Jujur saja, bagi seorang Muslim yang masih sangat jauh dari ideal untuk menjalankan ibadah mahdah, Ramadhan di Sapporo ini cukup berat dan menyita waktu serta perhatian, bagaimana tidak 1juz 11 rakaat setiap malam. Mengingat waktu berbuka puasa 19.20, shalat Magrib 19.30, dilanjutkan berbuka bersama hingga 20.15. Kita harus kembali berkumpul di masjid pada 21.30 untuk Isya dan tarawih hingga 23.30. Qiyamul Lail jika ada hingga 1.00. Lalu sahur dengan Adzan Subuh berkumadang pada 1.36 pagi.
Namun hal itu bukan suatu hal yang berat bagi Said untuk melangkahkan kakinya selalu ke dan berada di masjid. Di mana kita bisa menemui Said di bulan Ramadhan? Ya di masjid, pastilah Ia ada setiap hari, setiap malam, belajar Islam dan terus beribadah di samping waktu belajar dan kerja paruh waktunya.
Dalam suatu kesempatan saya menanyakan Said, mengapa kamu pindah ke Islam? “Karena Allah”, itu saja jawabannya. Ia melanjutkan, “Saya coba mengejar semua di dunia, saya kejar bangku sarjana di salah satu kampus terbaik Jepang, saya kejar kuliah ke luar negeri, saya kejar semua keduniaan, tapi semuanya kosong. Untuk apa? Tapi setelah saya masuk Islam, saya yakin itu semua karena Allah. Dan di saat saya jatuh, bingung, saya yakin saya masih punya: Allah yang akan menolong saya”, tukasnya.
Akhirnya di 1 Syawal 1437 H ini, saya sendiri yakin, Said benar-benar mendapatkan sebuah kemenangan, kemenangan yang besar. Said telah kembali ke fitrah. Fitrah yang sesungguhnya.
Ya Rabb, maafkah saya yang belum bisa menjadi seorang muslim yang baik dan terimakasih telah mendatangkan seorang Said di tengah-tengah kita semua, seorang yang mengajarkan kita bagaimana menjadi seorang muslim yang sesungguhnya.
May Allah gives us Istiqamah…
May Allah gives us Jannah..
Aamiin..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H