Ki Hadjar Dewantara juga mengkritik pendidikan yang berbasis perintah, ancaman, dan ketertiban. Dia menekankan bahwa pendidikan yang demikian dapat mengabaikan kecerdasan akal budi dan menghambat kemampuan kreatif siswa. Dampak dari pendidikan seperti ini adalah:
- Tidak kerja kalau tidak ada yang perintah, dan ancam
- Mengabaikan kecerdasan akal budi (tidak kreatif)
- Mendewakan Intelektual kurang imajinasi
- Keutamaan diri sendiri, dan kebendaan/materialisme
Ki Hadjar Dewantara mengkritik pendidikan yang berbasis perintah, ancaman, dan ketertiban karena:
- Pendidikan yang demikian dapat mengabaikan kecerdasan akal budi dan menghambat kemampuan kreatif siswa
- Siswa tidak diberikan kesempatan untuk berpikir kritis dan berinisiatif
- Pendidikan yang demikian dapat menghambat kemampuan siswa untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang berbeda
- Pendidikan yang demikian dapat mengabaikan kepentingan nasional dan kepentingan umum
Dampak dari pendidikan yang berbasis perintah, ancaman, dan ketertiban adalah:
- Siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan mereka sendiri
- Siswa tidak memiliki kesempatan untuk berpikir kritis dan berinisiatif
- Siswa tidak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang berbeda
- Pendidikan yang demikian dapat menghambat kemampuan siswa untuk berkontribusi pada masyarakat dan bangsa
 Kemerdekaan Belajar
Ki Hadjar Dewantara juga menekankan pentingnya kemerdekaan belajar, di mana siswa harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat mereka dan memilih sendiri jalur pendidikan yang sesuai. Dia berpendapat bahwa pendidikan yang tidak memperhatikan kebudayaan bangsa dapat menghancurkan identitas bangsa, dan bahwa siswa harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri sendiri secara bebas dan mandiri. Kemerdekaan belajar meliputi:
- Mengembangkan bakat
- Pendidik mengembangkan potensi siswa/mahasiswa/perserta didik
- Siswa/mahasiswa diarahkan sesuai bakatnya
- Siswa/mahasiswa perlu belajar Merdeka (memilih sendiri)
 Taman
Ki Hadjar Dewantara juga menggunakan istilah "Taman" untuk menjelaskan tentang pendidikan. "Taman" berarti alami, alamiah, gembira, bermain, kebebasan; hak anak memilih apa pun, orang tua mengarahkan. Jenjang pendidikan yang diajukan adalah:
- Taman Indria/TK
- Taman Muda/SD
- Taman Dewasa/SMP
- Taman Madya (SMU)
- Taman Guru (Sarjana Wiyata)
Orientasi Tri Rahayu
Orientasi Tri Rahayu adalah suatu konsep pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Konsep ini berfokus pada tiga aspek, yaitu Memayu Hayuning Sarira (diri sendiri), Memayu Hayuing Bangsa (bangsa), dan Memayu Hayuning Bawana (seluruh alam semesta). Masing-masing aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Â Memayu Hayuning Sarira (diri sendiri) : Aspek ini berfokus pada pengembangan diri sendiri, baik secara fisik, emosional, dan spiritual. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa pengembangan diri sendiri adalah dasar untuk mengembangkan kemampuan dan bakat siswa.
2. Â Memayu Hayuing Bangsa (bangsa) : Aspek ini berfokus pada pengembangan kesadaran dan kepedulian siswa terhadap bangsa dan negara. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa siswa harus memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap bangsa dan negara agar dapat berkontribusi pada masyarakat dan bangsa.
3. Â Memayu Hayuning Bawana (seluruh alam semesta) : Aspek ini berfokus pada pengembangan kesadaran dan kepedulian siswa terhadap alam semesta dan lingkungan sekitar. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa siswa harus memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap alam semesta dan lingkungan sekitar agar dapat berkontribusi pada keseimbangan dan kelestarian alam semesta.
 Sistem Among