Mohon tunggu...
M.Naufal Putra Abidin
M.Naufal Putra Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pembangunan “Veteran” Jakarta

hobi Bermain musik dan membuat lagu

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Literasi Digital sebagai Alat untuk Menangkal Hoaks di Media Sosial

10 November 2024   15:50 Diperbarui: 10 November 2024   15:56 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata "literasi", yang awalnya hanya mengacu pada kemampuan membaca dan menulis, sekarang meluas seiring perkembangan teknologi media dan masuknya era digital. Menurut W. James Potter, beberapa ahli memperluas makna literasi, tidak hanya terbatas pada literasi membaca, tetapi juga mencakup literasi visual (seperti televisi dan film) serta literasi komputer. Ketiganya bukanlah istilah yang saling menggantikan, melainkan masing-masing berdiri sebagai konsep yang terpisah. di sisi lain, menggabungkan ketiga kemampuan tersebut dan berkembang menjadi sesuatu yang lebih luas dan lebih umum.  

Konsep literasi digital menurut UNESCO yakni sebagai upaya untuk memahami perangkat teknologi komunikasi dan informasi. Pun literasi digital itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu literasi teknologi yang lebih menekankan pada pemahaman teknologi digital dalam penggunaan kemampuan teknis serta literasi informasi yang menekankan pada aspek pengetahuan. nah, Secara luas, literasi digital banyak dianggap sebagai kebijaksanaan netizen dalam menggunakan internet dan media. Literasi digital merupakan gerakan melek teknologi yang dibuat untuk memberikan panduan untuk penggunaan media digital individu, tidak terkecuali generasi milenial yang memang jago dalam menggunakan teknologi

Kemampuan literasi digital penting untuk dimiliki setiap manusia.  Akan tetapi, nyatanya di Indonesia kemampuan literasi masih sangat rendah apalagi pada generasi milenial sekarang mereka jarang melek akan isu fakta yang mereka baca di media sosial. Marilah kita menilik kondisi kemampuan literasi masyarakat Indonesia yang sangat memprihatinkan ini, tidaklah heran apabila masyarakat Indonesia sulit untuk berpikir kritis, sehingga mudah terpapar berbagai hoaks. Hal ini didasarkan pada survey yang dilakukan oleh Katadata Insight Center (KIC) yang bekerjasama dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika serta SiBerkreasi pada tahun 2020 yang menemukan bahwa 30% sampai 60% masyarakat Indonesia terpapar hoaks.  

smartworkindonesia.com
smartworkindonesia.com

Dan hal ini pun, literasi digital sangat berkaitan dengan upaya preventif dalam menangkal hoax yang marak terjadi di sosial media. Dalam Data Kemenkominfo mencatat bahwa ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar informasi palsu. Pada 2014 saja nih, terdapat 761.126 situs yang  sudah diblokir  karena  konten  berita  palsu. Nah, sedangkan Pada  2015  angkanya  terus naik  hingga mencapai 766.394 situs. Lantas, di sinilah peran literasi digital diperlukan untuk menekan angka tersebut. 

Penerapan literasi digital yang dapat dilakukan untuk menangkal hoaks ialah 1) memahami teknik manipulasi media untuk dapat mengindetifikasi mana berita yang fakta dan yang hoaks, 2) lalu kita dapat menerapkan salah satu kegiatan yakni kampanye literasi digital yang meningkatkan kesadaran tentang dampak negatif dari hoaks yang dapat memengaruhi cara berpikir kritis kita di dalam media digital, 3) menyambung dari berfikir kritis, literasi digital mengajarkan kita untuk lebih melek akan menilai sumber informasi yang terpercaya karena pengguna media sosial yang kritis akan lebih tau dan paham dalam memeriksa kredibilitas situs atau akun yang akan dia ambil sebagai sumber infromasinya. 4) mengindari Bias Kognitif, apasih Bias Kognitif ?, Bias Kognitif adalah dimana kebiasaan manusia dimana mereka mencari yang mengonfirmasi keyakinan atau pendapat yang sudah ada sebelumnya, ini juga mengajarkan kita untuk menyadari bias pribadi kita untuk berpikir lebih objektif. 5) yang terakhir namun tidak kalah pentingnya nih, yaitu Terbukanya kita akan Transparansi dan Akuntabilitas dalam informasi.

Gimana nih, pembaca udah pada paham belum soal pentingnya literasi digital dalam menangkal hoaks di media sosial? Peningkatan literasi digital merupakan cara terbaik untuk menanggulangi hoaks saat ini. Selain itu, ini juga menjadi salah satu bentuk self control untuk diri kita pribadi dalam kritis dan objektif dalam mencerna informasi di era digital ini, juga meningkatkan angka literasi yang masih terbilang cukup rendah di Indonesia ini.

Referensi : 

Sabrina, A. R. (2019). Literasi Digital Sebagai Upaya Preventif Menanggulangi Hoax. Communicare : Journal of Communication Studies, 5(2), 31–46. 

Novianto, P. R. (2021). Analisis Tingkat Literasi Digital Generasi Milenial Kota Surabaya dalam Menanggulangi Penyebaran Hoaks

Palupi, M. T. (2020). HOAX: PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN EDUKASI DI ERA LITERASI DIGITAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER GENERASI MUDA. Jurnal Skripta, 6(1).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun