Real Madrid kembali mendapatkan gelar UCL ( UEFA Champions League) mereka yang ke 15 kalinya. Ini membuat nama mereka semakin melesat jauh dalam hal jumlah koleksi trofi UCL terbanyak. Hari Sabtu (1/05/2024) mereka kembali datang sebagai finalist kompetisi terbesar di Eropa tersebut.Â
Kali ini Borussia Dortmund yang menjadi penantang mereka. Di babak pertama, Dortmund tampil mengesankan. Bahkan Real Madrid yang diunggulkan tidak mampu berbuat apa apa dibabak pertama. Secara keseluruhan Dortmund lebih banyak mendapatkan peluang. Walaupun secara dominasi penguasaan, Madrid jauh lebih unggul.Â
Peluang demi peluang dari Dortmund mengancam gawang Thibaut Courtois. Tetapi seperti biasa, keberuntungan selalu berpihak kepada Madrid. Tidak ada satupun peluang krusial dari Dortmund yang bisa mengubah skor. Babak pertama berakhir dengan skor 0-0 untuk kedua tim.
Di awal babak kedua, permainan terasa lebih membosankan. Peluang dari kedua tim tidak begitu sekrusial pada babak pertama. Bahkan tensi permainan dari Dortmund juga menurun. Tepat di menit 74, Dani Carvajal mencatatkan namanya di papan skor dengan goal sepak pojok dan membuat Madrid unggul 1-0 dari Dortmund.
 Ini juga bisa dikatakan membuat mental dari para pemain Dortmund menurun secara drastis. Ditambah dengan kesalahan I. Maatsen dalam mengumpan membuat Vinicus.Jr menambah keunggulan untuk Real Madrid pada menit 83 dan Skor menjadi 2-0 bertahan hingga peluit panjang dibunyikan.
Secara taktik atau permainan, Dortmund bisa dikatakan sedikit lebih unggul. Tetapi ironisnya, UCL tidak hanya membutuhkan taktik saja. Melainkan mental juga dibutuhkan di kompetisi bergengsi ini. mungkin bisa dikatakan bahwa persentase mental jauh lebih tinggi dibandingkan dengan taktik. Jika persentase tersebut benar, maka wajar saja Madrid lebih diunggulkan dibandinkan Dortmund. Mungkin sebelum laga final ini dimulai, Madrid sudah unggul 1 angka dibandingkan Dortmund.
Inilah Real Madrid yang kita kenal dengan Carlo Ancelottinya. Memang, secara gaya permainan membuat asusmsi pro dan kontra dari para pengamat atau pecinta sepakbola. Bagi para pemuja permainan atraktif tentu akan memilih pihak kontra. Sedangkan para pemuja permainan pragmatis akan memilih pihak pro. Ancelotti seperti menggambarkan bahwa tidak perlu permainan yang indah untuk bisa menjadi juara. Yang perlu ditekankan adalah mental dan tekat untuk menjadi juara tersebut.
Track Record Madrid sebagai pemegang juara terbanyak di kasta UCL, juga bisa dikatakan memicu semangat mereka untuk mendapatkan trofi UCL lebih banyak lagi. Memainkan peran sebagai raja UCL membuat mereka selalu percaya diri dengan lawan lawan yang dihadapinya.Â
Tetapi, dengan gaya permainan seperti ini seharusnya menimbulkan pertanyaan. Apakah mereka bisa mempertahankan gelar juara mereka dimusim yang akan datang atau pertandingan kemarin hanya karena Dortmund yang masih hijau saja dan tidak banyak mendapatkan pengalaman di UCL. Kita akan melihatnya musim depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H