Mohon tunggu...
Naufal Ardhana Prasetya
Naufal Ardhana Prasetya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Negeri Yogyakarta

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Win-Win Solution Agreement: Mengatasi Konflik Nuklir Semenanjung Korea Melalui Perspektif Ideologi Juche

9 September 2024   20:35 Diperbarui: 9 September 2024   20:54 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

"We do not want war, nor are we afraid of it, nor do we beg peace from the imperialists."

-Kim Il Sung-

Kutipan di atas berasal dari Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Il Sung. Kutipan tersebut juga dijadikan sebagai salah satu dasar bagi pengembangan sikap militer Korea Utara (Grace, 2003). Terlihat bahwa Korea Utara memiliki kegigihan untuk tidak menginginkan terjadinya perang, namun tidak pula takut akan hal itu. Terlebih lagi, mereka tidak menginginkan perdamaian yang bersumber dari para imperialis (Amerika Serikat dan sekutu). Tampaknya prinsip tersebut juga masih tetap dipertahankan hingga saat ini.

Semangat militeristik nasional Korea Utara diimplementasikan melalui aktivitas peluncuran misil bermuatan nuklir di kawasan. Seperti peluncuran Rudal Nodong-1 (1993), Rudal Taepodong-1, hingga rudal balistik (Intercontinental Ballistic Missile -- ICBM) Hwasong-18 (Center for Korean Language Studies, 2024). Sikap agresif Korea Utara tersebut tentunya mengancam stabilitas dan keamanan dunia.

Guna mengatasi ancaman tersebut, maka diperlukan langkah yang lebih konkret dari langkah-langkah sebelumnya. Layaknya mata uang yang memiliki dua sisi, penting rasanya untuk mengkaji masalah ini dari berbagai perspektif. Oleh karena itu, artikel ini akan mencoba memberikan opsi solusi dari perspektif yang berbeda. Yakni melalui perspektif Ideologi Juche (Ideologi Korea Utara) dengan berpegang pada perjanjian win-win solution.

Menelaah Kegagalan Upaya Denuklirisasi Semenanjung Korea

Banyak hal telah dilakukan untuk mengatasi konflik nuklir di Semenanjung Korea. Misalnya, melalui disepakatinya perjanjian genjatan senjata tahun 1953, perjanjian NPT (Non-Proliferation Treaty), dan Deklarasi Panmunjom (Pailo & Agussalim, 2024). Namun, berbagai upaya tersebut masih belum mampu mengatasi konflik nuklir di Semenanjung Korea.

Banyak faktor yang menjadi alasan mengapa berbagai upaya perjanjian perdamaian antar kedua Korea tersebut mengalami kegagalan. Faktor-faktor tersebut diantaranya ialah rendahnya rasa kepercayaan, perbedaan tujuan strategis, dan dinamika politik internasional (Pailo & Agussalim, 2024). Salah satunya tercermin pada sikap Korea Utara yang menganggap bahwa PBB bersikap lebih dominan dalam mendukung Korea Selatan, hingga adanya sanksi dan embargo yang diberikan dari Amerika Serikat (Lam'anah & Alfian, 2023).

Ideologi Juche, Ideologi Kebanggaan Korea Utara

Ideologi Juche merupakan ideologi resmi negara Korea Utara yang diresmikan pada tahun 1972 dan diciptakan oleh Kim Il Sung (Don, 1997; Grace, 2003). Ideologi ini merupakan pengembangan dari prinsip Ideologi Marxisme-Leninisme yang diselaraskan dengan realita politik di Korea Utara (Yuk-Sa, 1972; Grace, 2003). Pada dasarnya, Ideologi Juche dapat dideskripsikan kepada suatu bentuk "self-reliance" negara. Artinya negara memiliki hak dan kemampuan untuk hidup mandiri serta menentukan sendiri nasibnya.

Ideologi Juche memiliki tiga komponen kunci yang berasal dari isi perkataan Kim Il Sung, sebagai berikut (Grace, 2003).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun