Mohon tunggu...
M. Naufal Daffa Ulhaq
M. Naufal Daffa Ulhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manajemen Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga

suka belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penanaman Nilai Akhlak melalui Pembiasaan Dzikir

2 Juni 2022   13:46 Diperbarui: 2 Juni 2022   13:50 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhlak merupakan tolok ukur penentu derajat manusia dihadapan manusia maupun tuhannya. Baik buruknya akhlak dapat menjadi acuan untuk menilai kualitas aqidah dan iman yang ia tanam.  Maka tidak berlebihan jika nabi Muhammad Saw diutus Allah Untuk menyempurnakan Akhlak, sebagaimana dijelaskan sendiri oleh beliau Nabi Saw dalam hadits riwayat Imam Bukhari. Dan hal itu dibuktikan oleh beliau Saw ketika merubah masyarakat Mekah-Madinah dari zaman jahiliyyah menuju masyarakat madani yang berperadaban luhur hanya dalam kurun waktu 23 tahun.

Perbaikan akhlak dirasa sangat urgent, Mengingat zaman yang kita jalani saat ini dihadapkan dengan persoalan moral yang cukup mengkhawatirkan. Berbagai masalah moral terjadi di lingkungan sekolah, masyarakat, keluarga, bahkan Negara. Bisa kita lihat dari meningkatnya kasus korupsi, penggunaan obat terlarang, pergaulan bebas, merebaknya pornografi/pornoaksi, dan tindak kekerasan brutal yang saat ini sedang marak-maraknya, yang menyedihkan lagi adalah perilaku tidak berkhlak mulia ini dilakukan oleh anak usia remaja maupun dini, dan konten yang tersebar di internet menjadi salah satu faktor pemicunya.

Algoritma media sosial mendorong seseorang untuk selalu menonton hal yang dianggap asik. Sekali saja dia senang dengan satu konten maka algoritma akan menuntunnya untuk melihat berbagai konten yang sejenis. Jika konten yang  dikonsumsi negatif maka konten konten-konten negatif akan terus disuguhkan. jika degradasi moral seperti ini dibiarkan begitu saja maka berpotensi menghancurkan masa depan generasi muda. Perilaku-perilaku menyimpang menjadi sebuah budaya, sehingga untuk mewujudkan bangsa yang berperadaban luhur hanya menjadi omong kosong belaka.

“إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا” bunyi firman Allah dalam surat Al-Insyirah, yang maksudnya adalah Allah Swt menciptakan masalah beserta dengan solusinya seperti halnya menciptakan penyakit sekalian obatnya. Tindakan penyimpangan moral perlu langkah pencegahan bersama. Dalam konteks ini, penanaman nilai-nilai akhlak terpuji menjadi upaya yang ditawarkan untuk mengurangi perilaku menyimpang dan kriminal di tengah masyarakat. Salah satu medianya yaitu dengan pembiasaan dzikir. Kenapa bisa begitu?

Secara kajian etimologi Dzikir berasal dari bahasa arab  "ذكر" yang berarti mengingat, menyebut, dan memperhatikan. Dalam pembahasan ini dzikir adalah upaya manusia yang beriman untuk mengingat penciptanya dengan cara menyebut asma dan keagungan-Nya baik dari lisan atau hati dan disertai dengan usaha melakukan kesalehan. Dasar melakukan dzikir sangat jelas dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 41-42 :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ وَّسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا

“Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah dengan zikir sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Q.S. Al-Ahzab: 41-42).

Ayat diatas menegaskan bahwa hendaknya Dzikir kepada Allah menjadi kebiasaan disetiap keadaan. Terdapat 3 bentuk dzikir berdasarkan cara-caranya seperti

  • Dzikir dengan lisan, yaitu dengan melafalkan huruf perhuruf (bersuara)
  • Dzikir dengan hati, yaitu merenungkan dan tadabbur akan zat Allah Swt Tuhan semesta alam. Tafakkur terhadap dalil-dalil taklif, baik berupa perintah ataupun larangan.
  • Dzikir dengan anggota badan dan panca indra, atau bisa kita artikan dengan taqwa dan akhlak mulia. Yaitu memasrahkan semua anggota badan untuk patuh akan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

            Oleh karena itu dzikir menjadi sarana efektif untuk mencegah perilaku menyimpang dan dapat memperbaiki kualitas akhlak seseorang. dengan berzikir dapat memunculkan kesadaran akan taqwa, karena orang yang berdzikir mempunyai kesadaran bahwa tuhan selalu ada dimanapun berada, dan mengawasi gerak-geriknya. Hatinya selalu tunduk dan tidak congkak seakan dia hidup atas kehendaknya sendiri. Kesadaran akan keberadaan Allah menuntun seseorang untuk melanjutkan tujuanya hidup di dunia yaitu beribadah, serta melakukan tindakan amal saleh.

            Kesadaran yang seperti ini dinamakan “ihsan” yaitu merasa selalu diawasi oleh Tuhan. Seperti mana Hadits riwayat Imam Muslim no.8 yang menceritakan bahwa Nabi didatangi oleh malaikat Jibril yang bertanya tentang islam, iman, dan ihsan. beliau menjawab bahwa “ihsan adalah beribadah kepada Allah seakan-akan kau melihatya.”

                        Maka dengan berdzikir yang disertai dengan ihsan membuat orang termotivasi untuk melakukan amal-amal saleh, dan menjauhi perkara menyimpang norma kehidupan sebagaimana yang ada dalam ajaran agama maupun di tengah masyarakat. Karena dia akan senantiasa sadar bahwa Allah mengawasi setiap perilakunya, sehingga menimbulkan rasa malu untuk melakukan akhlak-akhlak tercela. Pembiasaan dzikir ini hendaknya dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat demi terwujudnya peradaban yang berbudi pekerti luhur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun