Mohon tunggu...
Naufal Adi Prasetyo
Naufal Adi Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030119 UIN Sunan Kalijaga

Topik konten yang saya sukai adalah seperti rekomendasi film-film dan terkadang saya juga menyukai topik-topik berkaitan yang sedang hangat dibicarakan seperti salah satunya seputar mental health ataupun berita internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Seminar POP 2024: Kalo Udah Darurat Sampah Begini, Solusinya Gimana Coba?

29 Mei 2024   08:21 Diperbarui: 29 Mei 2024   08:21 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Rabu, 28 Mei 2024 POP atau memiliki kepanjangan Party Of PR mengadakan seminar yang bertemakan "Trash Free Tomorrow: PR Colloquium on Sustainable Waste Solution". Perlu kita ketahui dulu nih mengenai POP. POP ini tuh apa sih? Jadi POP merupakan sebuah kelompok event organizer yang para anggotanya adalah mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga Program Studi Ilmu Komunikasi. Nah Prodi ini pada UIN Sunan Kalijaga memiliki dua Konsentrasi yaitu Public Relation dan satu lagi Advertising. POP ini merupakan acara yang dimiliki oleh mahasiswa yang memilih konsentrasi Public Relation. Sedangkan yang memilih konsentrasi advertising memiliki eventnya sendiri juga yaitu Aduin Fest. Nah tapi yang akan kita bahas disini adalah acara dari POP ya temen-temen.

Lanjut ke pembahasan awal mengenai tema seminar dari anak POP nih. Adapun kenapa mereka mengangkat tema ini adalah karena timbul keresahan dari adanya darurat sampah yang menimpa kota Jogja semenjak ditutupnya TPST Piyungan karena sudah tidak bisa menampung lagi. Nah adanya kasus ini, kita akan mengetahui bagaimana seorang PR  menggunakan skillnya dalam menghadapi persoalan sampah di Jogja.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Adapun mengenai isi acaranya lebih lanjut, acara ini akan diisi oleh tiga pemateri. Yang pertama adalah seseorang yang mewakili WALHI yang merupakan organisasi gerakan lingkungan hidup Indonesia. Sebagai pemateri pertama, Rizky Abiyoga membahas sebuah bahasan yang berjudul "Mendedah Kebuntuan Tata Kelola Sampah". Penjelasannya diawali dengan perkenalan jenis-jenis sampah seperti organic, anorganik dan B3. Selanjutnya ia juga memaparkan mengenai data volume sampah di Jogja yang ternyata didominasi oleh sampah sisa makanan dan disusul oleh plastik. Data tersebut didapat dari sampah-sampah yang terdapat di TPST Piyungan. Ia juga menjelaskan mengapa TPST tersebut dapat mengalami overload adalah selain karena menjadi TPST yang menampung sampah dari tiga kabupaten di jogja. Yang menjadi pokok masalah dari semua ini adalah karena tidak adanya pengelolaan terhadap sampah. Mulai dari pemilahan sampah, pemberlakukan daur ulang bagi sampah anorganik, pengolahan sampah yang mudah busuk seperti dari sampah sayuran dan sisa makanan yang tidak diolah juga. Padahal sebenarnya jenis sampah yang mudah busuk tersebut dapat diolah menjadi pupuk organik cair Istimewa (POCI) dan Konsentrat pakan organik Cair Istimewa (KOCI) yang harganya bisa mencapai Rp 96.000 menurut laman resmi ITB.

Rizky juga mengatakan bahwa Perusahaan-perusahaan yang menghasilkan sampah plastik seperti PT Wings, Unilever, Indofood dan lainnya juga semestinya bertanggung jawab dan andil dalam menangani persoalan sampah plastik.

Persoalan sampah ini terbilang serius karena dampaknya yang berbahaya, seperti yang dikatakan oleh Rizky, dampak yang yang ditimbulkan berupa siklus hidup plastik, dimulai dengan penciptaannya yang bahan bakunya berasal dari fosil. Selanjutnya dampaknya terhadap iklim adalah salah satunya berupa banjir. Terakhir, sampah plastik dapat mengganggu system metabolisme manusia. Melalui apa? Kok bisa masuk kedalam tubuh kita? Ternyata plastik dapat berwujud sangat kecil atau dapat disebut microplastik. Nah mikroplastik ini dapat masuk kedalam tubuh kita melalui makanan yang kita makan seperti makan-makanan dari laut yaitu seperti dari ikan dan garam.

Rizky Abiyoga juga memaparkan beberapa Solusi mengenai permasalahan sampah yaitu sebagai berikut:

1. Berupa paradigma kebijakan dan produk. 

  • Seperti basis untuk pelayanan public bukan bisnis. Paradigma ini berlaku untuk para pelaku usaha untuk memikirkan pelayanan publik, tidak hanya semata-mata pada kepentingan bisnis.
  • Adanya kebijakan pengendalian sampah sekali pakai
  • Menghentikan adanya impor sampah ke Indonesia. Sampah-sampah tersebut merupakan sampah yang diimpor dari negara-negara maju seperti Amerika serikat, Autralia, Prancis, Jerman dan Hongkong. Sampah-sampah yang diimpor tersebut merupakan sampah kertas yang ditujukan untuk Perusahaan kertas akan tetapi yang jadi masalah adalah terdapat beberapa sampah plastic yang ikut dalam sampah kertas. Dan seharusnya jika pengelolaan sampah di Indonesia baik, negara ini tidak lagi memerlukan sampah kertas dari negara lain, karena sudah tersedia di negara sendiri sebab adanya pengelolaan sampah yang benar.
  • Lalu selanjutnya, seperti yang sudah dimention sebelumnya bahwa para pelaku usaha yang masih menggunakan plastic harus ikut andil atau bertanggung jawab dalam masalah ini.

2. Tata Kelola sampah yang Komprehensif

  • Yaitu mulai dari para anggota rumah tangga, desa, RW dalam mengelompokan sampah mereka, selanjutnya dikirim ke TPS3R yang merupakan tempat pengolahaan sampah organic, anorganik, lalu akhirnya sampai ke TPA untuk sampah yang memang tidak bisa diolah seperi B3.

Banyak sekali ya penjelasan yang didapat oleh Rizky Abiyoga selaku pemateri pertama hahaha. Masih ada dua pembicara lainnya. harap sabar teman-teman hahaha. Tapi, tenang saja karena di pembicara kedua dan ketiga ini tidak begitu banyak karena Sebagian sudah dijelaskan oleh pemateri pertama. Yuk langsung saja pemateri kedua ini Bernama Riski Damastuti yang akan membahas mengenai bagaimana membangun kesadaran pada masyarakat. Diawal penjelasan ia menyadarkan kita melalui klaim bahwa Indonesia merupakan negara kedua didunia yang menghasilkan sampah plastik. Waduh cukup miris sekali ya teman-teman.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Hampir sama seperti yang dijelaskan oleh pembicara sebelumnya, di mana Indonesia sampai saat ini Sebagian besar sampah nya masih menggunkan metode dumping dan landfill yaitu sampah hanya dibuang lalu dikumpulkan. Tanpa diolah sama sekali. Selain menyebabkan TPST dan TPA menjadi overload akan tetapi juga memberikan dampak berbahaya. Yaitu jika sampah terus-menerus ditumpuk, maka dapat menghasilkan gas metana yang menjadi penyebab terjadinya ledakan.

Di slide presentasi selanjutnya Damastuti menujukkan slide yang berjudul "rumput tetangga" yang merupakan metafor yang mengatikan bahwa system pengolahan sampah yang terjadi negara-negara lain lebih baik, seperti yang ia tunjukkan Jerman yang menggukan langkah cerdik dalam mengelola sampah yaitu seperti pemberian denda ke perusahaan yang menggunakan plastik pada produknya dan penerapan kebijakan Pfandsistem yaitu jika kalian seorang warga membeli botol minum plastik misalnya, maka ia akan dikenakan biaya yang mahal akan tetapi biaya yang mahal tersebut dapat diatasi lagi jika membuangnya pada tempat khusus seperti vending machine yang nantinya sampah tersebut dibayar oleh mesin tersebut.

Slide berikutnya pun tak kalah unik yaitu bertuliskan "benang kusut" yang diartikan bahwa permasalahan sampah masih saja belum menemukan titik terang atau solusinya. Selanjutnya Damastuti memberikan aspek penting dalam penanganan sampah yaitu berupa aspek pendanaan, kelembagaan, sosial budaya, hukum, teknologi. Lalu ia menambahkan penting untuk adanya kolaborasi hexahelix dimana industry, komunitas, pemerintah, akademisi, media massa dan regulasi dapat bekerja sama dan saling berkesinambungan satu sama lain.

ia juga menyebutkan mengenai nudging strategi yaitu berupa pemberian insentif atau dorongan kepada masyarakat dalam mengelola sampah. Seperti contohnya kurang lebih mirip seperti yang dilakukan Jerman berikut dalam contoh yang sedikit berbeda yaitu misal seorang pelanggan disebuah kafe yang mendapat pengurangan harga minuman karena membawa botol atau mug sendiri sehingga kafe tidak perlu menggunakan kemasan atau gelas plastik.

Lalu beranjak ke materi terakhir yaitu dari Ricky Riadi Iskandar yang membahas "PR Strategis for Greener Tomorrow".

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Ricky mengatakan banyaknya baliho-baliho yang bertuliskan "jangan membuang sampah disini". Hal tersebut muncul karena banyaknya sampah yang berserakan dibeberapa titik lokasi penumpukan sampah. Lalu timbul suatu pertanyaan. Apakah hal tersebut sudah dan merupakan komunikasi yang benar?

Nah hal ini lah yang akan dibahas oleh pembicara terakhir yaitu kunci dari strategi PR dalam memecahkan masalah sampah berupa komunikasi konvergensi dan pendekatan penthahelix atau hexahelix seperti yang sebutkan sebelumnya.

Singkatnya komunikasi konvergensi yaitu sebuah komunikasi antar komunikator yang nantinya dari komunikasi tersebut menghasilkan pengertian bersama. Contohnya seperti ini, misal kebijakan pemerintah kepada para pedagang minuman es teh jumbo untuk tidak lagi menggunakan gelas plastik. Nah komunikasi konvergensi dalam kasus ini berupa adanya solusi juga dari kebijakan tersebut misal para penjual kini dapat menggunakan gelas berbahan paper atau bahan terbarukan yang dapat diurai atau dikelola dengan mudah dan misal hal itu juga terdapat subsidi dari pemerintah. Sehingga para komunikator atau kedua belah pihak tersebut bisa saling mengerti. Pedagang es the jumbo tetap dapat berjualan dan pemerintah dapat mengurangi sampah plastik.

Nah kurang lebih seperti itu isi dari acara seminar POP guys. Semoga dengan ini kita makin aware terhadap isu sampah yang ada.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun