TAGUIG CITY, Filipina — Pada hari Sabtu baru-baru ini, 5.000 penggemar Taylor Swift memenuhi mal di luar ibu kota Filipina, Manila. Selama berjam-jam, di atrium yang dikelilingi oleh restoran cepat saji dan toko sepatu murah, mereka mengadakan sesi karaoke massal, menari dan bernyanyi dengan suara serak sembari dipandu oleh seorang waria kurus berusia 28 tahun. Performer bernama asli John Mac Lane Coronel ini, kini dikenal sebagai Taylor Sheesh.
Di salah satu negara dengan jumlah Swiftie yang sangat banyak, Taylor Sheesh telah menjadi bintang yang tak terhentikan, menarik ribuan penggemar ke acara ini dan membangun pengikut yang jauh lebih besar lagi di TikTok, tempat videonya diputar hingga ratusan ribu penayangan.
Taylor Sheesh, yang bekerja di call center, telah pergi ke berbagai kota di Filipina untuk melakukan aksinya. Penampilannya tidak hanya menjadi tempat pelampiasan bagi Swifties Filipina — banyak yang kecewa karena Taylor Swift melewatkan Filipina dalam Eras Tour globalnya — tetapi juga perayaan katarsis dari budaya queer dan drag, yang berkembang di sini dalam menghadapi tradisi Katolik konservatif yang telah berusia berabad-abad.Â
Baru-baru ini, Taylor Sheesh  melangkah ke atas panggung, mengenakan kostum persis dari gaun ungu yang dikenakan Taylor Swift di sampul album ketiganya, "Speak Now," pada tahun 2011. Dengan setelan itu, Taylor Sheesh mengubah dirinya dari agen layanan call center menjadi pengganti ikon superstar hidup terbesar di dunia. Penggemarnya mengatakannya: Jika Taylor Swift adalah "mother", istilah slang yang berakar pada kancah ruang dansa queer Hitam dan Latin tahun 1980-an yang baru-baru ini diadopsi oleh kaum muda untuk menggambarkan selebritas wanita, Taylor Sheesh adalah "ibu tiri". Di atas panggung, "Step-mother is step-mothering". Sheesh meluncur melewati gumpalan kabut setelah tujuh kali berganti pakaian.
Dalam wawancara yang dilakukan oleh Mashable Asia Tenggara, Taylor Sheesh mengatakan perihal impiannya di masa mendatang.. "Saya hanya ingin di-notice oleh Taylor dan membuatnya datang ke Filipina pada Tour internasionalnya. Karena saya yakin Filipina adalah negara Taylor Nation. Terakhir kali dia ke sini adalah 2014 untuk The Red Tour, yang saya tidak sempat hadir karena saya belum punya uang. Seseorang di Twitter menyiarkannya secara langsung. Tapi Taylor Nation memblokirnya. Saya ingin tampil secara internasional, itu impian saya. Di drag, yang saya suka, atau sebagai Taylor. Saya bisa melihat masa depan saya di sana".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H