Sebagai alat pembayaran yang sah milik bangsa Indonesia, secara resmi ORI mulai diberlakukan pada 29-30 Oktober 1946. Terlebih dahulu, pada malam 29 Oktober, Mohammad Hatta dan Sjafruddin Prawiranegara berpidato di radio untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang ORI.
Sjafruddin Mengingatkan
Sjafruddin dalam pidatonya menekankan kepada masyarakat untuk berperilaku hemat, tidak berlebihan dalam menjual barang-barang juga menganjurkan kepada mereka untuk tidak egois dan saling memerhatikan antara satu dengan yang lainnya.
Ia juga berupaya menghalau anggapan masyarakat yang keliru perihal kehadiran ORI yang bisa secara instan mendorong kemakmuran bagi kehidupan mereka. Ajip menuliskan pidato Sjafruddin menyangkut hal ini sebagai berikut:
"Uang akan tetap jadi uang sekalipun itu Uang Republik Indonesia. Uang Republik Indonesia takkan dapat mengubah sifat uang sebagai alat pembayaran, penukaran, dan pengukuran harga..."
ORI disebarluaskan ke wilayah yang diakui sebagai teritori Republik Indonesia yakni Jawa dan Madura melalui berbagai macam saluran seperti lembaga pemerintah, organisasi kemasyarakatan, tentara, polisi, bank, badan kongres pemuda, juga kantor-kantor kementerian.
Kendati Sumatra dan Banten kala itu diakui sebagai wilayah Indonesia. Akan tetapi, karena terisolasi, Ajip menuliskan pada akhir 1947, pemerintah setempat mengeluarkan mata uang Indonesia versi daerah mereka sendiri seperti ORIPS (Oeang Republik Indonesia Provinsi Sumatra), ORIDAB (Oeang Republik Indonesia Daerah Banten), dan masih banyak yang lainnya.
Yang cukup menarik selama ORI diberlakukan di Indonesia ialah manakala ORI bersaing dengan mata uang yang dikeluarkan oleh NICA. Ajip menerangkan bahwa sempat terjadi perang uang di sejumlah kota besar karena masyarakat yang pro-republik lebih senang menggunakan ORI dibanding uang NICA.
Kendati, ORI nantinya ditarik dari peredaran seiring dengan dibentuknya RIS pada 1950. Akan tetapi, ide yang berasal dari pemikiran cemerlang Sjafruddin Prawiranegara ini terbukti mampu meningkatkan kepercayaan diri rakyat Indonesia sekaligus menjadi dasar perjuangan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H