Film "5 cm" adalah sebuah film yang menandai kali pertama dalam karir penyutradaan Rizal Mantanovi, dimana ia menggarap sebuah film yang naskah ceritanya diangkat dari sebuah novel. Pertama kali dirilis oleh Donny Dhirganto secara perlahan menjelma menjadi salah satu novel dengan penjualan terlaris di Indonesia. Dengan jalan cerita yang mengangkat mengenai tema persahabatan serta diselimuti dengan kisah petualangan, rasa nasionalisme serta dialog dialog bernuansa puitis, novel novel tersebut berhasil menarik minat pembaca novel di seluruh Indonesia hingga berhasil mengalami cetak ulang sebanyak 25 kali. Kesuksesan itulah yang kemudia menarik Sunil Soraya untuk mengadaptai kisah "5 cm" ini menjadi sebuah film layar lebar bersama dengan Rizal Mantanovi.
"5 cm' sendiri berkisah mengenai persahabatan yang terjalin antara lima orang pemuda, Zhafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah), Genta (Fedi Nuril), Ian (Igor Saykoji), dan Arial (Denny Sumargo). Selalu menghabiskan waktu mereka bersama membuat kelimanya telah begitu mampu untik mengenal karakteristik satu sama lain. Kebersamaan tersebuta kemudian mendapatkan tantangan ketika Genta mengusulkan selama tiga bulan ke depan, kelimanya tidak saling berkomunikasi dalam bentuk apapun. Tantangan tersebut sendiri dimaksudkan agar masing - masing sahabat tersebut dapat menyelesaikan berbagai impian yangg selama ini selalu tertunda akibat banyaknya waktu yang dihabiskan bersama. Kleimanya akhirnya setuju untuk menjalani ujian tersebut.
Tiga bulan berlalu, Genta akhirnya mengirimkan sebuah pesan sms agar keempat sahabatnya membawa sejumlah perlengkapan dan menemuinya di stasiun kerta api, Tak disangka Genta menagjak sahabtanya itu untuk menepuhhsebuah perjalanan menuju kota Malang, Jawa Timur. Untuk kemudia melanjutkan perjalanan tersebut dengan melakukan pendakian Gunujng Semeru dan menuju puncaknya, Mahameru, yang dotemani oleh adik Arial, Dinda (Pevita Pearce), perjalanan yang akan menguji kuatnya rasa persahabatan antara kelima karakter tersebut akhirnya dimulai.
Permasalahan mulai muncul ketika jalan cerita film mulai beranjak pada kisah mengenai petualangan keenam karakter dalam mendaki terjalnya Gunung Semeru. Ketika tata sinematografi arahan Yudi Datau selalu mampu menghadirkan deretan gambar yang berhasil mempesona penontonnya, tidak begitu halnya dengan pengembangan kisah yang dijalani karakter-karakter tersebut. Ketika 5 cm memulai perjalanannya sebagai sebuah film petualangan, tema penceritaan yang awalnya berkisah tentang persahabatan terasa berubah total menjadi kisah rasa nasionalisme masing-masing karakternya terhadap negara tempat mereka tinggal – lengkap dengan deretan dialog yang diutarakan dengan nada deklamasi yang, harus diakui, cukup menggelikan untuk didengarkan.
Kelebihan dan Kekurangan Film 5 cm antara lain
Kelebihan :
akting natural serta chemistry yang cukup erat yang hadir dari jajaran pemeran film ini membuat tempo penceritaan 5 cm tidak pernah terasa berjalan lamban. Kekuatan eksekusi pada bagian awal ini pula yang berhasil membuat deretan karakter dalam jalan cerita 5 cm menjadi begitu mudah untuk disukai. dialog puitis yang dibacakan secara deklamasi ketika setiap karakter berada dalam situasi non formal di ruang terbuka. Donny Dhirgantoro, Sunil Soraya dan Hilman Mutasi sebagai penulis naskah dalam mengembangkan tema nasionalisme dan romansa dalam jalan cerita 5 cm, harus diakui bahwa film ini masih tetap mampu berdiri tegak sebagai sebuah fim berkelas atas pengarahan Rizal Mantovani yang dinamis. Rizal mampu menghadirkan jalan cerita 5 cm dengan ritme penceritaan yang begitu mudah untuk diikuti. Kualitas film ini semakin terasa kuat berkat dukungan tata teknis yang apik, khususnya tata sinematografi yang benar-benar mengagumkan karya Yudi Datau, serta dukungan penampilan para jajaran pengisi departemen aktingnya. Bukan sebuah film yang sempurna namun jelas merupakan film yang akan mampu memikat banyak penontonnya.
Kekurangan :
bagaimana sikap setiap karakter yang awalnya sama sekali tidak terlihat memiliki ‘bibit-bibit’ nasional seketika berubah penuh ketika mereka melakukan pendakian dan menyaksikan keindahan alam sekitarnya. Terasa tidak berjalan alami, semu dan curang untuk lantas memasukkan tema penceritaan nasionalisme dengan sebuah latar belakang alasan yang tidak begitu kuat. Deretan konflik dan tantangan yang dialami setiap karakter dalam perjalanan mereka menuju puncak Mahameru juga gagal untuk dikembangkan dengan baik. Setiap permasalahan terkesan hanya dihadirkan untuk menambah intensitas ketegangan dalam jalan cerita untuk kemudian hilang begitu saja seperti sama sekali tidak pernah terjadi.
Bagian paling buruk dari deretan penceritaan 5 cm menurut saya jelas berada pada akhir cerita film ini – yang kini kembali berpaling dari tema nasionalisme dan beralih menjadi tema romansa. Adalah sangat dimengerti bahwa bagian ini dihadirkan untuk memberikan penyelesaian atas pertanyaan-pertanyaan asmara yang hadir pada beberapa karakter semenjak jalan penceritaan dimulai. Namun, eksekusi cerita sendiri berlangsung dengan sangat cepat dan dilakukan dengan jalan yang murahan. Kehadiran bagian romansa ini juga seperti merusak tatanan cerita yang seharusnya telah mencapai klimaks ketika jalan cerita 5 cm lebih berfokus pada petualangan para karakternya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H