Pengaruh Turki Utsmani di alam pikiran Pangeran Diponegoro juga terlacak manakala ia memberi nama jenjang kepangkatan dan resimen pasukannya sebelum Perang Jawa. Peter Carey menyatakan:
"Kekaguman ini tampaknya menginspirasi Diponegoro untuk menggunakan tanda-tanda pangkat dan resimen ala Ottoman dalam menyusun kekuatan militernya pada masa Perang Jawa."
Pangeran Diponegoro memberi identitas kompi-kompi elit pasukannya dengan istilah-istilah yang diadaptasi dari bahasa kemiliteran Turki seperti Bulkio, Turkio, dan Arkio.
Peter menerangkan, nama Bulkio diambil langsung dari istilah model Boluki (satu regu), Turkio diambil dari istilah Oturaki, dan Arkio kemungkinan diambil dari istilah Janissari Ardia, pasukan pengawal Sultan Turki Utsmani.
Nama-nama kepangkatan juga disesuaikan oleh Pangeran Diponegoro mengikuti model kepangkatan Turki Utsmani. Menurut Peter, ia memberi nama pangkat 'Basah' yang diambil dari istilah 'Pasha' untuk komandan senior dan menggunakan 'Dullah' yang diambil dari istilah 'Sa'dullah' untuk komandan junior.Â
Penggunaan pangkat ini terlihat pada panglima kavaleri Perang Jawa, Â Sentot Prawirodirdjo. Ia diberi gelar 'Ali Basah' oleh Diponegoro sehingga namanya terkenal dengan Sentot Ali Basah Prawirodirdjo.
Sebagai sejarawan yang intens melakukan kajian terhadap Pangeran Diponegoro, sejauh ini Peter Carey tidak mengemukakan bukti-bukti lain ihwal adanya pengaruh Turki dalam alam pikiran Diponegoro. Apalagi yang menyangkut relasi nyata antara dirinya dengan Turki Utsmani selama Perang Jawa meletus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H