Bagaimana jika bisa menjadi Bisri di jaman ini? Â Â
Menjadi seorang yang teguh pendirian, tegas dan lembut di saat yang sama seperti Bisri Syansuri adalah hal yang sulit. Apalagi di zaman yang menawarkan banyak pilihan seperti sekarang. Mulai dari kita masih di bangku sekolah dasar sudah di berikan banyak mata pelajaran, di sekolah menengah kita disuguhi dengan pergaulan yang beragam, saat dewasa puluhan jenis karir sudah tersedia sebagai pilihan kita. Bahkan seluruh dunia pun berlomba-lomba untuk menawarkan puluhan hiburan dalam kehidupan kita.
Walaupun dalam realitasnya latar belakang generasi ini berbeda daripada jaman Syansuri. Hakikatnya itu masih sama jika dilihat dari nilai-nilai yang dimiliki oleh Syansuri. Di jaman dulu adalah masa kolonialisme Belanda yang mempersempit pilihan kita di dunia Pendidikan, militer, sampai hiburan. Tetapi, jaman sekarang malah memperlebar itu semua. Pendidikan dibuka untuk siapa saja dan banyak metodenya begitu pula militer dan dunia hiburan.
Diantara kolonialisme maupun milenial seperti sekarang masih sangat membutuhkan nilai perjuangan, karakter tegas dan lembut disaat bersamaan sebagaimana Syansuri. Jika seandainya ada pemuda seperti Bisri Syansuri yang teguh pendirian di era banyaknya pilihan. Maka tidak berlebihan untuk mengatakan dia akan menjadi seorang pemimpin sekaligus penggerak dalam lingkungannya. Mengapa begitu? Karena pada kenyataannya pemimpin yang tegas biasanya diktator dan pemimpin yang lembut biasanya dikendalikan.
Sosok Bisri Syansuri ini terbentuk bukan hanya dari genetika ataupun lingkungan yang diberikan oleh keluarganya semata. Model karakter itu terbentuk dari pengalaman, pengetahuan, dan ketawadhuan. Dia berani mengambil keputusan merantau di usia mudanya. Dia terus menumbuhkan keingintahuannya dan tidak ingin berpuas diri di posisi sudah mendapatkan ijazah dari gurunya di Indonesia. Setelah sekian lama menimba ilmu dan sudah menjadi orang besar dia tidak pernah lupa pada guru, orang tua, sahabat, dan tanah air yang telah membesarkanya. Â Â Â
Banyak nilai yang bisa diambil dari Bisri Syansri terutama keberaniannya untuk mengambil keputusan. Di saat ia memutuskan untuk mendirikan pesantren putri adalah sebuah sikap yang melawan arus di zaman itu. Namun, itu bukanlah alasan untuk mundur dari memperjuangkan apa yang dianggapnya benar. Jika itu diterapkan pada saat ini dimana sebuah perjuangan bisa dibeli oleh yang berkepentingan. Itu akan menjadi berita yang sangat menggembirakan bagi siapa saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H