Mohon tunggu...
Naufal Insan Akmal
Naufal Insan Akmal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Brawijaya

Selalu berusaha untuk menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Quarter Life Crisis dalam Perspektif Sosiologi Kesehatan

2 Desember 2022   16:59 Diperbarui: 2 Desember 2022   17:08 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Quarter Life Crisis (sumber: Freepik)

Pendahuluan


Krisis seperempat kehidupan (atau biasa disebut  quarter life crisis ) adalah fenomena yang semakin banyak dibahas dalam beberapa tahun terakhir, karena semakin banyak orang dewasa muda yang berjuang untuk menemukan tempat mereka di dunia. Artikel ini akan mengeksplorasi masalah ini dari perspektif sosiologi kesehatan, menganalisis bagaimana faktor sosial dapat berkontribusi pada perasaan cemas dan depresi selama masa transisi ini. Kita akan melihat bagaimana ekspektasi masyarakat, dinamika keluarga, tekanan ekonomi, dan pengaruh lingkungan lainnya dapat membentuk pengalaman kita dengan krisis seperempat kehidupan. Akhirnya, kita akan membahas strategi potensial untuk mengelola tantangan-tantangan ini sehingga individu dapat melangkah maju ke masa dewasa dengan perasaan diberdayakan daripada kewalahan oleh ketidakpastian.

Menelaah Krisis Seperempat Kehidupan: Sebuah Analisis Sosiologis

Krisis seperempat kehidupan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan periode ketidakpastian dan stres yang dialami orang dewasa muda saat mereka beralih dari perguruan tinggi ke dunia kerja. Istilah ini pertama kali diciptakan oleh Alexander Robbins dan Abby Wilner dalam buku  Quarterlife Crisis: The Unique Challenges of Life in Your Twenties  pada tahun 2001. Meskipun konsep krisis seperempat kehidupan bukanlah hal yang baru, namun istilah ini semakin populer dalam beberapa tahun terakhir karena semakin banyak orang dewasa muda yang menemukan diri mereka berjuang untuk menavigasi transisi ke masa dewasa.

Krisis seperempat kehidupan ditandai dengan rasa cemas dan kebingungan tentang tempat seseorang di dunia. Banyak orang dewasa muda merasa seperti terjebak dalam ketidakpastian antara masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa, tidak yakin dengan masa depan mereka. Hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak aman, depresi, dan kecemasan. Bagi sebagian orang, krisis seperempat kehidupan bisa begitu luar biasa sehingga menyebabkan penyalahgunaan zat atau bahkan bunuh diri.

Meskipun krisis seperempat kehidupan sering dibicarakan dalam istilah negatif, ini juga dapat dilihat sebagai waktu pertumbuhan dan penemuan diri yang positif. Banyak orang dewasa muda menggunakan waktu ini untuk menjelajahi jalur karier yang berbeda, berkeliling dunia, atau mempelajari keterampilan baru. Bagi sebagian orang, quarter life crisis adalah masa pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang luar biasa.

Tidak peduli bagaimana Anda memandang quarter life crisis, jelas bahwa ini adalah waktu yang menantang bagi banyak orang dewasa muda. Jika Anda berjuang untuk mengatasi tantangan masa transisi ini, penting untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental.

Menjelajahi Dampak Faktor Sosial dan Budaya pada Kesehatan Mental Orang Dewasa yang Baru Muncul

Masa dewasa muda adalah masa transisi dan pertumbuhan yang luar biasa. Bagi banyak orang dewasa muda, masa ini bisa menjadi masa kegembiraan dan peluang yang luar biasa. Namun, ini juga bisa menjadi masa stres dan ketidakpastian.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh orang dewasa baru adalah krisis seperempat kehidupan. Ini adalah masa transisi antara masa remaja dan dewasa, yang ditandai dengan perasaan bingung, cemas, dan tidak aman. Banyak orang dewasa muda yang merasa seperti "terjebak" dalam fase transisi ini, tidak yakin apa yang ingin mereka lakukan dengan hidup mereka atau bagaimana mencapai tujuan mereka.

Krisis seperempat kehidupan sering diperburuk oleh faktor sosial dan budaya. Misalnya, tekanan untuk berhasil di sekolah atau mencari pekerjaan yang baik bisa sangat besar. Tekanan untuk memenuhi ekspektasi masyarakat tentang kecantikan dan kesuksesan juga dapat merusak harga diri. Selain itu, media sosial dapat menciptakan rasa FOMO (takut ketinggalan) dan perbandingan yang dapat menyebabkan kecemasan dan depresi.

Untungnya, ada cara untuk mengatasi krisis seperempat kehidupan. Terapis dapat membantu orang dewasa yang baru muncul untuk mengeksplorasi pilihan mereka dan membuat keputusan yang tepat untuk mereka. Teman-teman dan keluarga dapat memberikan dukungan dan bimbingan. Dan yang paling penting, orang dewasa yang baru muncul dapat mengingat bahwa ini adalah bagian normal dari kehidupan dan bahwa setiap orang melewatinya dengan cara mereka sendiri dan dengan kecepatan mereka sendiri.

Membongkar Interseksionalitas antara Stresor dan Kesejahteraan Generasi Y

Interseksionalitas adalah studi tentang bagaimana berbagai faktor sosial yang berbeda berinteraksi satu sama lain untuk menciptakan pengalaman diskriminasi atau keuntungan yang unik. Dalam konteks Generasi Y, interseksionalitas dapat membantu kita memahami stresor unik yang dihadapi generasi ini dan bagaimana dampaknya terhadap kesejahteraan kita.

Salah satu pemicu stres yang paling menonjol bagi Generasi Y adalah krisis seperempat kehidupan. Ini adalah periode transisi antara masa remaja dan dewasa di mana kaum muda sering kali tidak yakin tentang masa depan mereka dan mengalami rasa kehilangan identitas. Krisis seperempat kehidupan telah dikaitkan dengan peningkatan tingkat kecemasan dan depresi, serta kesehatan fisik yang lebih buruk.

Interseksionalitas dapat membantu kita memahami mengapa krisis seperempat kehidupan begitu lazim di kalangan Generasi Y. Misalnya, penelitian sosiologis telah menunjukkan bahwa generasi ini lebih mungkin mengalami ketidakamanan pekerjaan dan ketidakstabilan keuangan daripada generasi sebelumnya. Hal ini dapat menimbulkan perasaan cemas dan ketidakpastian tentang masa depan. Selain itu, Generasi Y juga lebih mungkin mengalami isolasi sosial karena meningkatnya ketergantungan kita pada teknologi. Hal ini dapat menyulitkan untuk membentuk hubungan yang berarti dengan orang lain, yang selanjutnya dapat berkontribusi pada perasaan kesepian dan putus asa.

Meskipun krisis seperempat kehidupan bisa menjadi masa yang menegangkan dan sulit, penting untuk diingat bahwa ini juga merupakan masa yang penuh peluang besar. Ini adalah saat di mana kita dapat menilai kembali nilai-nilai dan tujuan kita dan membuat perubahan dalam hidup kita yang akan mengarah pada kebahagiaan dan kepuasan yang langgeng. Dengan dukungan yang tepat, krisis seperempat kehidupan bisa menjadi pengalaman yang sangat transformatif.

Menyelidiki Bagaimana Kaum Muda Mengatasi Krisis Seperempat Kehidupan di Era Digital


Quarter life crisis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan periode ketidakpastian, kecemasan, dan stres yang dialami orang dewasa muda saat mereka beralih dari perguruan tinggi ke dunia kerja. Istilah ini pertama kali diciptakan oleh Alexander Robbins dan Abby Wilner dalam buku Quarterlife Crisis: The Unique Challenges of Life in Your Twenties.

Meskipun krisis seperempat kehidupan bukanlah gangguan mental yang dapat didiagnosis, namun hal ini bisa menjadi pengalaman yang sangat nyata dan melemahkan bagi mereka yang mengalaminya. Gejala-gejalanya meliputi perasaan kehilangan tujuan, tanpa tujuan, kecemasan, depresi, dan ketidakbahagiaan secara umum.

Krisis seperempat kehidupan dianggap diperburuk oleh tekanan yang dirasakan orang dewasa muda untuk mencapai kesuksesan dalam karier dan kehidupan pribadi mereka. Di era digital media sosial dan perbandingan yang konstan, mudah sekali untuk merasa Anda tertinggal dari rekan-rekan Anda.

Jika Anda sedang berjuang dengan krisis seperempat kehidupan, penting untuk diingat bahwa Anda tidak sendirian. Banyak orang dewasa muda lainnya yang sedang atau telah melalui pengalaman serupa. Carilah dukungan dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental jika diperlukan. Tenangkan diri Anda dengan mengetahui bahwa ini hanyalah fase sementara dan bahwa segala sesuatunya pada akhirnya akan menjadi lebih baik.


Kesimpulan


Krisis seperempat kehidupan adalah fenomena yang semakin banyak dipelajari dalam beberapa tahun terakhir, dan sosiologi kesehatan memberikan perspektif penting untuk memahaminya. Artikel ini telah mengeksplorasi bagaimana teori-teori sosiologi dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa orang dewasa muda mengalami periode kesulitan dan tekanan ini. Artikel ini juga membahas strategi potensial untuk mengatasi masalah ini, seperti menyediakan jaringan dukungan atau meningkatkan akses ke layanan kesehatan mental. Pada akhirnya, penelitian lebih lanjut tentang penyebab dan efek dari krisis seperempat kehidupan akan membantu kita untuk lebih memahaminya sehingga kita dapat memberikan intervensi yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas hidup selama masa yang menantang ini.

Referensi
Robbins, A., & Wilner, A. (2001). Quarterlife Crisis: The Unique Challenges of Life in Your Twenties. New York: Penguin Putnam Inc.

Catatan

Artikel ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Sosiologi Kesehatan yang diampu oleh ibu Ucca Arawindha, S.Sos., MA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun