Pada kasus Eiger, saya beropini bahwa cara kedua lah yang mereka pilih dalam menghadapi krisis ini. Eiger paham bahwa tidak ada cara lain untuk meng-counter respon netizen dan mengingat brand kompetitor juga sudah memanfaatkan krisisnya untuk sarana pemasarannya. Pada saat krisis muncul, Eiger juga sudah memberi respon yang tepat seperti mendiamkan krisis terlebih dahulu dengan pertimbangan tidak melakukan blunder blunder lain atas respon yang emosional.
Menempatkan Figur CEO yang lebih senior, ketimbang pegawai legalnya yang jadi sasaran bully netizen, adalah langkah yang tepat. Agar krisis ini cepat reda, dan tidak berkepanjangan. Melihat juga karakter Netizen yang menanggapi isu ini adalah para generasi millenial, maka penempatan sosok CEO yang senior akan memunculkan rasa segan Netizen untuk kembali merespon.
Pemberian diskon yang besar dan promo belanja pada seluruh store adalah upaya Eiger untuk tetap mempertahankan loyal customernya berpindah ke merek lain. Saya juga berasumsi bahwa Eiger sudah berhasil pulih dari krisis yang mereka alami kemarin. Melihat dari toko nya yang saat ini lebih ramai ketimbang brand lain di Mall yang kemarin saya singgahi. Benar benar strategi pemulihan krisis yang tepat dan lengkap.
Eiger akan menjadi besar karena hal ini.
Eiger sudah mengalami langsung bagaimana menjadi trending topic di Sosial Media atas isu yang kurang mengenakkan. Tapi, cara perusahaan menanggapi isu dan pelajaran yang mereka dapatkan dari kasus kemarin, akan membuat Eiger lebih besar lagi dimasa yang akan datang. Selamat, Eiger!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H