Mohon tunggu...
naufalalmaikhwan
naufalalmaikhwan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memiliki minat di bidang bisnis dan ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Financial

Melesatnya Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Jerat Pinjol dan Paylater

1 Januari 2025   16:56 Diperbarui: 1 Januari 2025   16:56 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

            Memasuki era industri 5.0, pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin melesat dari tahun ke tahun. Melalui laman Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan-III 2024 mencapai 4,95% (YoY) Namun, dibalik pertumbuhan ekonomi yang melesat, masyarakat kelas bawah dan menengah semakin tertekan akibat harga harga yang melambung tinggi di tengah deflasi yang terjadi. Hal tersebut dapat kita lihat dari penggunaan pinjol yang semakin tinggi.

            OJK mencatat pada Juni 2024 nominal pinjol tembus Rp 66,79 triliun year on year (YoY). Hal ini meningkat dari tahun lalu yang sebesar Rp 52,70 triliun. Angka tersebut berasal dari 18 juta pengguna atau 5% dari seluruh masyarakat Indonesia. Angka ini tentu menjadi peringatan bagi kita karena pinjol merupakan salah satu pinjaman yang memiliki bunga tinggi.

Kemudahan yang diberikan pinjol menjadi daya tarik bagi masyarakat kelas bawah yang tidak memiliki aset untuk dijadikan jaminan dan butuh uang dengan cepat. Bunga tinggi itu menjerat masyarakat, terutama yang mencoba melunasi pinjol dengan meminjam pinjol lain. Persis seperti yang dialami Dana (nama samaran) yang diliput oleh Kompas, awalnya ia terjerat pinjol hanya dengan meminjam Rp 600.000, yang tumbuh hingga menjadi Rp 500 juta karena ia berusaha "Gali lubang tutup lubang" dengan melunasi pinjol dengan meminjam pinjol lain.

            Perkembangan zaman juga mendorong masyarakat untuk semakin konsumtif dan hedon. Hadirnya paylater mendorong masyarakat untuk bertransaksi lebih dari kemampuannya. Iming iming bisa mendapatkan barang impian tanpa harus membayar di depan membuat masyarakat semakin terpikat dengan sistem paylater. OJK mencatat kenaikan penggunaan paylater sebesar 89,20% YoY per Agustus 2024, menjadi Rp 7,99 triliun. Mayoritas penggunaan Paylater digunakan untuk barang konsumtif seperti fashion, elektronik, perlengkapan rumah tangga, hingga make up dan beauty product.

            Maraknya penggunaan pinjol dan paylater sejalan dengan naiknya kemiskinan di Indonesia. BPS menunjukkan bahwa jumlah kelas menengah berkurang sebanyak 9,48 juta jiwa, sedangkan kelompok menengah rentan bertambah sebesar 8,65 juta dan kelompok rentan miskin bertambah 12,72 juta jiwa. Data tersebut menunjukkan banyak masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan sehingga mereka turun kelas dan menurunkan taraf hidup mereka. Penurunan taraf hidup menjadikan masyarakat merasa tak mempunyai pilihan selain menggunakan pinjol dan paylater untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

            Naiknya angka kemiskinan dan turunnya taraf hidup harus menjadi perhatian bagi masyarakat. Penting bagi masyarakat untuk beradaptasi dengan keadaan ekonomi apapun agar tetap dapat menghidupi diri dan keluarganya. Sulit bagi rakyat kecil untuk mengubah situasi ekonomi keseluruhan, tapi masyarakat bisa mengatur finansial mereka sendiri. Salah satunya dengan meningkatkan literasi keuangan.

Literasi keuangan dapat membantu mengatur skala prioritas dalam pengambilan keputusan finansial. Masyarakat perlu untuk mempelajari dan menerapkan literasi keuangan agar tidak jatuh ke jurang kemiskinan. Impian impian besar seperti beribadah ke tanah suci dan membeli rumah menjadi tidak hanya sekedar angan angan belaka ketika kita bisa mengelola keuangan kita dengan baik. Hal itu dibuktikan oleh Mbah Tono, pemulung asal Ponorogo yang berhasil mewujudkan impiannya naik haji karena keteguhannya dalam menabung meski dalam keterbatasan. Mbah Tono juga merupakan contoh nyata bahwa Impian besar tak harus diraih dengan pinjol ataupun paylater yang memberatkan penggunanya.

            Hal hal kecil seperti menabung dana darurat, mencatat pengeluaran, berinvestasi sangat krusial bagi masyarakat untuk meningkatkan situasi finansial mereka. Tingkat penggunaan pinjol dapat dikurangi dengan menyiapkan dana darurat, yang hanya digunakan ketika situasi genting dan tak diprediksi, seperti ketika sakit, pemutusan hubungan kerja, dll. Mencatat pengeluaran mencegah mengeluarkan uang lebih dari kemampuannya, sehingga mengurangi resiko terlilit paylater. Masa pensiun juga tak harus membebani generasi selanjutnya dengan bergantung pada mereka yaitu dengan investasi untuk hari tua sejak dini. Hal itu juga perlu dilakukan agar anak cucu kita tak menjadi sandwich generation. Kejolak ekonomi memang tidak bisa kita kendalikan, namun pengelolaan keuangan kembali menjadi tanggung jawab masing masing individu. Dengan literasi keuangan, kita dapat menghadapi kenyataan pahit dunia dengan lebih percaya diri dan mencapai mimpi mimpi besar kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun