[caption id="attachment_271906" align="alignright" width="300" caption="Mengajar anak usia dini malah lebih susah lagi seperti yang dilakukan seorang ibu tutor PAUD (foto dok Siti Rabiah) "][/caption]
Mau jadi guru? Ternyata jadi guru itu tidak segampang yang dibayangkan. Berasumsi jadi guru mudah karena sudah ada panduan, tinggal memberikan instruksi ke murid lalu tunggu mereka selesai, pulang ke rumah tidak sampai larut malam, bahkan bisa nyambi pekerjaan yang lain.
"Oh, ternyata jadi guru itu luar biasa”, penjelasan dari Nurdin, salah seorang guru di sekolah swasta.
Guru mempunyai banyak tugas dan tanggung jawab. Tidak hanya cukup selesai sampai di ruang kelas atau lingkungan sekolah. Selesai tugas mengajar ada tugas perencanaan yang harus disiapkan untuk hari berikutnya.
Apa itu? Antara lain mencatat anekdot murid, mengoreksi tugas murid, menyiapkan pajangan, diskusi dengan rekan guru yang lain, dan harus mengikuti program peningkatan mutu berupa workshop atau evaluasi bersama, belum lagi kalau ada sederet kegiaatan, seperti pentas.
Lain lagi setelah sampai di lingkungan rumah. Profesi guru ternyata tidak bisa seenaknya kita bawa. Kalau pangkat guru sudah melekat, maka penilaian warga sekitar juga terus menjadi malaikat. Segala perilaku, tingkah polah, dan ucapan baik secara langsung atau tidak akan dipantau oleh masayarakat. Coba itu, gak gampang kan jadi guru?
Setelah dipikir-pikir, ternyata kontrak kerja guru itu bukan 8-10 jam sehari, tetapi full 24 jam. He..he.. kayak plang di rumah pak RT dong, tamu wajib lapor. Sehari penuh, artinya selepas pulang mengajar, tingkah laku guru akan menjadi cerminan murid-muridnya.
Percaya atau tidak ini memang nyata bahwa apa yang guru lakukan akan berimplikasi pada kinerja dan tingkah laku anak didik. Bahkan ada pepatah “guru kencing berdiri murid kencing berlari”. Hayo, siap gak jadi guru, 24 jam lho.
Coba ingat atau cermati kejadian di kelas. Aku yakin seorang guru pernah mengalami kejadian betapa sulitnya mengarahkan si A yang petakilan, lompat sana lompat sini, usil terhadap teman, dan belum bisa memahami materi. Lain lagi dengan si B, masuk kelas kalau pas snack time dan makan siang saja. Ada si C yang sering berbicara sendiri, senyum dan ketawa juga sendiri.
Ada juga yang gampang nangis, karena gara-gara sederhana langsung nangis. Mungkin masih ada lagi segudang tantangan yang dihadapi guru di kelas. Ternyata banyak PR guru dan tantangan yang harus diselesaikan.
[caption id="attachment_271908" align="alignleft" width="300" caption="Santai setelah mengajar, juga diperlukan bagi seorang guru untuk mengendorkan urat syaraf (foto dok Siti Rabiah)"]