Mohon tunggu...
Naufal Faras Nibras Rae
Naufal Faras Nibras Rae Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis amatiran

Mahasiswa yang ingen melek dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pertemuan yang Tidak Disengaja dengan Keluarga Muslim di Thailand

20 Januari 2021   12:34 Diperbarui: 20 Januari 2021   21:40 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Masjid tempat saya melaksanakan Sholat Jum'at untuk pertama kalinya di Desa Wat Pranit (Dokpri)

Sawatdee-Khrub, sebelumnya saya telah membahas tentang pengalaman mengajar saya dan pada kesempatan kali ini saya akan mengajak anda untuk mengetehui tentang bagaimana saya bisa bertemu dengan keluarga muslim yang berada di Thailand dan hal-hal apa saja yang saya dapatkan ketika saya sedang bersama dengan mereka.

Berawal dari permintaan saya kepada Kepala Sekolah agar diperbolehkan untuk melaksanakan ibadah wajib yaitu Sholat Jum'at. Awalnya mereka pun bertanya-tanya terkait hal tersebut dikarenakan permintaan tersebut belum pernah ada yang mengajukan kecuali diri saya menurut beliau sudah pernah ada sukarelawan yang datang ke sekolah tersebut tetapi ia wanita dan saya jelaskan bahwa wanita tidak menjalankan Shalat Jum'at dan beruntunglah saya akhirnya beliau mengizinkan. Tetapi beliau bingung bagaimana cara mengantarkan saya ke masjid dikarenakan guru-guru pun mengajar pada saat itu dan mereka tidak bisa mengantar saya ke masjid untuk beribadah.

Dan tiba-tiba saja Kepala Sekolah memanggil saya karena ingin mengenalkan seseorang kepada saya. Saya pun kaget karena seseorang yang dikenalkan oleh Kepala Sekolah saya mengucapkan Assalammualaikum kepada sedangkan biasanya saya sering mendengar ucapan Assalammualaikum di Indonesia, sedangkan di Thailand jarang sekali saya mendengar ucapan salam tersebut kecuali dari teman-teman saya. Saya pun menjawab salam orang tersebut dan langsung berkenalan dengan orang tersebut yang bernama Bang Ni (di dalam kalangan muslim Thailand, Bang berarti paman atau orang yang lebih tua).

Kemudian Kepala Sekolah pun bercerita tentang permintaan saya dan Bang Ni mengiyakan bahwa memang pada hari Jum'at ada ibadah wajib bagi muslim, pada akhirnya Kepala Sekolah pun mengizinkan saya untuk beribadah dan jadwal mengajar saya pun dirubah dikarenakan hal tersebut. Beruntung bagi saya bahwa Bang Ni bisa berbahasa Inggris walaupun tidak banyak tapi beliau berusaha untuk berkomunikasi kepada saya dan pada akhirnya beliau akan mengantar saya ke masjid dan akan menjemput saya sebelum jam 12 siang.

Setiap saat setelah beliau mengantarkan kembali saya ke sekolah selepas Sholat Jum'at, beliau selalu menawarkan saya untuk mampir ke rumahnya dan bertemu dengan keluarganya. Saya pun tanpa berpikir panjang menerima tawaran tersebut asalkan beliau yang meminta izin kepada Kepala Sekolah untuk main ke rumahnya setiap selesai mengajar (Senin-Jum'at waktu mengajarnya) dan akhirnya Kepala Sekolah pun mengizinkan saya untuk ikut bersama beliau asalkan waktu mengajar sudah diselesaikan. 

Foto Masjid tempat saya melaksanakan Sholat Jum'at untuk pertama kalinya di Desa Wat Pranit (Dokpri)
Foto Masjid tempat saya melaksanakan Sholat Jum'at untuk pertama kalinya di Desa Wat Pranit (Dokpri)

Karena tempat tinggal saya jaraknya begitu jauh dari kota sekitar 1 jam jarak yang harus ditempuh dan tidak adanya kendaraan bagi saya untuk bisa menjangkau kota, maka saya memutuskan untuk ikut ke rumah beliau setiap minggunya karena saya pun ingin mengetahui lebih dalam mengenai keluarga muslim yang ada di Thailand.

Pada saat pertama kali ke rumah beliau, keluarganya pun sudah menyambut saya dengan suguhan-suguhan dan tentunya keramah-tamahan yang ditunjukkan oleh keluarga tersebut kepada saya. Saya pun berkenalan satu persatu dengan keluarganya dan beruntung sekali karena istri dari Bang Ni bisa menggunakan bahasa inggris jadi beliau yang menjadi penerjemah tentang apa-apa saja yang dikatakan oleh keluarganya kepada saya.

Bang Ni tinggal bersama istri beserta anaknya dan Ibu dan Bapak dari istrinya yang bernama Phi Gusma (Phi disini berarti tante atau orang yang dituakan tetapi wanita) di suatu rumah yang cukup besar menurut saya. Dan saya pun senang karena saya mendapatkan banyak hal yang tidak saya bisa rasakan pada saat saya berada di sekolah, yaitu makanan yang sudah pasti halal dan saya sangat bersyukur karena pada saat saya di tawari untuk tidur di rumah bersama mereka atau di rumah mereka yang lain, saya pun menjawab tidur bersama mereka, tetapi istrinya tidak setuju karena tidak ada tempat tidur tersisa untuk saya di rumah tersebut kecuali di gazebo, maka mereka pun setuju untuk menempatkan saya di rumah lain yang jaraknya bersebelahan dengan rumah beliau, dalam hati saya, saya terus mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas kenikmatan yang telah saya dapatkan. 

Foto bagian samping dari rumah Bang Ni
Foto bagian samping dari rumah Bang Ni

Pada minggu berikutnya saya pun diajak untuk ke rumah beliau lagi yang dimana mereka meminta bantuan saya untuk mengemas jajanan dan makanan yang ditujukan ke tempat mengaji untuk bersama-sama mendoakan atas anak Bang Ni yang telah meninggal di dalam kandungan. Saya pun diajak untuk ke pasar dan swalayan untuk membeli bahan-bahan untuk makanan serta jajanan untuk acara tersebut.

Foto bingkisan yang kami buat untuk di bagikan kepada murid-murid yang berada di tempat belajar mengaji
Foto bingkisan yang kami buat untuk di bagikan kepada murid-murid yang berada di tempat belajar mengaji

Saya pun takjub karena di Provinsi Trat yang penduduk muslimnya tidak sampai 1 persen ini ternyata memiliki tempat belajar mengaji yang memiliki banyak siswa di dalamnya dan saya pun sangat senang melihat hal tersebut, bukti bahwa sesedikit apapun masyarakat muslim disana, mereka akan terus menyebarkan kebaikan melalui media pembelajaran dan masyarakat yang beragama Buddha pun menghargai hal tersebut yang menunjukkan bahwa toleransi antara masyarakat Thailand khususnya antara agama Islam dan Buddha sangatlah baik. Saya banyak belajar terhadap kehidupan bersosial dan budaya pada masyarakat Thailand. 

Foto ketika sedang berbagi bingkisan kepada murid di tempat belajar mengaji yang berada di Provinsi Trat (Dokpri)
Foto ketika sedang berbagi bingkisan kepada murid di tempat belajar mengaji yang berada di Provinsi Trat (Dokpri)

Pada minggu berikutnya bertepatan dengan diadakannya festival makanan halal di suatu masjid di Provinsi Trat. Saya pun diajak beliau bersama keluarganya untuk pergi kesana, kebetulan saya pun disana bersama teman saya yang satu projek juga tetapi berbeda sekolah tempat mengajar. Karena keluarga beliau memasak makanan untuk di jual pada festival tersebut, maka pada malam harinya saya dan teman saya dimintai bantuan untuk membantu mereka memasak, mulai dari memotong bawang, memasuki bahan-bahan masakan ke wajan besar hingga saya dipercaya untuk memasak masakan tersebut hingga matang, sebuah penghargaan bagi saya dipercaya untuk memasak makanan tersebut.

Foto pada saat saya dimintai bantuan untuk memasak untuk di jual kembali di festival makanan halal.
Foto pada saat saya dimintai bantuan untuk memasak untuk di jual kembali di festival makanan halal.

Pada esok pagi, festival tersebut pun berlangsung dan sudah mulai ramai orang-orang yang mendatangi pelataran masjid yang digunakan untuk festival serta sudah banyak orang-orang yang sudah mulai menjual makanan yang sudah pasti halal, saya dan teman saya pun senang akan hal itu karena makanan halal jarang bisa kita temukan di Thailand.

Beruntungnya saya, karena beliau tiba-tiba menghampiri kami dan memberikan kami voucher yang dapat ditukarkan dengan makanan yang ada disana, kamipun segera membeli makanan dan minuman kemudian kami menikmatinya secara bersama-sama. Dan ketika saya sedang membeli makanan, saya bertemu orang yang berasal dari selatan Thailand yang bertetanggaan dengan Malaysia yang bisa bahasa Indonesia, kamipun berbicara banyak hal disana. Saya dapat merasakan rasa kekeluargaan dan toleran yang dimiliki oleh masyarakat muslim khususnya di Provinsi tersebut dan saya pun sangat bersyukur dapat merasakannya disini yang mungkin belum bisa saya dapatkan di tempat lain.

Foto pada saat festival makanan halal di pelataran Masjid Nasyidiyyah Provinsi Trat (Dokpri)
Foto pada saat festival makanan halal di pelataran Masjid Nasyidiyyah Provinsi Trat (Dokpri)

Minggu berikutnya saya diajak oleh Bang Ni untuk menemaninya bekerja di Provinsi Nakhon Sawan dengan jarak yang harus ditempuh sekitar 8 jam perjalanan dari provinsi tempat saya tinggal. Saya pergi dengan anak dan istri beliau dengan menggunakan mobil pribadinya, saya sangat excited dengan ajakan ini karena hal ini mungkin tidak bisa saya dapatkan selain pada hari tersebut dan juga saya ingin mengetahui sisi lain dari provinsi-provinsi yang berada di Thailand.

Selama di perjalanan kami melewati jalan tol yang dimana sebelum kami mencapai tujuan, kami singgah terlebih dahulu di Provinsi Pattaya yang dimana merupakan kampung halaman dari istri dari beliau, seketika saya pun langsung mengenali keluarga dari istri beliau yang dimana salah satunya bisa bahasa Indonesia dengan lancar karena beliau sebelumnya pernah bekerja di Indonesia sebelumnya dan saya pun langsung banyak berbicara dengan beliau. Keesokan harinya kami pun berangkat menuju ke tujuan utama kami, dimana selama perjalanan kami selalu singgah di masjid untuk sholat dan rumah makan halal yang berada di perkampungan muslim.

Foto menu makanan di tempat makan yang kami singgahi untuk makan siang.
Foto menu makanan di tempat makan yang kami singgahi untuk makan siang.

Sesampainya kami di tujuan utama, kami langsung tinggal di sebuah apartemen yang diberi kepada Bang Ni oleh pemerintah provinsi tersebut sehingga kami tidak kesulitan lagi untuk mencari tempat tinggal. Selama di sana kami pun menemani beliau untuk kerja di Rajabhat University di mana beliau dimintai bantuan untuk proyek pembuatan saluran air di daerah tersebut, jadi posisi beliau pada saat itu adalah sebagai pengawas lingkungan dari proyek tersebut. Mereka pun nampaknya sudah familiar dengan daerah tersebut karena mungkin beliau sudah sering kerja di daerah tersebut.

Selama menunggu Bang Ni bekerja, saya pun diajak oleh istrinya untuk mengunjungi salah satu peternakan hewan-hewan diantaranya yaitu ada domba, kuda, ayam, bebek, dan burung. Karena kita jalan-jalan pada siang hari, kami pun mampir ke cafe yang berada di kawasan tersebut untuk membeli minuman dingin untuk mengurangi rasa haus kami selama berada di bawah sinar matahari. Saya melihat anak Bang Ni sangat senang jika diajak untuk melihat hewan-hewan dan saya pun senang karena apapun dan kemanapun saya diajak, maka saya akan selalu senang. Akhirnya kami pun pulang dari tempat tersebut dan menjemput Bang Ni yang telah selesai bekerja.

20200209-151119-min-600838b18ede4857765bb904.jpg
20200209-151119-min-600838b18ede4857765bb904.jpg
Sebelum malam kami pun sudah harus meninggalkan provinsi tersebut dan kami pun pulang kembali ke Provinsi Trat pada siang hari dan hal-hal seperti singgah di Masjid untuk sholat dan tempat makan yang halal itu kembali terulang lagi seperti pada saat perjalanan menuju ke Provinsi Nakhon Sawan lagi. Perjalanan ini merupakan perjalanan yang berkesan bagi saya karena saya mendapatkan banyak hal yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya dan saya beruntung karena keluarga Bang Ni telah membuat bahagia saya selama tinggal di Thailand. 

Foto ketika kami mampir di salah satu festival makanan yang terletak di Provinsi Nakhon Sawan (Dokpri)
Foto ketika kami mampir di salah satu festival makanan yang terletak di Provinsi Nakhon Sawan (Dokpri)

Pada minggu terakhir sebelum saya meninggalkan Provinsi Trat beliau menawarkan saya untuk tinggal di rumah mereka dan menawarkan saya untuk diantarkan menuju ke terminal yang akan saya gunakan untuk berangkat menuju ke Bangkok. Saya pun mengajak satu teman saya untuk tinggal bersama beliau sebelum kita berdua akan meninggalkan provinsi tersebut.

Saya sebenarnya sudah ada ajakan untuk Farewell Party bersama pihak sekolah tetapi saya lebih memilih untuk mengakhiri projek tersebut bersama keluarga beliau yang sudah saya anggap sebagai keluarga saya sendiri begitupun cara beliau memperlakukan saya sudah seperti anaknya sendiri. Mereka pun mengajak saya untuk membuat shabu-shabu yang merupakan makanan khas Jepang yang berupa rebusan berbagai macam seafood. Sebelumnya kita pun belanja berbagai macam bahan-bahan untuk mempersiapkan dalam pembuatan hidangan tersebut di pasar dan di swalayan.

Pada keesokan paginya sebelum kami berdua meninggalkan provinsi tersebut, kitapun memasak bahan-bahan yang sudah kami beli sebelumnya kemudian di makan bersama-sama dengan keluarga beliau dan saya pun merasa kehangatan yang mereka berikan kepada saya selama saya berada disana yang membuat saya tidak ingin cepat-cepat meninggalkan keluarga dari Bang Ni tetapi waktu yang saya punya sudah cukup dan sudah saatnya kembali ke Kota Bangkok untuk menyelesaikan projek ini.

Foto ketika kami makan shabu-shabu bersama keluarga besar Bang Ni
Foto ketika kami makan shabu-shabu bersama keluarga besar Bang Ni

Sebelum saya pergi ke terminal, mereka memberi saya berbagai macam jajanan khas Thailand yang ditujukan untuk oleh-oleh bagi orang tua saya dan disana saya pun memberikan baju batik kepada beliau serta istrinya sebagai bentuk terimakasih saya karena telah memberikan saya pengalaman yang luar biasa dan kasih sayang yang ditujukan kepada saya. Hal berat pun saya rasakan ketika mereka mengantar saya menuju ke terminal dan kami berpisah pada saat saya sudah menaiki kendaraan lintas provinsi (Elf).  Untuk mengetahui lebih lanjut silahkan kunjungi istragram saya @naufalfarass 

Foto ketika beliau beserta istrinya menggunakan baju batik yang saya berikan (Dokpri)
Foto ketika beliau beserta istrinya menggunakan baju batik yang saya berikan (Dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun