BANDUNG -- Dibalik gedung gedung yang menjulang tinggi, siapa sangka terdapat sebuah bangunan tua yang berdiri kokoh menjadi saksi bisu jejak penyebaran agama islam di Jawa Barat.
Berlokasi di Jalan AH Nasution No.128 Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung ini didirikan oleh KH. Raden Muhammad bin Alqo pada tahun 1881 Masehi.
Meski telah berusia lebih dari satu abad, bangunan-bangunan tuanya masih berdiri tegak, menjadi saksi bisu perjalanan panjang para santri dan ulama dalam memperjuangkan pendidikan dan penyebaran ajaran Islam di Nusantara.
Dengan arsitektur yang kental dengan nuansa kolonial, pesantren ini menawarkan pesona berbeda di tengah gempuran pembangunan modern di sekitarnya. Dinding-dinding tebal, jendela kayu dengan desain kuno, serta lantai berubin khas zaman dulu tetap dirawat dengan baik, seolah menjadi pengingat bahwa di tempat ini, nilai-nilai tradisional dan warisan sejarah dipelihara dengan sepenuh hati.
Ketua Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin KH. Abdul Aziz menjelaskan, KH. Muhammad bin Alqo memimpin pesantren ini selama 36 tahun. Pondok Pesantren Sukamiskin mulai eksis, ketika dibawah kepimimpinan KH Raden Ahmad Dimyati.
Beliau melakukan modernisasi kurikulum pembelajaran. Salah satunya yaitu, merubah bacaan yang asalnya bahasa jawa menjadi bahasa sunda dan menjadi satu satunya pondok pesantren yang menggunakan logat bacaan bahasa sunda kala itu.
Dalam catatan sejarah, Pondok pesantren Sukamiskin telah banyak melahirkan alumni santri yang sukses. Salah satunya seperti, KH. Zaenal Mustofa, yang menjadi pahlawan nasional dari Tasikmalaya.
Selama berdirinya, Pondok Pesantren Sukamiskin banyak menghadapi hambatan dan tantangan.