Mohon tunggu...
Naufal Rospriandana
Naufal Rospriandana Mohon Tunggu... Konsultan - Ordinary

Ordinary

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Eid Al-Fitr 1437H: Menjadi Muslim yang Sesungguhnya

7 Juli 2016   11:47 Diperbarui: 7 Juli 2016   12:36 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjelang Shalat Ied 1 Syawal 1437 H (6 Juli 2016) di salah satu taman di Sapporo

Eid Mubarak for brother and sister around the world

Selamat Idul Fitri rekan-rekan semua. Dari lubuh hati terdalam saya mohon dimaafkan segala kesalahan yang pernah diperbuat baik sengaja maupun tidak. 

Mohon maaf lahir dan batin. Semoga amal ibadah Ramadhan kita sebulan lalu diterima Allah SWT, dijauhkan dari api neraka-Nya, dan kita dipertemukan lagi dengan Ramadahan tahun-tahun mendatang karena izin dan ridho-Nya. 

Idul Fitri… 

Sudah Idul Fitri ke-berapakah tahun ini dalam hidup kita? Ke-25,26,27,30, atau mungkin lebih. Ya, itulah, betapa bahagianya kita yang memang telah terlahir sebagai seorang Islam. Lahir dari orang tua yang beragama Islam, hidup di keluarga yang Islami. Suatu hal yang seharusnya merupakan suatu kebahagiaan namun kadang kita lupa akan kebahagiaan dan kenikmatan menjadi seorang muslim dan merasakan arti besar Ramadhan serta Idul Fitri itu sendiri.

Tapi,  Idul Fitri tahun ini menjadi lain bagi salah seorang teman kita, sebutlah namanya Said (bukan nama lahir). Ia masih duduk di bangku sarjana, Teknik Mesin.  Said terlahir sebagai seorang Jepang, dan jelas Ia bukanlah seorang Muslim. Bagi Said, ini adalah Idul Fitri pertamanya, di mana Said dapat merasakan euforianya bersama keluarga muslimnya. Di Sapporo, sebuah kota Jepang bagian utara. 

Suatu hal mengejutkan terjadi tepat satu minggu sebelum Ramadhan, ketika seorang Jepang tersebut datang ke masjid di hari Jumat, dan berkata pada Jamaah shalat Jumat saat itu. “I want to convert Islam.” Sontak, seluruh isi masjid terkaget. 

Di saat, nama Islam sedang tercoreng-moreng oleh aksi-aksi tidak bertanggung jawab mengatasnamakan Islam, di saat nama Islam sedang dikaitkan dengan banyak isu-isu yang sebenarnya jauh di luar akidah Islam itu sendiri, seorang Jepang tiba-tiba menyatakan dirinya ingin menjadi mualaf (berpindah dari non-muslim ke Muslim). 

Siang itu, di Jumat yang penuh barokah, Said mengucapkan dua kalimat syahadat dibimbing seorang rekan dan disaksikan oleh jamaah lainnya. Alhamdulillah, seorang pemuda telah datang, berpindah, telah berhijrah ke jalan Allah SWT. 

Tapi, lantas apa yang terjadi setelahnya? Said seperti menampar wajah-wajah mereka yang terlahir sebagai Islam. Mengerjakan shalat 5 waktu di masjid hampir setiap saat, menunaikan ibadah puasa di tahun pertamanya tanpa bocor, mengerjakan tarawih 30 hari tanpa tercecer satu pun, hingga mengerjakan qiyamul Lail bersama di 10 malam terakhir tanpa kenal lelah. 

Jujur saja, bagi seorang Muslim yang masih sangat jauh dari ideal untuk menjalankan ibadah mahdah, Ramadhan di Sapporo ini cukup berat dan menyita waktu serta perhatian, bagaimana tidak 1juz 11 rakaat setiap malam. Mengingat waktu berbuka puasa 19.20, shalat Magrib 19.30, dilanjutkan berbuka bersama hingga 20.15. Kita harus kembali berkumpul di masjid pada 21.30 untuk Isya dan tarawih hingga 23.30. Qiyamul Lail jika ada hingga 1.00. Lalu sahur dengan Adzan Subuh berkumadang pada 1.36 pagi.   

Namun hal itu bukan suatu hal yang berat bagi Said untuk melangkahkan kakinya selalu ke dan berada di masjid. Di mana kita bisa menemui Said di bulan Ramadhan? Ya di masjid, pastilah Ia ada setiap hari, setiap malam, belajar Islam dan terus beribadah  di samping waktu belajar dan kerja paruh waktunya.   

Dalam suatu kesempatan saya menanyakan Said, mengapa kamu pindah ke Islam? “Karena Allah”, itu saja jawabannya. Ia melanjutkan, “Saya coba mengejar semua di dunia, saya kejar bangku sarjana di salah satu kampus terbaik Jepang, saya kejar kuliah ke luar negeri, saya kejar semua keduniaan, tapi semuanya kosong. Untuk apa? Tapi setelah saya masuk Islam, saya yakin itu semua karena Allah. Dan di saat saya jatuh, bingung, saya yakin saya masih punya: Allah yang akan menolong saya”, tukasnya.  

Akhirnya di 1 Syawal 1437 H ini, saya sendiri yakin, Said benar-benar mendapatkan sebuah kemenangan, kemenangan yang besar. Said telah kembali ke fitrah. Fitrah yang sesungguhnya. 

Ya Rabb, maafkah saya yang belum bisa menjadi seorang muslim yang baik dan terimakasih telah mendatangkan seorang Said di tengah-tengah kita semua, seorang yang mengajarkan kita bagaimana menjadi seorang muslim yang sesungguhnya.  

Brother Said
Brother Said
Good Luck Brother Said.
May Allah gives us Istiqamah…  
May Allah gives us Jannah..
Aamiin..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun