian dan misa.
- Pengalaman Praktis: Â Remaja bekerja paruh waktu di toko lokal atau berpartisipasi dalam program magang untuk mendapatkan pengalaman kerja.
- Organisasi Komunitas: Â Anggota masyarakat aktif dalam organisasi pemuda, seperti Pramuka, Karang Taruna, atau klub olahraga, yang mendidik mereka tentang kepemimpinan, tanggung jawab, dan keterampilan sosial.
Tri Kont Pendidikan
Tri Kont Pendidikan adalah suatu konsep pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Konsep ini berfokus pada tiga aspek, yaitu Kontiyu (blue print), Konsentris (budaya bangsa), dan Konvergen (tuntutan global). Masing-masing aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut:
- Kontiyu (blue print) : Aspek ini berfokus pada pengembangan struktur dan organisasi pendidikan yang jelas dan terstruktur. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan harus memiliki struktur yang jelas dan terstruktur agar dapat mengembangkan kemampuan dan bakat siswa.
- Konsentris (budaya bangsa) : Aspek ini berfokus pada pengembangan budaya bangsa dan kebudayaan nasional. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan harus memperhatikan budaya bangsa dan kebudayaan nasional agar dapat mengembangkan kesadaran dan kepedulian siswa terhadap bangsa dan negara.
- Konvergen (tuntutan global) : Aspek ini berfokus pada pengembangan kemampuan siswa untuk beradaptasi dengan tuntutan global. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan harus memperhatikan tuntutan global agar dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang berbeda.