Mohon tunggu...
Naufal Ananda Putra
Naufal Ananda Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam

Sebagai Calon Sejarawan, Saya akan bagikan konten-konten berbau sejarah dari yang Islam sampai Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sunan Bonang: Sang Wali Misterius

6 Februari 2024   10:46 Diperbarui: 6 Februari 2024   13:11 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengakuan dari juru kunci mengatakan bahwa Sunan Bonang ini tidak ingin kisah, karomah, maupun kontribusinya terhadap dunia Islam ini tersebar. Hal ini dikarenakan sudah beberapa reporter atau peneliti yang telah mewancarai sang juru kunci. Namun para pencari kisah sunan Bonang mengaku bahwa catatan atau rekamannya itu raib dengan berbagai alasan. Sang juru kunci mengatakan bahwa Sunan Bonang sengaja menyembunyikan kisah asli hidupnya agar bisa mendapatkan karomah tambahan.

Bernama lain Raden Makdum atau Maulana Makdum Ibrahim yang merupakan anak sulung dari Sunan Ampel. Tidak diceritakan kepada siapa saja beliau berguru kecuali dari ayahnya sendiri. Beliau juga dikatakan sebagai seorang cendekiawan muslim pada akhir zaman majapahit (1478 M) yang menyumbang berbagai karya sastra-budaya. Diantaranya Tembang Macapat, Suluk Wujil, dan menyempurnakan instrumen gamelan terutama bonang, kenong serta kempul.

Julukan "Bonang" sendiri berasal dari nama alat dalam gamelan yang digunakannya untuk berdakwah. Ada pula yang mengatakan dinamakan Bonang karena itu adalah salah satu wilayah dakwah sekaligus tempat tinggalnya. Ajaran Islam dari Sunan Bonang kala itu menggunakan metode seni musik dan pewayangan yang amat digemari oleh Masyarakat setempat. Diantara wilayah dakwahnya yakni Tuban, Pati, Madura, dan Pulau Bawean. Hal itu juga alasan mengapa makam dari Sunan Bonang bisa berada di empat tempat yang berbeda. Ada yang di Tuban, Lasem, Bawean, dan Madura. Namun Tuban masih menjadi kemungkinan terbesar makam asli dari Sunan Bonang karena dulunya beliau tinggal disana.

Dikenal sebagai guru dari Sunan Kalijaga sekaligus yang merubah Perampok dan robinhood Jawa menjadi seorang Wali besar yang mempunyai banyak karomah. Di masa itu, Raden Said (nama asli Sunan Kalijaga) menghadang Sunan Bonang yang sedang berjalan menggunakan tongkat dengan berpakaian putih ala jubah orang Arab. Lalu Raden Said mengancam Sunan Bonang untuk menyerahkan seluruh hartanya dan menyerang dengan ilmu beladiri yang ia punya. Namun anehnya tidak ada satupun dari serangannya yang kena. Malahan Sunan Bonang berhasil mendaratkan pukulan tongkatnya berkali-kali di kepala Raden Said sampai tergeletak tak berdaya.

Takjub dengan kesaktian Sunan Bonang, Raden Said memutuskan untuk berguru padanya. Tugas pertamanya adalah menjaga tongkat milik sunan Bonang di depan Sungai sampai empunya tongkat kembali. Pertapaan itu berlangsung kurang lebih selama tiga tahun sampai tumbuh banyak akar dan tanaman liar di sekitar Raden Said. Dari sanalah Ia mendapat julukan Sunan Kalijaga (menjaga Sungai). Dengan arahan dari sang guru Ia berhasil menyebarkan Islam melalui jalur kesenian yang damai lewat pewayangan.

Di sisi lain waktu, Sunan Bonang pernah kedatangan seorang tamu yakni Brahmana yang iri terhadap pencapaian sang wali. Ia berangkat dari negeri yang jauh bersama para muridnya menggunakan kapal layar. Di dalam kapal terdapat banyak buku dan kitab berisi seluruh ilmu yang dimiliki sang Brahmana. Ia mengatakan kepada para murid dihadapannya, "Dengan kitab-kitab ini aku akan berdebat dengan Sunan Bonang dan jika Ia kalah dengan kebijaksanaan dan keilmuan yang kumiliki. Maka aku akan membunuhnya langsung dihadapan kalian semua, Inilah sumpahku!".

Namun Allah Yang Maha Mengatur memiliki rencananya tersendiri. Badai dan hujan disertai angin puting beliung secara tiba-tiba membalikkan kapal Sang Brahmana. Lenyaplah seluruh kitab yang dibawanya beserta para murid diatas kapal. Ternyata Brahmana berhasil selamat dengan terhanyut sampai ke pesisir. Lalu Ia pun bangun dengan gelagapan sementara di depannya sudah ada seorang kakek-kakek menenteng tongkat berbusana putih. Brahmana mengucapkan terima kasihnya karena telah diselamatkan. Ia pun menceritakan maksud dan tujuannya dating ke Nusantara untuk berdebat dengan Sunan Bonang yang terkenal. Tetapi Ia sedih karena telah kehilangan seluruh kitab tempat semua ilmunya berada.

Mendengar itu Sunan Bonang langsung mengetukkan tongkatnya di pasir dan mencuatlah seluruh kitab Brahmana secara Ajaib. Keterkejutan Brahmana tidak berhenti disitu. Saat Ia memegang kitabnya ternyata semua dalam kondisi kering seperti sebelum tenggelam dalam laut. Barulah Brahmana sadar siapa didepannya selama ini. "Oh ternyata dirimu lah Sunan Bonang yang selama ini kucari, kesaktianmu sungguh luar biasa. Aku bukanlah tandinganmu. Bolehkah aku masuk kedalam ajaranmu dan menjadi muridmu?"

Begitulah kisah sang Brahmana besar, seorang ahli ilmu telah masuk Islam dengan wasilah dari karomah langsung Sunan Bonang. Seperti yang penulis kutip dari juru kunci diatas bahwa Sunan Bonang seakan-akan menutupi Sejarah hidupnya sendiri untuk memperoleh tambahan karomah. Terbukti dengan data-datanya yang paling sedikit diantara para Wali Songo yang lain. Walaupun begitu Makamnya tidak pernah sepi dari para peziarah dan ajaran berupa kitab maupun lelaku berhasil diajarkan secara turun-temurun.           

Sumber:

1. Rochmah Ulfa,"Mistik Sunan Bonang", IAIN Semarang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun