Mohon tunggu...
naufalrahmaturohman
naufalrahmaturohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pancasila sebagai dasar falsafah dan pedoman bangsa Indonesia

21 Desember 2024   15:14 Diperbarui: 21 Desember 2024   15:14 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Abstrak

Pancasila merupakan dasar falsafah negara yang menjadi pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi Indonesia. Sebagai landasan ideologi, Pancasila memiliki peran strategis dalam membangun karakter bangsa dan menjaga keberagaman dalam kesatuan. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi nilai-nilai Pancasila dalam konteks historis, filosofis, dan implementasi praktis di kehidupan masyarakat Indonesia. Berdasarkan kajian literatur, penelitian ini menemukan bahwa penguatan pemahaman terhadap Pancasila sangat relevan dalam menghadapi tantangan globalisasi, disintegrasi sosial, dan degradasi moral. Kajian ini juga memberikan rekomendasi praktis untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan, kebijakan publik, penguatan institusi sosial, serta revitalisasi peran masyarakat sipil.

Pendahuluan
Pancasila lahir sebagai hasil konsensus bangsa Indonesia yang multikultural dan majemuk. Sebagai dasar negara, Pancasila dirumuskan oleh para pendiri bangsa untuk menyatukan perbedaan dan membangun fondasi kehidupan bernegara yang harmonis. Dalam sejarahnya, Pancasila diresmikan pada 1 Juni 1945 oleh Presiden Soekarno sebagai bagian dari pidato bersejarah yang dikenal sebagai "Lahirnya Pancasila." Konsep ini kemudian disempurnakan melalui pembahasan dalam sidang BPUPKI dan PPKI.

Sebagai dasar negara, Pancasila tidak hanya memiliki fungsi politis, tetapi juga filosofis, yang berakar pada nilai-nilai luhur budaya bangsa. Keberadaannya menjadi penuntun moral dan etika bagi setiap warga negara dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam era globalisasi, tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia semakin kompleks, seperti pengaruh budaya asing, konflik sosial, dan isu-isu politik yang memecah belah. Oleh karena itu, penting untuk menggali kembali esensi Pancasila dan mengintegrasikan nilai-nilainya ke dalam kehidupan masyarakat.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode kajian literatur. Data dikumpulkan dari berbagai sumber primer dan sekunder, seperti buku, jurnal ilmiah, dokumen resmi, dan artikel terkait Pancasila. Analisis data dilakukan dengan pendekatan deskriptif-analitis untuk memahami konsep dan implementasi Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menggali makna filosofis dari setiap sila dalam Pancasila dan mengevaluasi aplikasinya di berbagai sektor, seperti pendidikan, politik, ekonomi, budaya, dan teknologi.

Pembahasan
Pancasila terdiri atas lima sila yang masing-masing merepresentasikan nilai-nilai universal yang relevan dengan kehidupan manusia. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, menegaskan pentingnya spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam konteks historis, sila ini mencerminkan pluralisme agama yang diakui dan dihormati di Indonesia. Implementasi sila ini terlihat dalam kerukunan antarumat beragama dan kebijakan negara yang menjamin kebebasan beragama. Tantangan dalam implementasi sila ini mencakup meningkatnya intoleransi beragama dan penyalahgunaan isu agama untuk kepentingan politik. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan penguatan dialog antaragama dan pendekatan inklusif dalam kebijakan publik.

Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, menekankan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Nilai ini sangat relevan dalam membangun masyarakat yang inklusif dan berkeadilan. Namun, praktik pelanggaran HAM yang masih terjadi menunjukkan perlunya penguatan kesadaran kolektif terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Upaya penegakan hukum yang adil dan beradab harus terus ditingkatkan untuk mewujudkan sila ini secara nyata. Dalam konteks global, sila ini juga relevan dalam upaya memperjuangkan keadilan global melalui diplomasi internasional.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia, menjadi landasan bagi kesatuan dan integritas bangsa. Keberagaman suku, agama, budaya, dan bahasa di Indonesia merupakan kekayaan yang harus dijaga. Namun, tantangan berupa konflik horizontal, radikalisme, dan sentimen primordial sering kali mengancam persatuan. Oleh karena itu, nilai-nilai kebangsaan harus terus ditanamkan melalui pendidikan, media, dan institusi sosial. Gerakan-gerakan nasionalisme yang inklusif perlu didukung untuk menjaga keutuhan bangsa dalam menghadapi tantangan internal dan eksternal.

Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, menunjukkan pentingnya demokrasi yang berkeadilan. Dalam praktiknya, demokrasi di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, seperti politik uang, rendahnya partisipasi masyarakat, dan lemahnya integritas institusi demokrasi. Pancasila mengajarkan bahwa demokrasi harus didasarkan pada musyawarah dan kebijaksanaan, bukan kepentingan pribadi atau golongan. Dalam era digital, sila ini juga memerlukan pendekatan baru untuk memastikan partisipasi masyarakat yang lebih luas melalui teknologi, seperti e-government dan platform digital untuk musyawarah publik.

Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menggarisbawahi kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat. Tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan sila ini meliputi kesenjangan sosial, kemiskinan, dan akses yang tidak merata terhadap pendidikan dan layanan kesehatan. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan kebijakan yang inklusif dan berkeadilan, sehingga kesejahteraan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Program-program seperti pembangunan infrastruktur desa, pemberdayaan UMKM, dan akses pendidikan gratis menjadi contoh konkret implementasi sila ini.

Relevansi Pancasila di Era Globalisasi
Globalisasi membawa dampak positif dan negatif bagi bangsa Indonesia. Di satu sisi, globalisasi membuka peluang kerja sama internasional dan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, globalisasi juga membawa ancaman, seperti infiltrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, serta meningkatnya individualisme dan materialisme. Pancasila berperan sebagai filter budaya yang dapat menjaga identitas bangsa tanpa menutup diri dari perkembangan global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun