Marhaenisme adalah sebuah ideologi yang diperkenalkan oleh Sukarno, yang menekankan perjuangan rakyat kecil dalam menghadapi sistem ekonomi yang tidak berpihak pada mereka. Istilah ini diambil dari seorang petani bernama Marhaen yang ditemui Sukarno di Jawa Barat. Dari pertemuan itu, Sukarno menyimpulkan bahwa kaum kecil---petani, buruh, dan nelayan---memiliki alat produksi sendiri tetapi tetap hidup dalam keterbatasan ekonomi. Artikel ini akan membahas Marhaenisme dari sisi ideologi, sejarah, dan perjuangan rakyat kecil dalam menghadapi sistem yang menindas.
Marhaenisme sebagai Ideologi
Marhaenisme berakar pada gagasan kemandirian rakyat kecil. Beberapa prinsip utama Marhaenisme antara lain:
-
Kemandirian Ekonomi -- Setiap individu harus mampu mengelola sumber dayanya sendiri dan tidak bergantung pada pemilik modal besar.
Anti-Kapitalisme -- Menolak sistem kapitalisme yang mengeksploitasi rakyat kecil dan menciptakan kesenjangan ekonomi.
Nasionalisme dan Sosialisme Indonesia -- Mendorong semangat kebangsaan yang berbasis pada kesejahteraan sosial, bukan sekadar kepemilikan modal.
Gotong Royong -- Kerja sama sosial sebagai solusi atas masalah ekonomi dan sosial dalam masyarakat.
Marhaenisme berbeda dari sosialisme klasik karena tidak menolak kepemilikan alat produksi secara individual, tetapi menekankan pentingnya keadilan dan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
Sejarah Lahirnya Marhaenisme
Gagasan Marhaenisme lahir dari pengalaman Sukarno saat bertemu seorang petani kecil yang memiliki tanah dan alat kerja tetapi tetap miskin. Sukarno kemudian merumuskan bahwa ketimpangan ekonomi bukan hanya soal kepemilikan alat produksi, tetapi juga akibat dari sistem yang tidak adil.
Dalam sejarahnya, Marhaenisme menjadi dasar perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sukarno menggunakannya untuk melawan kolonialisme dan imperialisme yang menindas rakyat kecil. Pada masa awal kemerdekaan, Marhaenisme diwujudkan dalam kebijakan ekonomi nasional yang berpihak pada rakyat, seperti program koperasi dan ekonomi terpimpin.